Amerika dan Israel Terancam,Iran Akan Balas Kematian Jend. Soleimani
- Voice of America
VIVA – Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami menyatakan, pihaknya tidak akan pernah melupakan tragedi pembunuhan Panglima Perang IRGC Jenderal Qassem Soleimani awal Januari lalu.
Salami menegaskan, para musuh-musuh Iran salah besar jika menganggap kematian Jenderal Qassem Soleimani dapat menghentikan kemajuan Revolusi Islam Iran. Sebab, lanjutnya, keinginan membalas dendam atas pembunuhan Jenderal Soleimani sudah menjadi aspirasi seluruh rakyat Iran.
"Kemartiran adalah mesin penggerak kekuatan dan pertahanan perlawanan negara besar Iran dan negara-negara Muslim lainnya," katanya Mayor Jenderal Hossein Salami dikutip VIVA Militer dari Tasnim News, Kamis, 6 Agustus 2020.
Ia menambahkan bahwa jalan terang yang diprakarsai oleh Jenderal Soleimani terus berkembang lebih cepat setelah kematiannya sebagai martir.
“Pembalasan dendam atas darah martir Soleimani telah menjadi sebuah aspirasi. Kami bergerak maju dengan aspirasi rakyat Iran,” ujarnya.
Baca juga : Mengejutkan, PM Irak Dituduh Bantu Amerika Bunuh Jenderal Soleimani
Tidak hanya itu, Komandan IRGC itu juga mengatakan, Iran tidak hanya akan membalas dendam atas pembunuhan Amerika terhadap Letnan Jenderal Soleimani saja, tetapi juga akan menyelesaikan misi untuk membebaskan al-Quds (Yerusalem) dan mengusir musuh-musuh Islam dari negara-negara Muslim.
Untuk diketahui, sebelumnya Pemimpin Revolusi Islam Ayatullah Sayyid Ali Khomaeni pada bulan Juli lalu juga telah mengancam Amerika Serikat bahwa Iran pasti akan membalas pembunuhan Jenderal Soleimani.
Ayatullah Khomaeni mengatakan, bahwa Republik Islam Iran tidak akan pernah melupakan pembunuhan Amerika atas komandan tertinggi di Irak dan "itu pasti akan memberikan pukulan timbal balik ke Amerika," katanya.
Pada 3 Januari 2020 lalu, militer Amerika Serikat (AS) telah melakukan serangan udara menggunakan pesawat tak berawak (drone) ke sekitar Bandara Internasional Baghdad. Serangan itu sengaja dilakukan oleh Amerika setelah intelijen AS mendapatkan kabar bahwa rombongan Jenderal Soleimani baru tiba kembali ke Iran setelah melakukan kunjungan ke Irak.
Serangan pesawat tanpa awak AS itu telah membunuh Pemimpin Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Soleimani. Selain Jenderal Soleimani, serangan itu yang juga telah menewaskan sejumlah personil militer Iran lainnya, termasuk komandan kedua kelompok anti-terorisasi Mobilisasi Populer (PMU) Irak, Abu Mahdi al-Muhandis.