Kembangkan Produk Unggulan, Desa Kedabu Rapat Utamakan Infrastruktur

Desa Kedabu Rapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau
Sumber :
  • Dok. Kemendesa

Jika Anda pernah membayangkan berada di sebuah pulau yang panas dengan pohon kelapa berjejer-jejer, pohon-pohon besar, jalan-jalan kecil nan becek, belukar di sepanjang jalan, rumah-rumah kayu dengan jarak berjauhan, bahkan monyet-monyet yang ada di pinggir jalan, mampirlah ke Desa Kedabu Rapat.

Desa ini berada di Pulau Rangsang Pesisir yang masuk ke dalam Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau. Jika Anda ingin datang ke sini, maka Anda harus menempuh perjalanan dengan dua kali menyebrangi laut. Meski tertinggal, tetapi produk unggulan desa ini, seperti kopi dan potensi wisata, membuat desa ini terus melakukan berbagai inovasi guna mengembangkan keduanya.

Menjadi produk unggulan Desa Kedabu Rapat, hampir semua penduduknya berprofesi sebagai petani kopi dengan lahan yang dimiliki minimal 1 hektare. Selain kopi, pinang dan kelapa juga menjadi tanaman kebun yang diandalkan untuk memperoleh Rupiah. Meski demikian, ada juga penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani padi.

Karena memiliki penduduk yang hampir sebagian besar hidup dari kopi, tak salah kalau kemudian Pemerintah Desa terus berupaya untuk meningkatkan semua hal yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran kopi. Perlu diketahui bahwa kopi yang  berasal dari Desa Kedabu Rapat bukanlah kopi yang banyak dikenal di masyarakat luas di Indonesia, seperti Robusta dan Arabica. Jenis kopi yang ditanam serta tumbuh dan berkembang dengan baik di sana adalah Kopi Liberika Meranti.

Kopi andalan Desa Kedabu Rapat ini memiliki keunikan tersendiri. Tanaman ini mampu tumbuh dan berkembang dengan baik di lahan gambut yang memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan berada pada dataran rendah dengan ketinggian hanya 1 meter di atas permukaan laut. Padahal, Kopi Arabika atau Robusta notabenenya tumbuh di dataran tinggi.

Kopi Liberika Meranti yang telah berbuah siap dipanen tiap 20 hari sekali. Dalam sekali panen, dengan luasan tanam 1 hektare, bisa didapat 100 kg kopi basah dengan kisaran harga jual kopi Rp2.500/kg. Jadi, setiap petani bisa mendapat Rp250 ribu per 20 hari. Hasil panen Kopi Liberika tersebut dijual ke luar pulau bahkan diekspor ke berbagai negara tetangga, terutama ke Malaysia.

Inovasi Jalan Usaha Tani

Sayangnya, meski menjadi produk unggulan, pengangkutan Kopi Liberika terhambat oleh jalan desa yang bisa dibilang tidak memadai. Pengangkutan kopi sempat hanya bisa dilakukan dengan sepeda kayuh dan tidak bisa dengan motor apalagi dengan mobil, karena Desa Kedabu Rapat sampai saat ini belum bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.  

Mengatasi masalah ini, Pemerintah dan masyarakat Desa Kedaburapat berinovasi membuat jalan usaha tani untuk mempermudah pengangkutan kopi. Dengan Dana Desa, Mahadi, Kepala Desa Kedabu Rapat mengatakan bahwa telah dibangun sepanjang 3000 meter jalan usaha tani. Meski hanya sebatas jalan kendaraan roda dua, namun impact positif terhadap proses pengangkutan kopi cukup positif.

“Jika sebelumnya satu kali mengangkut dengan menggunakan sepeda kayuh hanya mampu membawa 50 kg, sekarang dengan menggunakan gerobak yang ditarik oleh sepeda motor bisa membawa 200 kg kopi dalam sekali angkut,” jelas Mahadi.

Adanya jalan usaha tani yang dibangun menurut petani kopi cukup membawa dampak yang positif. Jika sebelumnya dengan menggunakan sepeda kayuh petani hanya mampu mengangkut kopi 50 kg sekali angkut dari kebun, saat ini dalam sekali angkut bisa membawa kopi cukup banyak sekitar 200 kg bahkan bisa mencapai 1 ton. Hal ini bisa menghemat biaya angkut dan tenaga.  

“Jadi saat ini kita fokus ke pembangunan infrastruktur menuju ke perkebunan kopi,” kata Mahadi.

Sampai saat ini, memang Kopi Liberika Meranti dikonsumsi masih sebatas minuman saja, namun ke depan menurut Al Hakim, salah seorang petani Kopi Liberika di Desa Kedaburapat, akan dikembangkan inovasi lain untuk produk Kopi Liberika, yakni untuk pengharum ruangan dan mobil. Hakim  berharap dengan inovasi-inovasi ini produk Kopi Liberika Meranti menjadi lebih unggul dan dapat mengharumkan nama desa dan nama Indonesia.

Tambatan Perahu

Inovasi lain yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Kedabu Rapat adalah membangun jembatan sepanjang 200 meter yang berfungsi sebagai tambatan perahu. Selain berfungsi sebagai tambatan perahu nelayan saat air surut, jembatan ini menjadi penghubung antara daratan dengan wisata batu geronjong.  

Dengan adanya jembatan ini, wisatawan bisa lebih mudah untuk menikmati keindahan alam batu geronjong, terutama saat matahari terbenam. Adanya jembatan ini juga makin meningkatkan jumlah wisatawan yang datang sehingga terjadi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar dengan adanya wirausaha penjualan makanan dan minuman.

Embung untuk Pengairan Sawah

Setelah jembatan menuju wisata batu geronjong terbangun, dengan Dana Desa, Pemerintah Desa Kedabu Rapat akan membangun embung. Menurut Mahadi, embung yang akan dibangun ada di dusun 4 dan akan menampung air dari jalan air sepanjang 7 kilo. Air yang tertampung itulah yang akan mengisi embung. Jika sudah banyak, akan kembali dialirkan melalui jalan-jalan air yang menuju ke persawahan yang ada di Desa Kedabu Rapat.

“Ini membuat sawah yang ada di Kedabu Rapat tidak lagi tergantung pada air hujan dan bisa terus berproduksi meski tidak musim hujan,” jelas Mahadi.

Inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Kedabu Rapat memang masih sebatas pengembangan dari empat prioritas pembangunan desa, namun dampaknya sangat besar bagi perkembangan produk unggulan yang ada di desa tersebut dan bagi potensi wisata yang ada di sana.

Mahadi sendiri berharap Dana Desa ke depannya makin bisa digunakan dengan sebaik-baiknya lewat inovasi-inovasi baru yang akan dilakukan yang ke semuanya akan berujung pada pemberdayaan masyarakat desa serta peningkatan perekonomian desa yang akhirnya bisa membuat Desa Kedabu Rapat menjadi desa yang lebih baik dari sekarang, bahkan bisa menjadi sebuah desa yang mandiri.