Berharap Perang, Amerika Terus Ungkit Borok China atas India
- US Naval Institute News
VIVA – Tidak ada kata selesai bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengecilkan China dari persaingan global. Amerika sepertinya benar-benar mencari gara-gara alias berharap perang dengan China. Hal itu terlihat ketika Amerika selalu merespon segala sesuatu yang dilakukan oleh militer China di berbagai penjuru dunia, termasuk ketika konflik perbatasan antara China dan India berlangsung pertengahan Juni lalu.
Sekretaris Negara AS, Mike Pompeo pada hari Rabu kemarin, 8 Juli 2020 masih mempersoalkan konflik China dan India di sepanjang perbatasan Ladakh tersebut. Pompeo menuduh Beijing selalu dengan sengaja menciptakan perselisihan di perbatasan-perbatasan dengan negara tetangganya, termasuk dengan India.
Padahal, pada hari Senin lalu ketegangan antara China dan India telah mereda setelah keduanya sepakat untuk memundurkan pasukan militernya dari sepanjang Line of Actual Control (LAC) Ladakh.
“Orang Cina mengambil tindakan yang sangat agresif. Orang India telah melakukan yang terbaik untuk menanggapi hal itu. Saya akan menempatkan ini dalam konteks Sekretaris Jenderal Xi Jinping dan perilakunya di seluruh kawasan, dan bahkan, di seluruh dunia," kata Pompeo dalam konferensi pers di Departemen Luar Negeri dikutip VIVA Militer dari Reuters, Kamis, 9 Juli 2020.
Pompeo juga meminta kepada seluruh kekuatan negara-negara sekutunya untuk tidak tunduk dan takut dengan kekuatan China. Menurut Pompeo, cara-cara China dalam mengintervensi wilayah perbatasan tidak dapat didiamkan.
“Dari pegunungan Himalaya hingga perairan Zona Eksklusif Vietnam, ke Kepulauan Senkaku, dan selanjutnya, Beijing memiliki pola memicu perselisihan wilayah. Dunia seharusnya tidak membiarkan intimidasi ini terjadi, juga tidak akan membiarkannya berlanjut,” kata Pompeo.
Sebelumnya, pada tanggal 6 Juli lalu, Amerika diketahui telah mengerahkan dua kapal induknya yaitu USS Nimitz dan USS Ronald Reagan di perairan Laut China Selatan.
Munculnya dua kapal induk AS itu telah menggegerkan Indo-Pasific. Sebab, kemunculan dua kapal induk AS itu terjadi setelah Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) menggelar latihan militer di Kepulauan Paracel pada tanggal 1-5 Juli lalu.
Kegiatan latihan militer yang digelar pasukan Xi Jinping itu pun sempat mendapatkan protes keras dari sejumlah negara di ASEAN. Dua negera yang protes keras adalah Vietnam dan Filipina.
Tidak tanggung-tanggung, dua kapal induk militer AS itu telah membawa 90 pesawat jet tempur, dan sekitar 12.000 personil Angkatan Laut.
Komandan kapal induk USS Nimitz, Laksamana Muda James Kirk mengklaim, kehadiran dua kapal induk AS di Laut China Selatan itu dalam rangka latihan militer. Namun, kehadiran dua kapal induk AS itu masih tidak membuat China bergeming. China memilih untuk tidak meladeni kekuatan militer AS yang beroperasi di perairan yang diklaimnya itu sebagai wilayah teritorial China.
Ketegangan dua negara yang memiliki kekuatan militer besar itu sepertinya akan terus berlanjut. Bahkan tidak sedikit para pakar yang percaya bahwa perang besar antara Amerika Serikat dan China akan terjadi antar keduanya.