Lewat BUMDes, Warga di Desa Lampung Nikmati Air Bersih dari Sumur Bor
VIVA – Warga Sri Rezeki, Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way Kanan, Lampung sering kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka biasanya mendapat air dari lebung (semacam rawa) yang seringkali kering di musim kemarau serta kesulitan untuk menggali sumur.
Namun demikian warga Sri Rezeki tidak tinggal diam, mereka tetap berupaya mendapatkan air bersih dari luar daerah desa mereka meski jaraknya berkisar 20 km dari pusat kabupaten Way Kanan. Akses menuju daerah desa luar pun masih terkendala oleh jalan rusak (sampai saat ini), dan harus melewati hutan register yang sepi dan rawan.
Tentunya ini menjadi kendala yang cukup berat bagi warga Sri Rezeki dalam memperoleh air bersih.
Guna mengatasi kesulitan mendapatkan air bersih ini, pemerintah dan masyarakat desa mengadakan musyawarah untuk mengusulkan program pembuatan sumur bor.
"Waktu itu pelaksanaan ada di dua titik dengan dana sekitar Rp 245 juta, dibangun dua unit sumur bor, pemipaan jaringan sepanjang 2.600 meter,” papar Ketua BUMDes Mandiri Pangan Sejahtera M Jahidin kepada tim Viva melalui Whatsapp.
Selesai dibangun, Jahidin mengatakan pelanggan sumur bor sudah mencapai 140-an kepala keluarga (KK) di dua titik. “Untuk air bersih ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak, mandi dan lainnya,” ucapnya.
Jahidin mengatakan, air bersih dari sumur bor ini awalnya dikelola berdasarkan peraturan kampung. Lalu setelah adanya Undang-Undang Desa, pengelola dilimpahkan ke BUMDes milik desa yang bernama BUMDes Mandiri Pangan Sejahtera.
“Hingga akhirnya pada tahun 2019, BUMDes Mandiri Pangan Sejahtera menjadi juara 3 lomba BUMDes tingkat provinsi dengan pengelolaan air bersih sebagai unit usaha andalannya,” paparnya.
Masih menurut Jahidin, sampai saat ini warga Sri Rezeki yang menggunakan jasa air bersih mencapai 236 KK dari total 600-an KK. Ia juga menjelaskan, biaya pertama yang harus dikeluarkan warga untuk menggunakan jasa air bersih ini sebesar Rp 500 ribu.
“Biaya ini digunakan untuk keperluan administrasi, pengadaan pipa jaringan untuk distribusi air, dan membayar tenaga karyawan yang memasang,” jelasnya.
Warga Sri Rezeki tidak dibatasi dalam penggunaan air ini. Namun, menurut Jahidin warga harus membayar sekitar Rp 3.000 perbulannya kepada BUMDes.
Salah seorang warga Sri Rezeki yang juga menggunakan jasa air bersih ini, Hadi, mengatakan mendapat manfaat dari adanya sumur bor ini. Ia sudah menggunakan air bersih ini sejak 2012.
"Kalau musim kemarau, masyarakat sini sebelum ada sumur bor, yang punya sumur saja kering. Banyak lari ke sungai, cari-cari air yang sisa itu yang dikonsumsi. Makanya alhamdulillah sekarang masyarakat terbantu. Air bersih ini untuk kebutuhan sehari-hari minum, masak, mencuci,” sambung Hadi.
“Untuk fasilitas umum seperti masjid, musala kita tidak pungut biaya. Ada 2 masjid dan 4 musala. Kemudian sekolah yang ada di Desa Sri Rezeki, perkantoran kampung pun tidak harus membayar semuanya gratis. Tetapi tetap membayar biaya awal membantu untuk pemipaan ke stop kerannya," papar Jahidin.
Selain pengelolaan air bersih, kata Jahidin, BUMDes Mandiri Pangan Sejahtera juga mengembangkan unit usahanya di penyewaan alat pesta dan tenda acara setelah mendapat bantuan modal dari Dana Desa. Selain itu, ada juga jasa transfer BRILink dan kini sedang mengembangkan unit usaha bank sampah.