Bahaya Perang Dunia III Bisa Meletus di Eropa Lebih Dulu
- The Moscow Times
VIVA – Ketegangan yang melanda sejumlah negara memunculkan prediksi bahwa, Perang Dunia III akan dimulai dari Benua Eropa. Analisa ini didasarkan pada intervensi Rusia dalam krisis Belarus, dan perseteruan antara Turki dengan Yunani di Laut Mediterania Timur.
Dalam laporan Washington Post yang dikutip VIVA Militer, Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyatakan bahwa Rusia siap mengerahkan pasukannya ke Belarus sesuai dengan permintaan Presiden Alexander Lukashenko.
Pernyataan itu dilontarkan Putin Kamis 27 Agustus 2020, seiring dengan situasi Belarus yang mencekam pasca Pemilihan Presiden yang kembali dimenangkan oleh Lukashenko, 9 Agustus 2020.
Terpilihnya Lukashenko untuk yang keenam kalinya membuat rakyat marah, terutama pendukung pesaing Lukashenko, Sviatlana Tsikhanouskaya. Demonstrasi besar-besaran pun terjadi hingga akhirnya membuat Lukashenko menuduh Tsikhanouskaya sebagai penggerak massa demonstrasi.
Militer Belarus pun dikerahkan untuk menangkap Tsikhanouskaya, hingga pada akhirnya ia melarikan diri ke Lithuania. Lukashenko pun meminta dukungan Putin, untuk mengamankan negaranya. Permintaan Lukashenko pun diamini Putin, yang punya perhitungan untuk membendung campur tangan negara-negara yang tergabung dalam Pakta Atlantik Utara (NATO).
Sementara itu dalam berita sebelumnya, VIVA Militer sudah melaporkan bahwa sekitar 30-40 unit truk militer Rusia bergerak menuju Belarus, 16 Agustus 2020. Menurut laporan yang dikutip dari Asia Times, truk-truk itu tak hanya mengangkut ratusan personel, tetapi juga logistik dan senjata.
Sementara itu, perseteruan pun pecah di Laut Mediterania Timur. Ambisi Turki untuk mengeksploitasi minyak dan gas di Laut Aegea mendapat tentangan dari Yunani.
Pemerintah Yunani menganggap negara yang dipimpin oleh Recep Tayyip Erdogan itu melanggar kedaulatannya. Sementara, Turki merasa wilayah Laut Aegea masih masuk dalam teritorialnya.
Yunani yang kalah kekuatan meminta dukungan kepada sejumlah negara. Prancis adalah yang pertama datang mengerahkan armada tempur untuk membantu Yunani. Setelah itu, ada Swedia yang sejak 23 Agustus 2020 meningkatkan aktivitas militernya di Laut Baltik, seiring dengan manuver militer Rusia yang menyiapkan diri untuk menyokong Turki.
"Operasi militer ekstensif sedang berlangsung di wilayah Laut Baltik, baik Rusia dan Barat dengan cara yang di beberapa bagian belum pernah dialami sejak masa Perang Dingin," ujar Kepala Operasi Gabungan Angkatan Bersenjata Swedia, Laksamana Madya Jan Thornqvist.
Di sisi lain, Erdogan tak peduli dengan kecaman sejumlah negara pada Turki. Erdogan menegaskan, Turki takkan mundur selangkah pun untuk mempertahankan kedaulatannya. Sikap yang ditunjukkan Erdogan itu dinilai sejumlah pihak bahwa Presiden Turki itu telah memukul genderang perang, dan menantang Uni Eropa serta NATO.
"Turki akan mengambil haknya di Mediterania, Laut Aegea dan Laut Hitam. Dan seperti negara lain, kami tidak menginginkan tanah, kedaulatan, dan kepentingan orang lain. Kami tidak akan mentolerir mereka yang menargetkan wilayah kami," ujar Erdogan dikutip VIVA Militer dari Ahval News.
"Kami bertekad untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk ini di tingkat politik, ekonomi, dan militer. Kami ingin semua orang menyadari bahwa Turki bukan lagi negara yang menguji ketegasan, kemampuan, dan keberaniannya," katanya.
Ketegangan yang dialami sejumlah negara di Eropa, bukan tak mungkin akan berakhir dengan konflik horizontal. Sementara, beberapa negara semisal Turki dan Rusia juga tengah terlibat dalam konflik di Timur Tengah. Kemudian di belahan dunia lainnya, hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China pun semakin memburuk.
BACA: Kapal Peluru Kendali Amerika Nyelonong Lagi Dekati Wilayah China