Gara-gara Minyak, Trump Ancam Tarik Pasukan dari Arab Saudi
- Middle East Eye
VIVA – Pandemi Virus Corona atau COVID-19 menimbulkan dampak yang sangat dahsyat bagi ekonomi dunia. Salah satu yang terkena impact adalah harga minyak yang terjun bebas akibat wabah yang menyerang lebih dari 200 negara di dunia.
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman, sangat terkejut saat mendapat kontak telepon dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada 2 April 2020 lalu.
Sebab dalam kontak telepon itu, Trump langsung melontarkan ancamannya kepada putra Raja Salman. Trump mendesak agar Arab Saudi memangkas produksi minyaknya. Sebab jika tidak, Presiden AS ke-45 itu bakal menarik seluruh pasukannya, termasuk artileri berupa rudal patriot dan sistem pertahanan anti rudal di Arab Saudi.
Trump mengakui bahwa ia memang melakukan kontak telepon dengan Pangeran Mohammed Bin Salman, dan memintanya untuk mengurangi produksi minyak.
"(Sebenarnya) saya tidak harus memberitahunya. Saya pikir dia dan Presiden, Vladimir Putin, tahu alasannya," ucap Trump dikutip Reuters.
"Mereka sulit membuat kesepakatan. Dan, saya bertemu dengannya melaluo telepon dan kami mencapau kesepakatan untuk pengurangan produksi," katanya.
Mobilisasi militer AS ke Arab Saudi sudah terjadi sejak 1990, saat menghadapi Perang Teluk. Akan tetapi, pada 2003 AS memutuskan menarik sebagian besar pasukannya dari Arab Saudi. Akan tetapi, masih ada sejumlah pasukan yang ada di Pangkalan Udara Militer AS di Eskan, Riyadh.