Panglima Tentara Bayaran Sekarat, Armenia di Ambang Kehancuran
- Daily Sabah
VIVA – Fakta lain kembali muncul, dan membuat dugaan pasukan Armenia di ambang kekahalan perang dari Azerbaijan semakin besar. Pemimpin gerakan separatis Nagorno-Karabakh (Artsakh), Arayik Harutyunyan, dikabarkan mengalami luka parah akibat serangan rudal militer Azerbaijan.
Kabar ini dikonfirmasi langsung oleh ajudan Presiden Azerbaijan, Hikmat Hajiyev. Menurut laporan Daily Sabah yang dikutip VIVA Militer, Harutyunyan jadi korban serangan rudal pasukan Azerbaijan, yang dilancarkan sebagai balasan atas serangan roket Armenia di tiga kota, Ganja, Terter, dan Horadiz, akhir pekan lalu.
Dengan tegas Hajiyev menyatakan, itu adalah hukuman yang layak bagi Harutyunyan, yang telah melakukan kejahatan kemanusiaan dengan menyerang pemukiman sipil di Ganja.
"Yang pertama, Arayik Harityunyan, Anda tidak berada di garis depan pertempuran. Anda bersembunyi di bunker. Tetapi, Angkatan Bersenjata Azerbaijan menghantam Anda di tempat Anda bersembunyi. Setelah serangan rudal, Arayik Harutyunyan terluka parah," ujar Hajiyev.
"Dia telah menerima hukuman atas kejahatan yang dilakukannya terhadap kota Ganja, dan wilayah pemukiman sipil lainnya. Pelaku lain, penjahat perang lainnya juga akan dihukum secepatnya," katanya.
Harutyunyan adalah Presiden ke-4 Republik Nagorno-Karabakh sejak 21 Mei 2020. Sebelumnya, pria kelahiran Stepanakert 46 tahun silam pernah menduduki posisi sebagai Perdana Menteri Republik Nagorno-Karabakh, periode 2007 hingga 2017.
Robohnya Harutyunyan menjadi bukti lain jika pasukan Armenia sudah dalam kondisi terdesak. Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, dijelaskan beberapa fakta yang membuktikan jika Armenia berada di ambang kekalahan perang dari Azerbaijan.
Perebutan tujuh desa di tiga distrik yang dikonfirmasi langsung oleh Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, hingga keenganan Rusia memberikan dukungan kepada Armenia, jadi perhitungan penting dan Perang Armenia-Azerbaijan diprediksi tidak akan mencapai waktu selama tiga pekan.
Tak hanya itu, sejak Perang Armenia-Azerbaijan kembali meletus pada 27 September 2020 lalu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, sudah berkali-kali menyatakan keinginannya untuk melakukan perundingan gencatan senjata.
Pashinyan memberikan syarat penarikan sejumlah besar armada tempur Turki, yang diyakini diisi oleh tentara bayaran. Sayangnya, Turki yang merupakan sekutu Azerbaijan menegaskan takkan mundur sampai militer Armenia dan Pasukan Pertahanan Artsakh angkat kaki dari wilayah tersebut.