Ngeri, Erdogan Libatkan Amerika untuk Hadapi Kekuatan Haftar di Libya

VIVA Militer : Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden AS Donald Trump
Sumber :
  • twitter.com

VIVA – Berbagai macam cara terus dilakukan pemerintahan Turki untuk memperkuat posisi politiknya di Libya dalam menghadapi kekuatan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar dan pendukungnya. Salah satunya adalah menarik Amerika Serikat (AS) dalam konflik di Libya yang kian memanas untuk ikut mendukung Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Libya, Fayez Al-Serraj.

Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu mengatakan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin, 8 Juni 2020 lalu, telah berkomunikasi langsung dengan Presiden AS, Donald Trump melalui sambungan seluler. Keduanya membahas kondisi terkini di Libya pasca munculnya proposal penawaran gencatan senjata yang disampaikan oleh Mesir terkait dengan perang senjata antara militer GNA yang didukung Turki dan LNA yang didukung Rusia, UEA, dan Mesir. 

Menurut Cavusoglu, keduanya bersepakat dalam beberapa hal di Libya, salah satunya mendukung GNA untuk terus berjuang merebut kota pesisir Sirte dan Pangkalan Udara Al-Jufra di Libya selatan dari pasukan Khalifa Haftar.

"Erdogan dan Trump telah mendelegasikan Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan mereka, Kepala Intelijen, dan Penasehat Keamanan untuk membahas langkah-langkah yang mungkin dilakukan di Libya," kata Menlu Turki Mevlut Cavusoglu dikutip VIVA Militer dari Al-Jazeera, Kamis, 11 Juni 2020.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar menegaskan, pihaknya akan terus berada bersama-sama pasukan pemerintah Libya yang didukung oleh PBB, yaitu GNA dalam menghadapi pasukan Khalifa Haftar di Libya. Bahkan, dia memastikan akan meruntuhkan kekuatan Haftar di Libya dalam waktu dekat ini.

"Haftar pasti akan hilang jika kerugian di medan perangnya terus bertambah. Ketika dukungan di belakangnya ditarik, diangkat, Haftar tentu akan menghilang dari sana," kata Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyatakan, pihaknya ingin perundingan untuk mencapai gencatan senjata antara GNA dan LNA di Libya dipimpin kembali oleh PBB. Menurutnya, kesepakatan gencatan senjata di Libya merupakan langkah positif yang harus ditempuh untuk menciptakan perdamaian di tanah kelahiran Muammar Qadafi itu.

"Perjanjian antara GNA dan LNA untuk memasuki kembali perundingan keamanan PBB adalah langkah pertama yang baik, sangat positif. Negosiasi cepat dan itikad baik sekarang diperlukan untuk mengimplementasikan gencatan senjata dan meluncurkan kembali pembicaraan politik intra-Libya yang dipimpin PBB," kata Pompeo dalam jumpa persnya kemarin.     

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Turki telah menolak mentah-mentah usulan gencatan senjata yang ditawarkan oleh Mesir di Libya. Turki yang selama ini mendukung pasukan GNA dalam menghadapi pasukan militer Khalifa Haftar terus memperkuat legitimasi politik Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang telah didukung oleh internasional, PBB dengan cara mempersempit ruang gerak pasukan LNA dan negara-negara pendukungnya, Rusia, UEA, dan Mesir dengan melakukan serangkain serangan militer di Libya.

Baca : Turki Tolak Tawaran Mesir untuk Gencatan Senjata di Libya