Eks Agen CIA Bongkar Pelanggaran Trump Kerahkan Militer Hadapi Demo

VIVA Militer: Trump berjalan di depan pengamanan Gedung Putih.
Sumber :
  • VIVA Militer

VIVA – Situasi di Amerika Serikat semakin tak terkendali, aksi demonstrasi atas kematian George Floyd ternyata telah memaksa Donald Trump mengeluarkan keputusan yang di luar dugaan.

Ya, Trump mendadak mengerahkan kekuatan militer negara Adi Kuasa itu untuk meredam situasi unjukrasa yang telah berujung pada kerusuhan besar itu.

Bahkan tak cuma personel militer yang dikerahkan Trump, tapi juga armada perang seperti helikopter dan kendaraan lapis baja ke tengah kota.

Namun, tindakan Trump itu mendapat kecaman dari mantan perwira intelijen The Central Intelligence Agency atau CIA, Abigail Spanberger.

Dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA Militer, Selasa 2 Juni 2020, Spanberger menyatakan keputusan Trump mengerahkan tentara nasional mengatasi keamanan Amerika sebuah tindakan yang melanggar hak kebersamaan dan tindakan Trump ini malah memicu perpecahan antara rakyat dan tentara.

"Setelah seminggu berkabung di Amerika, saat kami bertarung dengan kematian lebih dari 100.000 orang Amerika akibat COVID-19, dan satu lagi pembunuhan mengerikan terhadap pria kulit hitam tak bersenjata. Negara Anda sangat membutuhkan kepemimpinan presiden.

Namun, alih-alih mengambil langkah untuk mempersatukan negara kita yang kian gundah, Presiden Trump sekarang lebih senang untuk mengerahkan pasukan militer yang mematikan yang melanggar hak kebersamaan ke kota-kota di seluruh negara untuk mendominasi pemrotes.

Jika ada keraguan bahwa niat presiden tidak dimaksudkan untuk bersatu, tetapi lebih baik untuk membagi, disorientasi, dan mendemonstrasikan kekuasaan, kita perlu melihat lebih jauh daripada fakta bahwa presiden memerintahkan gas air mata dan peluru karet yang ditembakkan pada demonstran dan anggota damai pers bebas demi operasi foto.

Ini adalah kegagalan besar dari kepemimpinan presidensial, tindakan pembelahan yang memanas, eskalasi ketegangan dan jenis tindakan yang dilakukan oleh rezim yang otoriter di seluruh dunia. SEBAGAI mantan perwira CIA, saya tahu buku pedoman ini tindakan presiden mengkhianati fondasi aturan hukum yang ia maksudkan untuk mendukung konstitusi AS," dalam pernyataan tertulisnya.