Jika Pesantren Berdaya, Bisa Turunkan Angka Kemiskinan

Aminuddin Maruf Staf Khusus Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Pesantren ternyata tak luput dari radar Presiden Jokowi. Presiden yang gemar sarungan itu ternyata memiliki concern pada pusat pendidikan agama Islam tersebut. Dan, salah satu staf khusus yang ia angkat, salah satunya memiliki tugas untuk memberdayakan pesantren. 

Aminuddin Ma'ruf menjadi anak muda yang tergabung dalam staf khusus presiden. Ia diberi kepercayaan untuk memberikan masukan soal pemberdayaan pesantren dan aktivis mahasiswa. Menurut staf khusus Presiden Jokowi yang satu-satunya lulusan dalam negeri, jika pemberdayaan pesantren berhasil, maka kemisikinan di Indonesia juga bisa teratasi.

Sebab, dengan puluhan ribu jumlah pesantren di Indonesia artinya bisa jadi banyak penduduk Indonesia yang menjadi bagian dalam pesantren. Alumni Universitas Negeri Jakarta ini juga memastikan, tugas stafsus bukan melakukan eksekusi, tapi memberi masukan ide dan gagasan kepada presiden. 

Kepada VIVAnews yang mewawancarainya pekan lalu, pria kelahiran Karawang Jawa Barat itu mengaku tugasnya tak mudah. Tapi ia akan tetap bekerja agar tujuan untuk mendekatkan pesantren dengan dunia digital dan berdaya bisa segera terwujud. 

Seperti apa petikan wawancaranya, silakan disimak:

Bagaimana prosesnya Anda bisa ditunjuk menjadi staf khusus Jokowi?
Ceritanya itu, jadi kira-kira dua minggu sebelum diumumkan, saya dikonfirmasi oleh Pak Sesneg, Pak Pratik (Mensesneg, Prof.Dr.Pratikno -Red) saya diberitahu jadi Staf Khusus Presiden. Lalu lima hari atau empat hari sebelum diperkenalkan, saya dikonfirmasi ulang oleh Pak Ari Dwipayana untuk mengosongkan jadwal di hari Kamis. Seperti itu saja ceritanya.

Kalau di belakang ya mungkin tidak ada yang rahasia. Hubungan saya dengan Pak Jokowi juga, publik pasti tahu. Dari mulai saya menjadi Ketua Umum PB PMII, berapa kali juga ketemu dengan Pak Jokowi. Pak Jokowi hadir di acara saya, dan saya yang dipanggil ke istana. Jadi sangat baik. Terus sampai Pak Jokowi juga jadi saksi akad nikah saya. Jadi yang terbangun memang hubungan yang emosional. Hubungan saling kepercayaan. Saya juga merasa sangat dihargai oleh Pak Jokowi. Padahal menurut saya, saya itu bukan siapa-siapa gitu, tapi dihargai seperti itu. Terus berlanjut pasca menjabat Ketua Umum PB PMII selesai.

Aminuddin Ma'ruf ?

Artinya kedekatan dengan Jokowi memang sudah terjalin lama ya?
Saya memang sudah lebih sering, lebih intens, lebih sering diajak presiden ke dalam hubungan kerjanya. Lupa saya berapa kali, tapi lumayan sering.

Sudah berapa lama dilibatkan dalam kegiatan Jokowi?
Hampir sekitar dua tahun. Dua tahun sebelumnya, dari mulai 2017-2019 saya mulai diajak. Baik kunjungan, juga pertemuan-pertemuan terbatas. Dari yang saya ingat di Medan, di Pontianak, di Bandung, Tasik, Wonosobo, Cilacap, di Maluku Utara, Kalimantan Selatan, lumayan juga.

Ternyata sudah lumayan dekat. Bahkan sebelum ramai Pilpres 2019?
Jauh mas. Kalau saya ceritakan, bisa saya simpulkan itu, mulai tahun 2015. Dimulai tahun 2015.

Itu setelah tidak jadi Ketua PB PMII?
Masih, waktu itu Pak Jokowi hadir di acara harlah PMII, yang dibikin Surabaya di Masjid Al Akbar. Dan mungkin itu, sepengetahuan saya, itu acara pertama Pak Jokowi datang di luar acara kenegaraan. Ini bisa di-tracking. Itu pertama yang didatangi di luar acara-acara resmi presiden. Menghadiri acara undangan dari luar. Karena kegiatan itu kan April 2015.

