Demi Rp1,5 Juta, Tentara Bayaran Lomba Penggal Kepala Prajurit Armenia

VIVA Militer: Yusuf Alaabet Al Haji, pria yang diduga tentara bayaran
Sumber :
  • Twitter/@Karabakh_MoD

VIVA – Seorang pria yang diduga adalah tentara bayaran Turki, tertangkap dan diinterogasi oleh tentara pemberontak Artsakh (Nagorno-Karabakh) yang didukung Armenia. Pria ini mengakui mendapatkan gaji ribuan Dollar Amerika Serikat, berikut bonus.

Sejumlah tentara bayaran diyakini sejumlah pihak ikut terlibat dalam Perang Armenia-Azerbaijan, yang kembali meletus sejak 27 September 2020. Tentara bayaran ini selalu dikaitkan dengan Turki, negara di bawah komando Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan dituding memindahkan tentara bayaran Turki, dari Provinsi Idlib, Suriah, dan sebagian dari Libya. Erdogan sendiri sudah memastikan sejak awal konflik bersenjata itu pecah, Turki akan senantiasa berdiri di sisi Azerbaijan. Sayangnya, Erdogan membantah keras tuduhan pemerintah Armenia itu.

Rumor tentara bayaran kian kencang, setelah Kementerian Pertahanan Republik Nagorno-Karabakh mengunggah video interogasi dengan pria bernama Yusuf Alaabet Al Haji di laman Twitter resminya.

Al Haji mengaku jika ia adalah warga negara Suriah, yang berasal dari desa Ziyadia, Idlib. Pria berusia 32 tahun ini juga mengaku sudah menikah dan memiliki lima orang anak.

"Unit Pasukan Pertahanan #Artsakh menangkap tentara bayaran lainnya dari Suriah. Yusug Alaabet Al Haji, 32, berasal dari desa Ziyadia di wilayah Idlib. Menikah dengan 5 anak," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Republik Nagorno-Karabakh.

Akan tetapi, bukan itu yang menccengangkan. Al Haji mengaku bahwa, sebagai tentara bayaran ia menerima upah sebesar US$2 ribu, atau setara dengan Rp29,4 juta per bulannya. Tak hanya itu, Al Haji juga mengatakan pihak penyewa akan memberikan bonus jika masing-masing tentara bayaran berhasil memenggal kepala tentara Armenia.

"Mengatakan bahwa dia berada di #Karabakh untuk memperjuangkan gaji bulanan sebesar $2000 & pengharhaan $100 untuk setiap tentara yang dipenggal," lanjut Kementerian Pertahanan Artsakh.