Penyakit Trump Bisa Makin Parah Jika Tahu Rusia Jual Rudal pada Iran
- The Telegraph
VIVA – Di tengah kondisi Presiden Amerika Serikat (AS) yang dikabarkan memburuk akibat terinfeksi COVID-19, kabar buruk datang. Iran yang notabene adalah seteru AS, dikabarkan akan segera mendapatkan rudal sistem pertahanan udara canggih S-400 Triumf dari Rusia.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Israel National News, Duta Besar Rusia untuk Iran, Levan Dzhagaryan, mengonfirmasi bahwa negaranya akan segera memasok sistem pertahanan udara S-400. Dzhagaryan memastikan Rusia akan menjual senjata canggihnya, setelah masa sanksi embargo Iran habis pada 18 Oktober 2020.
"Kami telah mengatakan sejak hari pertama bahwa tidak akan ada masalah untuk menjual senjata ke Iran mulai 19 Oktober (2020)," ucap Dzhagaryan.
Tak hanya itu, Dzhagaryan menegaskan, pihaknya sama sekali tak takut dengan ancaman AS yang terus berusaha menghimpun dukungan untuk memperpanjang masa embargo Iran. Dzhagaryan menyatakan, Rusia siap mempelajari proposal Iran terkait pembelian senjata dari Rusia.
"Seperti yang Anda ketahui, kami telah memberi Iran S-300. Rusia juga tidak memiliki masalah untuk mengirimkan S-400 ke Iran, dan juga tidak memiliki masalah sebelumnya," kata Dzhagaryan.
Ini jelas jadi kabar buruk buat AS dan Trump. Bagaimana tidak, VIVA sebelumnya melaporkan jika kondisi kesehatan Presiden ke-45 AS itu semakin memburuk. Menurut Kepala Staf Gedung Putih, Mark Meadows, Trump mengalami demam tinggi dan oksigen darahnya menurun drastis.
Seperti yang diketahui, Trump adalah sosok musuh nomor satu bagi Iran. Dalam berita VIVA Militer, Kamis 17 September 2020, Trump kembali melontarkan pernyataan yang membuat Iran geram. Politikus Partai Republik AS itu menyatakan siap melakukan serangan balasan, jika Iran terus mengancam.
Pernyataan Trump itu tak lepas dari kabar yang beredar jika Iran memiliki rencana untuk membunuh Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Lana Marks. Sementara, Iran menuduh Trump menebar fitnah terkait rencananya untuk memperpanjang sanksi embargo Negeri Mullah.