Wisata Bukit Kapur Nan Eksotis di Desa Ceruk
- Dok. Desa Ceruk
VIVA – Desa Ceruk adalah salah satu desa di Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di bagian barat lereng Bukit Ranai. Meskipun memiliki potensi keindahan alam yang luar biasa, Desa Ceruk belum memiliki tempat wisata lantaran belum dikelola dengan maksimal.
Salah satu kawasan alam yang bisa dikembangkan menjadi tempat wisata yakni kawasan Bukit Kapur yang berada di kawasan hutan produksi. Menariknya, selain bisa dijadikan sebagai wisata alam yang eksotik, masyarakat juga bisa memanfaatkan daerah di sekitar lereng Bukit Kapur untuk bercocok tanam karena tanahnya yang subur. Dari sinilah kemudian muncul inovasi menjadikan daerah ini sebagai daerah wisata pertanian.
“Awalnya itu, di sini banyak lahan kebun karena memang 70 persen masyarakat itu bekerja sebagai petani kebun. Nah, ini kan banyak aset di Desa Ceruk ini, makanya dibuat wisata. Jadi di atas itu untuk wisata sementara di bawah untuk kebun petani,” ujar Syahmin selaku pengelola Wisata Bukit Kapur saat dihubungi Tim VIVA lewat telepon selular.
Pemerintah Desa bersama masyarakat kemudian menyelenggarakan musyawarah untuk merumuskan gagasan hingga pengambilan keputusan kebijakan pemanfaatan lahan Bukit Kapur. Dari sana, dimulai pembukaan Jalan Sirtu sepanjang 1000 meter dan swadaya salah satu anggota masyarakat sepanjang 300 meter sebagai akses ke kawasan Bukit Kapur. Pembukaan akses ini menggunakan anggaran tahun 2017 sebesar Rp223.430.000 dari Dana Desa.
Kemudian, dilanjutkan dengan paket pembangunan drainase, box culvert, batu miring serta pembuatan parit dengan biaya sebesar Rp190.103.005 yang diambil dari Dana Desa anggaran tahun 2018. Setelah pembangunan selesai, melalui BUMDes, dilakukan sosialisasi dan pemasaran terkait keberadaan Wisata Bukit Kapur, termasuk pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat.
“Masyarakat sangat membantu dalam terwujudnya Wisata Bukit Kapur ini. Karena memang wisata ini juga demi mendorong daya ekonomi masyarakat. Karena masyarakat petani ini kan juga bisa menjual langsung hasil kebun mereka, seperti pisang, ubi kayu, dan jagung. Saat ini, di tempat wisata itu sarana dan prasarana yang sekarang sudah ada adalah musholla, pendopo, tempat selfie, dan baru-baru ini permainan paralayang,” jelas Syahmin.
Lebih lanjut, Syahmin menuturkan bahwa tingkat pengunjung belakangan ini mengalami penurunan terkait kurangnya sarana dan prasarana yang ditawarkan. “Kemarin itu memang ada dua orang pengunjung dari Prancis. Kata mereka, pemandangan di sini bagus, tapi di sini tidak ada penginapan, makanya mereka bilang akan tambah bagus kalau ada hotel atau homestay,” sambung Syahmin.
Untuk promosi, pengelola Wisata Bukit Kapur saat ini sudah menggunakan media sosial, seperti melalui grup WhatsApp dan laman Facebook. Ini semua dilakukan untuk menggaet pengunjung baru demi menambah pendapatan desa. Selain itu, Pemerintah Desa Ceruk juga menyelenggarakan berbagai acara. Contohnya, acara seni dan Tahun Baru di mana hampir 2000 pengunjung hadir.
Adanya tempat wisata ini ternyata menimbulkan dampak positif, masyarakat kini bisa mendapatkan tambahan pendapatan dengan berjualan di kawasan wisata ini. Berkat adanya pembukaan akses jalan, petani juga makin mudah untuk bisa sampai ke lahan pertaniannya.
“Untuk sekarang, ekonomi masyarakat desa banyak terbantu. Masyarakat pun merasa senang karena ramainya pengunjung sehingga hasil jualan mereka habis. Kami hanya berharap agar ada bantuan dari pemerintah agar bisa melengkapi sarana dan prasarana ditempat wisata ini seperti panjat tebing atau outbound, supaya wisata ini bisa tambah ramai,” tutup Syahmin.