Apa kedekatan itu yang membuat Anda dipilih jadi Staf Khusus Jokowi?
Alasan secara objektif, ya pasti Pak Jokowi yang tahu.

Kalau menurut Anda sendiri bagaimana? Kan selama ini ada interaksi cukup intens? 
Terus terang saya tidak tahu juga pertimbangannya apa. Pertimbangan dari personal saya apa. Tapi yang jelas, memang apa yang ditugaskan hari ini kepada saya oleh Presiden, kira-kira saya sudah lakukan sekitar tiga sampai empat tahun yang lalu.

Boleh tahu apa tugasnya itu?
Di stafsus presiden kita dibagi ke dalam tiga gugus tugas. Pertama, gugus tugas juru bicara, kedua gugus tugas kelompok-kelompok strategis, dan yang ketiga gugus tugas inovasi. Nah, yang gugus tugas inovasi ini, yang kemarin diperkenalkan oleh Presiden langsung yang tujuh orang itu. Termasuk saya. Cuma, saya dapat tugas tambahan masuk ke dalam gugus kelompok strategi. Jadi gugus 2.

Dari tujuh orang itu, yang diberikan tugas tambahan adalah saya dan Angki. Selain gugus tugas inovasi, Angki juga jadi masuk ke dalam gugus tugas juru bicara. Kalau saya, selain masuk di gugus inovasi, saya ditugaskan masuk ke gugus 2. Kelompok strategis. Kelompok strategis yang dimaksud, yang ditugaskan ke saya, tidak ada penugasan resmi, jadi tidak ada SK. Tapi yang diamanatkan ke saya adalah saya diminta untuk membangun sinergitas kelompok-kelompok strategis. Santri sampai mahasiswa. Dan sejenisnya, begitulah.

Sebenarnya apa tujuan utama presiden membentuk stafsus dengan anggota anak-anak muda?
Presiden ingin ada perspektif lain. Sejauh ini yang saya lihat, presiden sangat punya komitmen kepada anak-anak muda, karena anak-anak muda punya pikiran out of the box. Pak Jokowi sudah sering berbicara di mana-mana, jangan terjebak dalam rutinitas, kita butuh lompatan-lompatan. Kita butuh kreativitas. Kita butuh inovasi. Itu adalah ciri khas dari anak-anak muda. Ciri khas dari generasi kami. Generasi yang punya pikiran out of the box. Generasi yang apa adanya. Jadi kami juga berdiskusi dengan Presiden tidak ABS. Kami sampaikan apa adanya. Dan Presiden juga sangat terbuka dengan masukan-masukan. Nah, saya pikir itu kenapa harus ada staf khusus yang berusia muda. Saya pikir itu.

Apa yang menjadi goals Presiden sebenarnya?
Stafsus presiden tidak punya hak mengeksekusi program. Jadi kalau indikatornya adalah goals, agak susah kita mengukurnya. Tapi kira-kira yang diminta oleh Presiden ke saya, yaitu bagaimana santri dan pondok pesantren punya perspektif baru tentang tantangan-tantangan perubahan, khususnya dalam teknologi informasi. Kedekatan digitalisasi. Dan Presiden sangat ingin pesantren itu berdaya.

Seperti apa berdaya yang Anda dan Presiden maksud?
Berdaya itu tidak hanya mandiri ya, tapi lebih dari itu. Pesantren itu berdaya, tidak hanya menjadi lembaga pendidikan keagamaan, tapi juga bisa menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Peranan lebih besar, bukan sekadar menjadi lembaga pendidikan agama.

Apakah sebelum ditunjuk menjadi stafsus ada semacam fit and proper test?
Kalau fit and proper saya pikir itu penilaian Presiden yang sudah lama. Tidak secara khusus diundang, atau diberikan pertanyaan misalnya pendapat Anda tentang ini? Seperti ini, enggak ada. Ya mungkin Presiden menilai kami dari dalam, dan dari perjalanan. Stasfus yang lain hanya sekali bertemu Presiden. Saya tidak tahu, tapi sepertinya teman-teman yang lain juga sebelumnya sudah berinteraksi dengan Presiden.

