Tegas, Prajurit Taiwan Siap Hadapi Perang Lawan China Sampai Mati
- Newsweek
VIVA – Pernyataan mantan Wakil Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), Laksamana James Winnfeld, ternyata telah diterjemahkan pemerintah Republik China (Taiwan). Pernyataan Winfeld bahwa militer China bisa menghancurkan Taiwan hanya dalam tiga hari, justru makin mengobarkan api perlawanan.
Dalam laporan VIVA Militer sebelumnya, Winfeld menjabarkan analisa terkait strategi serangan Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) terhadap Taiwan. Winfeld yakin betul, armada militer China sudah memperhitungkan dan takkan membiarkan pasukan militer AS datang membantu pasukan Taiwan.
Ternyata, Kementerian Pertananan Taiwan mendengar prediksi yang ditulis Winfeld di US Naval Institute. Skenario serangan militer China ke Taiwan dimaknai dengan persiapan pasukan dan armada tempur Angkatan Bersenjata Taiwan (ROC Armed Forces).
Tanpa menunjukkan ketakutan, Kementerian Pertahanan Taiwan dengan tegas menyatakan akan menghadapi agresi militer China sampai prajurit terakhirnya jatuh, sampai titik darah penghabisan.
"Berani untuk bertempur, dan bertarung sampai tentara terakhir," bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Taiwan.
Sementara itu, dalam laporan lain yang diperoleh VIVA Militer dari Reuters, latihan perang yang dilakukan militer China di tiga wilayah laut dalam tiga minggu terakhir, adalah persiapan untuk menghadapi lawan yang datang dari tiga arah secara bersamaan.
Pernyataan itu dilontarkan oleh pakar militer China, Profesor Ni Lexiong, mantan Guru Besar Ilmu Politik dan Hukum Universitas Shanghai. Lexiong menyatakan hal tersebut, karena latihan tempur skala besar ini adalah yang pertama kali dilakukan militer China dalam waktu yang sama.
"Dengan melakukan latihan secara bersamaaan di tiga lautan, berarti China sedang menguji kemampuannya untuk melawan musuh yang datang dari tiga arah secara bersamaan. Misalnya dari Taiwan, dari Jepang, dan AS dari Selatan," kata Lexiong.
"Secara historis, intensitas latihan tempur yang meningkat adalah prediktor perang yang jelas," ucapnya.
Di sisi lain, China juga sudah memperhitungkan kemungkinan campur tangan militer AS. Menyikapi hal itu, Kementerian Luar Negeri China juga bersikap tegas, untuk menghentikan seluruh intervensi asing yang masuk.
"Kami memiliki tekad dan kemampuan untuk menghentikan aktivitas apapun yang bertujuan untuk memisahkan Taiwan dari China," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri China.