Idlib Kembali Bergolak, Drone Turki Bunuh 2 Orang Milisi HTS

VIVA Militer: Kelompok teroris Hayat Tahrir al-Sham (HTS)
Sumber :
  • CSIS

VIVA – Sebuah pesawat tanpa awak (drone) militer Turki telah menyerang sebuah kendaraan milik kelompok teroris Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) di sebuah desa wilayah timur Idlib, Suriah. Hal itu disampaikan oleh The Syrian Observatory for Human Right (SOHR) kepada awak media di Suriah. 

Menurut laporan SOHR, insiden penyerangan yang dilakukan dengan cara menabrakan drone ke kendaraan pasukan pemberontak HTS itu terjadi pada hari Minggu, 26 April 2020 kemarin. Setidaknya dua orang tewas akibat penyerangan itu.

Serangan drone Turki itu sebagai respon atas serangan Hayat Tahrir Al-Sham pada pos-pos militer Turki di Idlib.

"Serangan ini mengikuti serangan sebelumnya yang telah dilakukan oleh HTS ke pos-pos militer Turki di daerah Al-Nayrab, sebagai respon atas pembunuhan empat demonstran, termasuk anggota HTS, yang ikut dalam aksi pendudukan Al-Karama yang diadakan di sepanjang jalan Tol M4 (Tol Aleppo - Latakia) setelah tentara Turki menembaki daerah tersebut (Tol Aleppo - Latakia) sebelumnya," kata laporan SOHR yang dikutip VIVA Militer dari AMN, Senin, 27 April 2020.

Akhir-akhir ini ketegangan antara kelompok Hayat Tahrir Al-Sham dan tentara Turki sering kali terjadi di Idlib. Tentara Turki bahkan sempat memaksa agar para demonstran dan kelompok HTS untuk membubarkan diri dari demonstransi pendudukan Jalan Tol Aleppo - Latakia.

HTS bahkan sempat melakukan perlawanan dengan menembakan senjata ke arah tentara Turki yang berujung pada refresifitas tentara Turki dengan menghancurkan seluruh blokade di sepanjang jalan Tol Aleppo - Latakia.

Untuk diketahui, pada tanggal 5 Maret 2020 lalu, Pemerintah Turki dan Rusia telah menandatangani perjanjian gencatan senjata di wilayah Idlib, Suriah.

Perang yang terjadi beberapa bulan terakhir di Idlib itu sempat menjadi perhatian dunia. Kini perjanjian gencatan senjata itu tampaknya sama sekali tidak berpengaruh.

Turki mengklaim kelompok pemberontak Hayat Tahrir Al-Sham telah beberapa kali melanggar perjanjian gencatan senjata di Idlib, sehingga konflik di sana sampai saat ini masih terus terjadi.