Bagi orang lain, apa yang dilakukan Jokowi sekarang semacam bagi-bagi kekuasaan. Kan Anda pernah di Samawi (Solidaritas Ulama Muda dukung Jokowi). Tanggapan Anda?
Saya merasa tidak seperti itu juga. Selain di Samawi, saya juga salah satu sekretaris direktorat di tim kampanye nasional, TKN. Tidak ada bahasan ataupun apa pun dalam proses, baik itu membantu presiden, dari sebelum urusan pilpres sampai kepada urusan pilpres. Saya tidak pernah membicarakan.

Perspektifnya adalah bukan bagi-bagi kekuasaan, tapi memang tanggung jawab Presiden. Baik cakupan kerja, cakupan wilayah sangat besar, ya memang Presiden memerlukan tim yang di luar kementerian. Yang itu bisa, bisa, dalam "dapat informasi langsung tanpa harus ada birokrasi." Jadi Presiden dapat informasi langsung yang ada di masyarakat, problem-problem yang memang itu salah satu yang diharapkan kepada kami dari staf khusus.

Selanjutnya tugas stafsus..

***

Sebenarnya apa tugas pokok dan fungsi dari staf khusus presiden?
Kalau aturan di Perpres, penugasannya langsung oleh presiden, dan itu di luar tugas-tugas dari kementerian. Kira-kira bunyi teksnya seperti itu. Ya intinya stafsus itu menjadi mata dan telinga presiden. Dan gugus inovasi yang kemarin diperkenalkan itu, Presiden memang ingin ada pendekatan atau ada perspektif dari anak muda, dalam hal memberikan input pada program-program prioritas dari pemerintah. Terutama soal inovasi dan pendekatan digitalisasi. Jadi bagaimana kebijakan presiden bersentuhan langsung dengan anak muda. 

Dari tujuh yang diperkenalkan kemarin, apakah ada pembagian tugas?
Tidak ada. Tujuh orang itu selain saya dan Angki, fokus dalam hal memberikan input kepada Presiden khususnya dalam bidang inovasi. Misalkan, saya kasih contoh yang sudah ditugaskan kepada kami, adalah kartu prakerja. Kami itu, tidak saya, tidak satu orang, tapi bertujuh adalah, bagaimana soal kartu prakerja. Karena ini objek programnya adalah anak-anak muda, maka Presiden menganggap perlu masukan dari anak muda. Kira-kira apa yang diharapkan anak muda dari kartu prakerja ini? Kayak gimana sih, baik dari aspirasi anak muda maupun dari pikiran-pikiran kami yang memang sudah memulai proses itu.

Jadi di luar Anda dan Angki, ketujuh ini pekerjaannya secara kolektif. Apakah presiden memberi mandat khusus pada Anda?
Soal pesantren. Bagaimana saya bisa memberikan perspektif baru, gagasan baru, tentang inovasi-inovasi di lingkungan pondok pesantren, santri. Bagaimana pemberdayaan ekonominya, bagaimana hard skill-nya, bagaimana manajemen pengelolaan pesantren, dan sebagainya. Ditambah lagi dengan teman-teman aktivis, mahasiswa, dan sebagainya.

Kira-kira apa yang diinginkan Presiden dengan memberikan tugas pada stafsus?
Nah, itu bukan kapasitas saya menyampaikannya. Yang jelas kerja kami ada KPI-nya dari Presiden. Tapi kami tidak dalam hal menyampaikan itu. Karena akan banyak bersentuhan dengan banyak kementerian. Itu yang akan menyampaikannya beliau-beliau itu dan presiden.

Sejak ditunjuk oleh Jokowi, apa saja yang sudah Anda lakukan terkait dengan mandat yang diberikan?
Saya sudah memetakan, pertama karena tentunya mandat khusus ke saya adalah bidang santri, pesantren dan mahasiswa, maka saya sudah memetakan tentang program prioritas. Program prioritas itu bukan program pemerintah, tapi kira-kira program prioritas yang akan saya lakukan. Dan itu akan menjadi input atau menjadi bekal saya nanti pada saat berdiskusi dengan Presiden.

