Amerika Akan Kirim Pasukan ke Tunisia Hadapi Ancaman Rusia

VIVA Militer: Kapal Induk Amerika Serikat (AS), USS Carl Vinson
Sumber :
  • The Straits Times

VIVA – Amerika Serikat (AS) berencana akan mengirim pasukan militernya ke Tunisia untuk menghadapi ancaman Rusia di Afrika Utara. Diduga kuat rencana itu dilakukan untuk mempersempit pengaruh kekuatan Rusia di Afrika. Rencana itu diketahui setelah Komando Amerika Serikat untuk Afrika (AFRICOM) Komandan Jenderal Stephen Townsend melakukan komunikasi via seluler dengan Menteri Pertahanan Tunisia, Imed Hazgui pada akhir pekan lalu membahas situasi terkini di Tunisia yang berbatasan langsung dengan Tripoli, Libya.

Sebagai negara tetangga Libya, Republik Tunisia sangat memperhitungkan konflik negara tetangganya tersebut. Terlebih lagi pasca invasi besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Tentara Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang didukung oleh militer Turki terhadap pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Khalifa Haftar yang didukung oleh militer Rusia satu bulan terakhir di pangkalan militer LNA, Al-Watiya, Libya.

"Ketika Rusia terus mengipasi kobaran konflik Libya, keamanan regional di Afrika Utara menjadi perhatian yang meningkat. Kami sedang mencari cara baru untuk mengatasi masalah keamanan bersama dengan Tunisia, termasuk penggunaan Brigade Bantuan Pasukan Keamanan kami," kata Jenderal Townsend akhir pekan lalu dikutip Viva Militer dari Al-Masdar News, Minggu, 31 Mei 2020.

Jenderal Townsend juga menegaskan, dukungan militer AS terhadap Republik Tunisia itu merupakan langkah kongkret kepada mitra negara Paman Sam di Afrika yang menolak keberadaan campur tangan negara asing di negara-negara Afrika seperti halnya yang dilakukan Rusia di Libya.

"Tunisia adalah contoh utama tentang bagaimana dukungan AS kepada mitra Afrika kami membantu kemandirian, keamanan, dan pembangunan jangka panjang. Hubungan kami dengan Tunisia dipusatkan pada peningkatan kemitraan kami untuk mencapai tujuan keamanan bersama," kata Townsend.

Sebelumnya, Wakil Direktur Intelejen AFRICOM, Jenderal Gregory Hadfield menyatakan, pihaknya mendapatkan bukti kuat terkait dengan pengerahan 14 pesawat tempur canggih jenid MiG 29 oleh militer Rusia ke Tripoli, Libya. Belasan pesawat tempur modern MiG 29 itu dikerahkan dalam rangka mendukung Tentara Nasional Libya (LNA) dalam upaya merebut Ibukota Libya, Tripoli dari penguasaan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang didukung militer Turki.

Tuduhan petinggi AFRICOM itu sempat dibantah oleh Ketua Komite Pertahanan Senat Negara Federasi Rusia, Viktor Bondarev. Bondrev menyebut tuduhan AS itu tidak berdasar alias omong kosong.

"MiG-29 tidak diragukan lagi salah satu pejuang garis depan terbaik yang diciptakan oleh industri pesawat Soviet. Mudah terbang, mudah dioperasikan dan sangat handal. Tetapi untuk menyarankan bahwa seseorang dapat menggunakan beberapa MiG-29 untuk menangkap pantai Libya adalah omong kosong. Libya dan negara-negara Afrika lainnya telah memiliki akses ke MiG-29 sejak 1980-an. Karena itu, jika Libya memiliki pesawat-pesawat ini, mereka bukan (milik) Rusia, tetapi Soviet," kata Bondarev.