Posisi Haftar Kian Tersudut, Pasukan GNA Rebut Jalur Pasokan Utama LNA
- Middle East Eye
VIVA – Perlawanan Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah komando Marsekal Khalifa Haftar dipastikan berakhir di Tripoli. Pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) sudah berhasil menguasai ibukota, dan sejumlah kota lain yang sempat diduduki milisi LNA.
Dikutip VIVA Militer dari Anadolu Agency, GNA mengklaim sudah memegang kendali penuh atas ibukota Tripoli dan sejumlah kota yang dikuasai oleh pasukan Haftar di bagian timur Libya.
Tak cuma itu, GNA juga memastikan bahwa saat ini mengendalikan jalur pasokan utama pasukan Singa LNA. Jalur itu terbentang sepanjang 350 kilometer yang menghubungkan antara Libya bagian selatan dan barat.
Perdana Menteri Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya, Fayez al-Sarraj, dikabarkan sudah bertemu langsung dengan sejumlag perwira tinggi pasukan GNA di Libya utara, tengah, dan Tripoli. Al-Sarraj meninjau langsung operasi militer yang dilancarkan GNA tidak berdampak pada keselamatan rakyat Libya dan fasilitas publik.
Seperti yang diketahui, pasukan GNA yang didukung penuh oleh Turki sudah menggelar Operasi Badai Perdamaian untuk menghabisi pasukaan Haftar, sejak Maret 2020. Operasi ini dinilai efektif memukul Singa LNA.
Sejumlah kota strategis kembali direbut oleh pasukan GNA, termasuk Pangkalan Udara Al-Watiya dan Tarhuna. Operasi Badai Perdamaian GNA juga diklaim mampu memukul mundur Singa LNA yang sudah melancarkan serangan selama 14 bulan, sejak 2019.
Di sisi lain, Mesir yang merupakan salah satu sekutu Singa LNA selain Rusia dan Uni Emirat Arab (UEA) punya niat untuk menyelamatkan Haftar. Mesir tahu persis bahwa posis Haftar dan pasukannya sudah tersudut.
Dengan sejumlah kepentingan mulai dari masalah keamanan dan ekonomi, Mesir melakukan pendekatan masif kepada Libya. Jika dilihat dari sisi ekonomi, Mesir sangat bergantung pada Libya sebelum Perang Saudara yang melanda kedua negara.