Apa program prioritasnya?
Saya mungkin tidak mau menyampaikan lebih detail, karena nanti saya targetkan bulan Februari sih bisa di-launching. Bukan program, tetapi ide dan gagasan. Tapi kira-kira yang sudah saya lakukan, kita sudah riset terbatas dengan pesantren, pimpinan-pimpinan pondok pesantren tentang bagaimana literasi keuangan pesantren, manajemen pengelolaan pesantren, pendidikan, pemberdayaan ekonominya, tentang hard skill-nya. Baik untuk tenaga pengajar, baik untuk yang sudah memiliki unit bisnis, usahanya. Kira-kira nanti kami akan kemas ini lebih ada pendekatan digital. Kami juga ingin, kira-kira target kami adalah bagaimana semua komponen masyarakat ini, yang punya komitmen kepada dunia pesantren, terlibat.

Kalau dari kacamata Anda, terkait kemandirian, apa problem mendasar dari santri dan pesantren kita?
Problem dasarnya satu, pesantren secara sunnatullah dia bukan unit bisnis. Dia adalah lembaga pendidikan. Kemudian pendidikannya sendiri 'tidak dalam hal komersil dan duniawi.' Artinya apa? Ada mindset yang itu memang menjadi sosiokultur dari pesantren itu sendiri. Dan saya pikir juga itu tidak perlu diubah, memang itu khasnya pesantren. Kita harus mempertahankan pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memang asli Indonesia. Lembaga pendidikan yang pendekatannya tidak komersil. Lembaga pendidikan yang tidak hanya transfer knowledge, tetapi transfer behaviour. Ini harus kita pertahankan. Pesantren tidak boleh tercerabut dari akar ini. Malah perlu kita perdalam lagi. Tinggal bagaimana social capital yang digunakan oleh pondok pesantren ini bisa dikonversi atau bisa ditambah, agar ada value added-nya di bidang ekonomi. Baik itu pesantren yang menjalankan langsung perekonomian unit bisnisnya, atau pesantren yang menjadi agregasi pemberdayaan ekonomi di masyarakat.

Mengapa Jokowi berkeinginan memandirikan pesantren dalam perspektif ekonomi?
Sebenarnya bukan hanya Presiden, cita-cita dulu itu memang pesantren berdaya dan mandiri secara ekonomi.

Pesantren secara kelembagaan atau santrinya?
Dua-duanya. Dulu itu pesantren bisa memerankan hampir semua peran dalam kehidupan sosial di masyarakat. Kalau kita baca sejarah misalkan, pendirian NU pun, kita bicarakan itu ada Nahdlatul Tujjar, Taswirul Afkar, ada Nahdlatul Waton. Konsep kenegaraan, konsep pemikiran, dan konsep ekonomi ini menjadi dasar bagi NU. Artinya, memang dari dulu pesantren ini didesain punya independensi, tidak hanya kemandirian. Punya independensi dalam persoalan pemikiran, ekonomi dan kelembagaan. Kelembagaan itu dalam hal pemikiran kenegaraan.

Jadi niatnya, apa yang dilakukan hari ini merevitalisasi, peran dan fungsi pesantren?
Iya, jadi Presiden bukan ingin mengubah, tidak. Presiden ingin mengembalikan atau memperkuat peran dan fungsi pesantren. Merevitalisasi bahasa kerennya.

Bagaimana pembagian tugasnya agar tidak tumpang tindih?
Saya kan tidak mengeksekusi program. Saya bekerja hanya dalam tatanan ide dan gagasan. Itu nanti akan di-endorse kepada kementerian-kementerian terkait. Jadi batasan saya pada level itu saja.   

Selanjutnya, kemandirian pesantren..

***

Dari pengetahuan Anda sendiri soal kemandirian pesantren, seperti apa kondisinya sekarang?
Kemandirian ekonomi pesantren itu jangan dipersepsikan seperti kemandirian orang per orang. Dan kemandirian ekonomi pesantren itu jangan diartikan pesantren harus punya unit bisnis. Tidak. Tapi kemandirian ekonomi pesantren adalah bagaimana pesantren keluar atau lebih punya fungsi dari hanya sekadar lembaga pendidikan agama.

Selama ini kan pesantren itu memang tidak hanya sebagai lembaga pendidikan. Masyarakat memposisikan pesantren itu sebagai tempat curhatan masyarakat sekitar. Anaknya, sakit minta doa ke kiai. Anaknya mau ke sekolah bicara ke kiai. Baik sekolah di pesantren maupun sekolah keluar. Ini menurut saya social capital yang menjadi keunggulan pesantren di banding lembaga pendidikan lain, lembaga pendidikan mana pun.

