114 Tentara Amerika Nekat Bunuh Diri Akibat Stress COVID-19
VIVA – Ternyata dampak yang diberikan dari penyebaran virus COVID-19 ini tidak main-main. Selain faktor ekonomi yang terkena dampaknya, faktor psikis seseorang juga terkena dampak Virus Corona ini.
Dalam laporan VIVA Militer sebelumnya, diberitahu bahwa tingkat kematian semakin bertambah disebabkan karena kasus bunuh diri di kalangan militer Amerika Serikat (AS). Bahkan jumlah prajurit yang meninggal karena bunuh diri meningkat hingga 20 persen.
"Saat ini, terlalu dini untuk menentukan apakah tingkat bunuh diri akan meningkat terus di tahun 2020. Kita harus menyelesaikan data dan investigasi setahun penuh untuk menentukan penyebab kematian,” kata salah satu pejabat tinggi Pertahanan AS, Karin Orvis yang dikutip VIVA Militer dari Task and Purpose Sabtu 3 Oktober 2020.
Namun banyak yang berspekulasi bahwa Pentagon, berusaha untuk tidak memberitahu jumlah pasti tentang berapa banyak tentara Amerika Serikat yang meninggal karena bunuh diri.
Padahal Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army), telah mengkonfirmasi bahwa begitu banyak tentara mereka yang meninggal bunuh diri selama pandemi COVID-19. Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat, khususnya warga Amerika.
The Associated Press, mengungkapkan bahwa sebanyak 114 tentara aktif yang meninggal karena bunuh diri hingga tanggal 31 Agustus 2020. Jumlah ini sangat jauh berbeda dengan tahun lalu dan di bulan yang sama. Pada bulan Agustus 2019, tercatat sebanyak 88 tentara aktif yang meninggal karena bunuh diri.
“Isolasi yang disebabkan pandemi COVID-19, menjadi faktor utama dalam meningkatkannya jumlah kematian bunuh diri untuk tahun 2020,” ujar Kepala Staf Angkatan Udara, Jenderal Charles Brown.
Sebanyak 98 pilot yang tewas karena bunuh diri pada bulan September kemarin. Brown juga menambahkan bahwa pemicu stres yang saat ini dialami oleh para prajuritnya, sangat jauh berbeda dengan tahun lalu.
“Kami tidak memiliki kesempatan bagi pilot kami untuk bisa tetap dekat dan berhubungan dengan orang-orang yang bekerja dengan mereka sehari-hari. Karena mereka harus menjalani isolasi diri dan itu sangat menyiksa,” kata Brown.