Dianggap AS Cari Ribut dengan Yunani, Turki Bisa Ditendang dari NATO
- Los Angeles Times
VIVA – Kecaman Amerika Serikat (AS) terhadap aksi Turki kembali muncul. Kali ini, pernyataan keras datang dari Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Eropa dan Eurasia, Philip Reeker.
Seperti yang diketahui, Turki di bawah komando Presiden Recep Tayyip Erdogan, menegaskan akan terus melanjutkan penelitian minyak dan gas di Laut Aegea. Sementara, Yunani berang dengan aksi yang dilakukan Turki karena dianggap melanggar kedaulatannya.
Ketegangan antara Turki dan Yunani kian meninggi, seiring pengerahan arama tempur militer kedua negara di wilayah Laut Mediterania Timur. Tak cuma itu, akibat aksinya ini Turki mendapat kecaman dari sejumlah negara Uni Eropa hingga AS.
Reeker mengatakan, pihaknya sudah berulang kali memperingatkan Turki untuk menghentikan tindakannya. Namun sayangnya, Turki seakan menutup telinga dan terus melakukan aksi yang dinilai AS sarat provokasi.
Pernyataan Reeker sekaan jadi sinyal jika Turki masih terus melakukan aksinya, maka ada kemungkinan besar akan ditendang dari keanggotaannya sebagai salah satu anggota Pakta Atlantik Utara (NATO).
"Kami telah berulang kali menyampaikan bahwa penerbangan di wilayah Yunani, kegiatan pengeboran di wilayah Siprus, penandatanganan nota demarkasi zona maritim dengan Libya, serta niat untuk melakukan penyelidikan, adalah tindakan provokatif," kata Reeker dikutip VIVA Militer dari Posta.
"(Tindakan Turki) tidak membantu, dan malah meningkatkan ketegangan di daerah itu. Pemerintah AS sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan di Mediterania Timur, terutama antara Yunani dan Turki, dua sekutu NATO," ucapnya.
Sikap AS kepada Turki kembali keras. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Amerika sangat menyayangkan keputusan Erdogan untuk mendukung organisasi sayap militer Palestina Hamas, untuk melakukan perlawanan terhadap Israel.