Berapa sebenarnya jumlah pesantren saat ini, dan bagaimana kondisinya?
Pesantren jumlahnya ada 29.000 seluruh Indonesia. Menurut data Kementerian Agama. Memang kita harus akui, pesantren yang memiliki kekuatan ekonomi, itu bukan lagi kemandirian, misalkan pesantren Sidogiri yang lembaga keuangan mikronya sudah punya aset, saya dapat kabar katanya sudah sampai Rp1,2 triliun lebih. Nah, yang saya ingin fokuskan adalah pesantren-pesantren yang memang selama ini belum banyak mendapatkan sentuhan dari pemerintah. Pesantren-pesantren salaf misalkan. Itu juga harus diakomodir dalam penyetaraan lembaga pendidikan. Ini kerja besar dan kerja berat. Dan tentunya ini adalah challenge buat kita, karena kira-kira, kalau urusan ekonomi atau pemberdaayaan ekonomi pesantren ini selesai, mungkin kesenjangan sosial, ekonomi, bahkan persoalan kemiskinan di Indonesia selesai.

Jadi pesantren bisa jadi alat ukur?
Karena alat ukurnya adalah mayoritas penduduk Indonesia itu kan muslim. Mayoritas muslim ada yang punya kultur yang mendekati pesantren dan santri. Jadi kalau 29.000 pesantren ini berdaya secara ekonomi semuanya, itu akan sangat berimbas kepada kemandirian ekonomi masyarakat. Katakanlah dibagi rata, 29.000 pesantren dibagi 50 ribuan sekian desa, berarti kan per dua desa ada pesantren. Kalau semua pesantren punya kekuatan dan pemberdayaan ekonomi cukup, itu akan sangat signifikan membantu mengangkat ekonomi masyarakat dan Indonesia.

Rencananya, apa yang akan dilakukan untuk memberdayakan pesantren?
Tentunya kita ingin ada pilot project di beberapa pesantren. Jadi ada yang akan kami ambil sebagai percontohan, dalam hal interaksi keuangan, dalam hal manejemen pondok pesantren, dalam hal up skilling unit usaha bisnisnya, dalam hal pemberdayaan ekonomi pesantren. Nanti kami akan membuat pilot project

Lalu problem apa saja yang dihadapi, pesantren, mahasiswa, birokrasi? 
Pesantren juga macam-macam. Tantangan di pesantren A tentu beda dengan tantangan di pesantren B. Tidak bisa saya generalisir, tantangan di dunia pesantren seperti ini, tidak. Kalau kita bisa ketegorisasikan pesantren itu, ada pesantren salaf, pesantren modern. Ini tentunya pendekatannya berbeda, masalahnya berbeda. Ada pesantren yang mempunyai afiliasi ke organisasi kemasyarakatan ada pesantren yang tidak berafiliasi dengan ini. Dan nanti pendekatannya akan berbeda.

Tadi Anda sebutkan, selain dengan pesantren, Anda juga mengurusi bidang kemahasiswaan. Bagaimana dengan kalangan ini?
Betul. Selain pesantren lalu bidang kemahasiswaan. Terutama teman-teman yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik intra maupun ekstra. Ini tantangan kita jauh lebih berat dari pada senior-senior kita. Bahwa hari ini budayanya adalah budaya kompetisi. Jadi kita tidak dilihat lagi dari mana, background kita apa. Kompetisi ini sangat terbuka. Dan di situ saya sangat inginkan ada afirmasi. Untuk teman-teman yang memang "melakukan apa yang seharusnya negara lakukan." 

Bisa dikatakan posisi Anda menjadi jembatan antara aspirasi atau suara mahasiswa dengan Jokowi?
Secara sederhananya bisa dikatakan seperti itu. Tapi saya rasa bukan menjadi mediator apa yang mahasiswa inginkan saya sampaikan kepada Bapak Jokowi. Tidak sesederhana itu. Kita juga harus menyampaikan ide dan gagasan kita kepada Presiden. Pak kira-kira ini loh, yang seperti ini.

