Amerika Dukung India Hadapi Cina di Lembah Galwan
- China Military
VIVA – Ketegangan antara pasukan militer Cina dan India di perbatasan Lembah Galwan, Laut Cina Selatan terus meningkat. Beberapa hari lalu Angkatan Darat India dikabarkan telah mengerahkan 12000 tentara Batalion Infantri Angkatan Darat India ke Line of Control (LAC) di Ladakh Timur dekat perbatasan Lembah Galwan untuk menghadapi pasukan militer Cina di sekitar perairan Laut Cina Selatan.
Banyak yang menilai bahwa Amerika Serikat (AS) dan sekutunya berada di belakang India untuk menghadapi Cina di perbatasan Lembah Galwan. AS tentunya memiliki kepentingan besar untuk meruntuhkan kekuatan ekonomi Cina dengan cara melawan dominasi negeri Tirai Bambu itu di wilayah Indo-Pasifik dengan cara menggunakan tangan negara India.
Dukungan AS terhadap India juga sempat ditunjukan oleh salah satu pejabat diplomat AS, Asisten Sekertaris Negara untuk Asia Selatan, Alice G. Wells. Dikutip dari laman Sputnik, Alice mengatakan, pasukan militer Cina dengan sengaja mengganggu perbatasan India untuk mengubah status quo di perbatasan selama ini.
"Cina menggunakan bentrokan perbatasan dengan India untuk mengubah status quo di perbatasan," kata Alice G. Wells.
Bahkan, petinggi diplomat AS itu menegaskan bahwa India harus melakukan perlawanan terhadap militer Cina yang saat ini sudah mendirikan 80 barak atau tenda di sekitar perbatasan Lembah Galwan.
"Jika Anda melihat ke Laut Cina Selatan, ada metode di sini untuk operasi Cina, dan itu adalah agresi konstan, upaya konstan untuk mengubah norma, untuk mengubah apa status quo.Itu harus dilawan," kata Wells dikutip Viva Militer dari South China Morning Post, Selasa, 26 Mei 2020.
Dalam kesempatan berbeda, seorang ahli IMEMO RAS, profesor di Akademi Diplomatik Kementerian Luar Negeri Rusia, Andrei Volodin menilai, komentar salah satu petinggi AS itu merupakan salah satu contoh nyata yang menunjukan kepentingan AS sangat besar atas konflik antara Cina dan India tersebut.
Menurut Volodin, pernyataan Wells itu sejalan dengan sikap pemerintahan Donald Trump yang akhir-akhir ini selalu mendeskreditkan Cina sebagai negara yang harus bertanggungjawab penuh atas malapetaka pandemi Covid-19 yang kini telah menggemparkan dunia.
"AS, yang melakukan anti-Cina kampanye, sekarang berusaha untuk melibatkan jumlah maksimum tidak hanya satelit mereka di Eropa Barat, tetapi juga jumlah maksimum negara-negara Asia. Negara-negara Asia, pada umumnya, bereaksi cukup netral terhadap upaya ini," kata Volodin.
Sebagaimana diketahui, perang besar antara Cina dan India di Lembah Galwan, Laut Cina Selatan tampaknya sebentar lagi akan meledak. Pasalnya, masing-masing negara sudah mempersiapkan pasukan di wilayah perbatasan yang telah disengketakan. Sengketa perbatasan antara India dan Cina sebenarnya adalah merupakan persoalan masa lalu yang belum selesai.
Cina dan India pada tahun 1962 silam juga pernah perang karena masalah perbatasan ini. Namun, ketegangan dua negara yang memiliki penduduk paling banyak di dunia itu bulan lalu kembali terjadi setelah India melakukan pembangunan infrastruktur Line of Control (LAC) di sekitar perbatasan Lembah Galwan. Cina mengklaim bahwa kegiatan India itu telah menghalangi militer penjaga perbatasan Cina, sehingga gesekan antar pasukan penjaga perbatasan dua negara itu pun tak dapat dihindarkan. Setidaknya, dalam sebulan terakhir telah terjadi dua kali bentrok antara militer Cina dan militer India di sejumlah wilayah perbatasan tersebut.