China Belum Menyerang, Tentara Taiwan Sudah Banyak yang Mati Duluan
- The Diplomat
VIVA – Meskipun mampu menggelontorkan uang puluhan juta Dollar untuk membeli sejumlah unit jet tempur F-16 Fighting Falcon dari Amerika Serikat (AS), banyak bukti yang menunjukkan bahwa Angkatan Bersenjata Republik China (ROC Armed Forces) tak siap menghadapi perang melawan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA).
VIVA Militer sudah melaporkan sebelumnya dalam berita yang diterbitkan 19 Agustus 2020, Kementerian Pertahanan Taiwan mencapai kesepakatan pembelian 66 unit jet tempur F-16V pada 2019 dari Amerika Serikat (AS).
Seiring meningkatnya ancaman dari Republik Rakyat China (RRC), Taiwan kembali membeli 90 unit pesawat yang sama dalam kesepakatan yang dicapai pada 15 Agustus 2020 lalu.
Akan tetapi dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Foreign Policy, muncul bukti bahwa sebenarnya militer Taiwan kekurangan pasokan hingga ke unit kesatuan terbawah.
Seorang perwira pertama, Letnan Huang Zhi-je, mati bunuh diri di markas Brigade Infanteri Mekanis ke-269. Letnan Huang mengakhiri hidupnya lantaran ketakutan perang melawan militer China. Mendiang Huang disebut harus menutupi kekuarangan pasokan perawatan kendaraan tempur kesatuannya, dengan uang dari kantongnya sendiri.
Tak hanya itu, pada Juli 2020 sejumlah insiden membuat pasukan militer Taiwan tewas mengenaskan. Mirisnya, para prajurit Taiwan tewas pada saat melakukan latihan perang.
Pada 3 Juli 2020, seorang prajurit Korps Marinir Taiwan, Sersan Yang, tewas dalam kecelakaan di Pantai Taoziyuan. Dalam laporan yang dikutip VIVA Militer dari Focus Taiwan, akibat tewasnya prajurit Marinir ini, sang komandan, Letnan Yang, memilih bunuh diri karena merasa bersalah.
Dua prajurit militer Taiwan juga tewas dalam kecelakaan helikopter tempur pada 15 Agustus 2020. Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Military.com, sebuah helikopter Bell 0H-58D yang ikut ambil bagian dalam latihan tempur di wilayah antara Pangkalan Udara Hsinchu dan kota Taichung. Akibatnya, pilot dan co-pilot helikopter itu tewas seketika.
Sejumlah insiden kecelakaan dalam latihan tempur militer, yang mengakibatkan tewasnya sejumlah tentara, membuat anggapan bahwa militer Taiwan tak siap perang.
"Saya harus jujur, militer Taiwan perlu banyak berkembang," ujar Wang Ting-yu, seorang anggota Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Parlemen Taiwan, dikutip VIVA Militer dari The Straits Times.
Dengan fakta-fakta yang disebut tadi, bukan tak mungkin pernyataan mantan Wakil Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), Laksamana James Winnfeld. Winnfeld memprediksi bahwa militer China yang dijadikan andalan untuk menyerang dan membuat Taiwan kembali dalam wilayah China, hanya butuh waktu tiga hari untuk menghancurkan negara itu.
Dalam sebuah essay yang diterbitkan oleh US Naval Institute, 26 Agustus 2020, Winnfled secara detail memberikan prediksi serangan militer China terhadap Taiwan. Winnfeld yakin, invasi militer China akan dilakukan sebelum pelantikan Presiden AS pada 21 Januari 2021.