Kapal Induk Nuklir Prancis Tak Bikin Ciut Nyali Erdogan
- Second Line of Defense
VIVA – Kondisi Laut Mediterania Timur dipastikan bakal semakin memanas, setelah Prancis memutuskan mengerahkan kapal induk tenaga nuklirnya, Charles de Gaulle ke wilayah tersebut. Di sisi lain Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sama sekali tak gentar meskipun tahu sekutu Yunani itu menurunkan salah satu kendaraan tempur andalannya.
Dalam berita VIVA Militer sebelumnya, Prancis memastikan pengerahan kapal induk Charles de Gaulle pada awal September 2020. Kapal induk bertenaga nuklir itu akan datang ke Laut Mediterania Timur dengan muatan penuh, mulai dari personel, hingga jet tempur Dassault Rafale.
Menurut sumber dari Staf Umum Prancis, kapal induk Charles de Gaulle akan berangkat dari pelabuhan Toulon dengan status siap tempur. Kabar pengerahan kapal induk Charles de Gaulle kabarnya sudah sampai ke telinga Erdogan. Akan tetapi, pria berusia 66 tahun itu sama sekali tak menunjukkan rasa ketakutan.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Greek City Times, Erdogan telah mengetahui bahwa Prancis pada akhirnya akan mengerahkan kendaraan perang andalannya itu.
Oleh sebab itu, dalam beberapa pernyataannya Erdogan tetap menyatakan sikapnya untuk tidak berdamai dengan Yunani, dan sejumlah negara sekutunya semisal Prancis, Siprus, Uni Emirat Arab (UEA), serta Mesir.
"Biarkan mereka datang menghadapi kami. Jika mereka tidak memiliki keberanian untuk itu, mereka harus menyingkir dari jalan kami," ucap Erdogan.
Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk ini di tingkat politik, ekonomi, dan militer. Kami ingin semua orang menyadari bahwa Turki bukan lagi negara yang menguji ketegasan, kemampuan, dan keberaniannya," katanya.
Dalam pengamatan VIVA Militer, Prancis sendiri bisa dikatakan tidak konsisten dalam tindakan yang dilakukannya terkait konflik di Laut Mediterania Timur. Sebab, Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, sebelumnya pernah mengatakan pihaknya lebih fokus untuk menyelesaikan masalah lewat jalur diplomasi.
"(Prioritas Prancis) adalah dialog, kerjasama, dan diplomasi. Sehingga, (Laut) Mediterania Timur bisa menjadi ruang stabilitas dan penghormatan terhadap hukup internasional. (Laut Mediterania Timur) seharusnya tidak menjadi taman bermain untuk ambisi beberapa (negara)," ucap Parly dikutip VIVA Militer dari Prensa Latina.