Merasa Tersudut, Hizbullah Bantah Punya Gudang Senjata di Pelabuhan
- The Scottish Sun
VIVA – Spekulasi penyebab terjadinya ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut hari Selasa, 4 Agustus lalu terus bermunculan. Salah satu opini yang berkembang adalah ledakan yang menewaskan ratusan orang dan melukai 5000 masyarakat Libanon itu bersumber pada sebuah gudang senjata yang berisi bahan kimia Amonium Nitrat milik Gerakan Hizbullah dan sekutunya, Iran.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hasan Nasrallah pun angkat bicara mendengar tudingan itu. Pemimpin gerakan partai aliansi Iran itu menegaskan bahwa Hizbullah tidak memiliki gudang senjata apapun di Pelabuhan Beirut.
"Hizbullah mendukung penyelidikan atas ledakan besar yang mengguncang kota Beirut. Ledakan hari Selasa sebagai peristiwa luar biasa dalam sejarah modern, Libanon saat ini membutuhkan persatuan. Hizbullah Syiah yang bersenjata lengkap akan memperjelas posisi politik "kuat" mereka nanti, setelah debu-debu mengendap," kata Sayyed Hassan Nasrallah dikutip VIVA Militer dari Reuters, Sabtu, 8 Agustus 2020.
Nasrallah mengakui, sejak ledakan hebat yang terjadi di Pelabuhan Beirut selasa kemarin, beberapa kekuatan politik di Libanon dan kawasan itu berusaha menyalahkan Hizbullah yang merupakan pendukung terbesar pemerintah saat ini bersama dengan sekutunya.
“Kebakaran masih berkobar, dan mereka muncul di media dengan pernyataan yang sudah ada sebelumnya,” katanya.
“Mereka ingin mengatakan kepada orang-orang Beirut bahwa yang menghancurkan rumah Anda dan membunuh anak-anak Anda adalah Hizbullah. Saya benar-benar, dengan tegas menyangkal keberadaan rudal atau bahan apa pun untuk kami di gudang mana pun di pelabuhan," tambahnya.
Nasrallah menegaskan, Hizbullah menginginkan penyelidikan yang adil untuk mengungkap kebenaran dan pertanggungjawaban yang ketat bagi siapa pun yang bertanggung jawab atas peristiwa ledakan di pelabuhan Beirut itu.
Sementara itu, Presiden Libanon Michel Aoun menyatakan, pihaknya akan melakukan penyelidikan dan akan memeriksa secara mendalam apakah ledakan yang telah meluluhlantakan bangunan-bangunan Libanon itu disebabkan oleh campur tangan luar seperti bom, atau karena kelalaian atau karena kecelakaan.
“Penyebabnya belum ditentukan. Ada kemungkinan campur tangan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lain,” kata Presiden Libanon Michel Aoun.
Aoun menambahkan, saat ini Tim penyelamat masih fokus pada mencari para korban yang kemungkinan masih tertimpa puing-puing bangunan untuk menemukan siapa pun yang masih hidup setelah ledakan di pelabuhan Beirut hari Selasa lalu.
Data sementara, ledakan yang telah menghancurkan sebagian kota Mediterania dan mengirimkan gelombang kejut seismik di kota Beirut itu telah menewaskan 154 orang dan melukai 5.000 orang lainnya. Diperkirakan jumlah korban akan terus bertambah.
Aoun juga mengatakan, sejauh ini pihak keamanan Libanon telah menahan 20 orang untuk dilakukan proses pemeriksaan dalam kasus ledakan hebat itu. Sayangnya, Aoun tidak menjelaskan secara detail identitas 20 orang yang saat ini sudah diamankan pihak berwenang Beirut itu.