Tapi bukan untuk mengkanalisasi kan?
Oh enggak, sampai hari ini saya tidak menjadi seorang mantan aktivis. Kita mengerti pemikiran idealisme teman-teman aktivis, teman-teman mahasiswa. Itu yang kira-kira menjadi tugas saya menyampaikan idealisme mahasiswa, bagaimana realitasnya. Kami juga ingin mahasiswa yang masih aktif di kampus dan sebagainya paham tantangan ke depan itu bagaimana. Kebijakan-kebijakan Presiden yang punya irisan dengan teman-teman mahasiswa itu, saya pikir perlu dimaksimalkan untuk dipikirkan mereka.

Kendala apa yang Anda hadapi selama menjalankan fungsi stafsus?
Pasti yang namanya kerja pasti ada. Kita sudah analisis SWOT, kita sudah lakukan. Tentunya kita juga memilah sesuai dengan prioritas kami. Karena tidak mungkin saya bisa menjangkau semuanya. Tapi kami juga akan mempunyai prioritas mana yang harus didahulukan. 

Selama ini ada kritik pekerjaan stafsus ini akan over lap dengan KSP, yang memberi masukan kepada presiden atau kementerian. Tanggapan Anda?
Saya kira kita sudah punya sistem. Kita sudah punya SOP. Mana tugas yang ada di tim KSP, mana tugas staf khusus. Selama ini juga kita tiap kali ada penugasan dari Presiden sudah jelas mana yang harus dikerjakan kami sebagai staf khusus presiden. Mana yang harus dikerjakan KSP secara kelembagaan. Yang itu diturunkan dalam deputi-deputi. Sudah jelas. Setiap hari juga kami dapat brief, itu sudah jelas penugasannya. Ini tugas staf khusus presiden, ini tugas deputi-deputi KSP, ini tugas Kepala KSP dan sebagainya.

Jadi tak mungkin tumpang tindih?
Tidak. Day to day kok kami mendapatkan tugas itu. Setiap pagi di handphone saya pasti masuk daily briefing.

Nada miring lainnya menganggap pekerjaan stafsus hanya semacam lips service?
Saya no comment. Sudah satu bulan, sudah ada yang kami selesaikan. Intinya kami akan fokus, akan berusaha yang terbaik, karena kami sudah dipercaya Presiden membantu kerja-kerja Beliau, ya kami bertanggung jawab kepada presiden. Saya tidak mau larut dengan polemik-polemik itu.

Bagaimana soal gaji Rp50 juta?
Terus terang, saya dan teman-teman waktu diminta menjadi staf khusus tidak ada kami mempertanyakan, "gajinya berapa pak? enggak." Saya dan teman-teman, kalau ukuran gaji seperti itu, kami bisa jauh cari yang lebih besar di luar. Saya pikir jangan semua diukur dengan urusan benefit ekonomi. Saya pikir enggak. Bahkan Belfa itu sudah menyampaikan gajinya akan digunakan membantu UKM, tidak akan ia gunakan.

Tapi angka itu benar?
Secara angka saya tidak tahu persisnya, karena saya juga belum pernah terima slip gajinya. Saya tidak tahu. Saya juga tidak tahu aturannya kalau ada yang menyebutkan angka sekitar itu. Hanya dikatakan bahwa staf khusus itu akan mendapatkan fasilitas etara Eselon I, itu saja.

Apa harapan Anda?
Ini penghormatan buat saya sebagai anak kampung, anak desa, dan tentunya saja juga mewakili, saya yang satu-satunya yang tidak pernah mengenyam dunia pendidikan luar negeri. Ini menjadi tantangan, menjadi challenge buat saya pribadi. Sudah diberi kesempatan, saya yang punya background sebagai aktivias mahasiswa, sudah diberikan kesempatan. Sejauh mana saya bisa menggunakan kesempatan ini yang diberikan oleh Presiden dengan sebaik-baiknya. Tentunya apa-apa yang sudah ditugaskan kepada saya dari Presiden itu bisa saya kerjakan dengan maksimal. Yang kedua, ini menjadi challenge untuk anak-anak muda, anak-anak muda Indonesia bahwa kita punya presiden yang sangat peduli terhadap anak-anak muda. Ayo kita gunakan kesempatan ini untuk berkreativitas di bidang masing-masing, lingkungan masing-masing, tentunya sebelum itu kapasitas masing-masing. Tentunya kita harus siap. (ase)