Prabowo-Sandi Sampaikan Fakta, Bukan Pesimisme

Jubir Prabowo, Dahnil Anzar
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA –  Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) tinggal hitungan bulan. Pada 17 April 2019 negeri ini akan melaksanakan proses pemilihan pemimpin untuk masa jabatan 2019-2024. Hanya ada dua pasang calon, Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi. Masing-masing paslon sudah menyiapkan tim untuk memenangkan mereka. 

Adalah Dahnil Anzar Simanjuntak, mantan Ketua Pemuda Muhammadiyah yang kini menjadi koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno. Dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini tak ingin bermain tanggung. Ia memutuskan mundur dari posisinya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) demi bekerja total memenangkan Prabowo-Sandi.

Dahnil mengaku tak ingin tanggung berjuang. Sayangnya, di tengah pengorbanannya untuk berjuang memenangkan Prabowo-Sandi, isu tak sedap menerpa Dahnil. Ia diduga terlibat korupsi dalam proyek Kemah Kebangsaan yang diadakan bareng Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi dan GP Ansor.

Dahnil tak tahu bagaimana ceritanya proyek senilai dua miliar yang awalnya akan dilakukan dalam bentuk pengajian di lima kota lalu berubah menjadi Kemah Kebangsaan. 

Dahnil bergeming. Ia mengaku tak takut namanya di kasus korupsi dikait-kaitkan dengan pilihan politiknya. Ia yakin tak bersalah, meski polisi tak menghitung keinginan baiknya dengan mengembalikan uang senilai dua miliar, tapi ia dengan gagah mengatakan siap untuk bekerja sama dengan kepolisian untuk membongkar kasus ini.

Beikut petikan wawancara VIVA dengan Dahnil Anzar SImanjuntak:

Elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi mengalami kenaikan. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh tim pemenangan Prabowo-Sandi hingga berhasil mendongkrak elektabilitas pasangan calon nomor urut 02 ini?

Pertama memang kekuatan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu ada pada relawan. Jadi ada akumulasi atau satu kesadaran kolektif dari masyarakat, dari publik bahwa ada yang salah pada pemerintahan Jokowi selama empat tahun terakhir ini. Kalau istilah Pak Prabowo itu “salah urus” gitu lho. Pak Prabowo ini kan pembaca buku ya, makanya kalau diskusi dengan saya itu beliau bilang negara ini salah urus.

Dia mengutip buku Why Nations Fail karangan Daron Acemoglu dan James A. Robinson. Makanya beliau sering melontarkan kata-kata Indonesia bisa punah itu, ya memang bisa punah kalau negara ini kemudian tidak diurus dengan baik. Jadi kalau istilah Daron dan Robinson itu, tidak ada itu negara miskin, tidak ada negara kaya, yang ada itu negara yang diurus dengan baik, dan negara yang tidak diurus dengan baik. 

Maksudnya Indonesia akan musnah kalau negara salah urus?

Pendekatan itu yang selalu dipahami oleh Pak Prabowo. Seperti kemarin beliau berpidato, dia mengatakan bahwasanya pilot itu harus cakap. Jadi kalau pilotnya suka mabuk-mabukan atau minum obat atau mabuk dengan pujian segala macamnya yang datang pada dirinya itu, nah itu sudah berbahaya. Kalau dibiarkan, pesawat Indonesia itu bisa crashdown atau akan punah. Nah, itu yang dimaksud oleh Pak Prabowo bahwa negara ini akan punah karena salah urus.

Kaitannya dengan peningkatan elektabilitas Prabowo-Sandi?

Nah, sikap itu terkoneksi dengan kesadaran kolektif publik gitu lho. Jadi sikap Pak Prabowo, sikap Bang Sandi, dan sikap kami ini terkoneksi dengan kesadaran publik, sehingga muncul semangat kesukarelawanan itu.

Kalau kita lihat ke belakang, hampir semua kemenangan Pilpres itu karena ada akumulasi gerakan relawan yang besar, Jadi ada kesadaran yang besar. Pak Jokowi, misalnya, dulu menang karena relawan, Pak SBY juga dulu menang karena ada kesadaran kolektif di masyarakat bahwa kita butuh sosok yang berbeda, misalnya begitu. Nah, hari ini kami merasa arus besar itu sedang ada di kubu Pak Prabowo dan Bang Sandi. 

Jadi semata karena adanya kesadaran kolektif publik?

Tentu kami menawarkan harapan, harapan baru.  Selama empat tahun ini harapan itu dititipkan kepada Pak Jokowi, namun ternyata harapan itu buyar kan, enggak hadir (harapan) itu. Nah, sekarang harapan itu kita tawarkan kepada publik. Dan kami memastikan kepada publik bahwasanya harapan itu akan kami wujudkan.

Makanya model kampanye Pak Prabowo dan Bang Sandi itu beda kan. Kalau Anda perhatikan pendekatan kampanye yang dilakukan keduanya itu berbeda-beda, dua-duanya itu complimentary, saling melengkapi. Pak Prabowo berbicara hal-hal yang sifatnya ideologis, nasionalistik, idealistik. Coba perhatikan, Pak Prabowo kan selalu berbicara pada hal-hal itu, yang selalu dikatakannya itu nasionalisme, kedaulatan, dan idealistik.

Dan Pak Prabowo sekarang kelihatan lebih lepas, beliau lepas saja sekarang. Tak peduli dengan stigma, bahkan kadang-kadang juga suka menyindir teman-teman wartawan. Jadi menurut kami itu complimentary dengan Bang Sandi.

Itu dari sisi Pak Prabowo. Bagaimana dengan Sandi?

Kalau Bang Sandi kan beliau lebih praksis. Jadi paket ini saling melengkapi, Pak Prabowo menunjukkan seorang leader, sementara Bang Sandi pendekatannya itu seorang manager, praksis. Jadi hal-hal yang sifatnya praksis itu selalu datang dari Bang Sandi, hal-hal yang sifatnya idealis, nasionalistik, dan ideologis itu datang dari Pak Prabowo.

Nah, itu yang kami sebut sebagai dwitunggal. Jadi Pak Prabowo itu sebagai produk yang membingkai praksismenya Bang Sandi dan kemudian Bang Sandi memperkuat idealistik dan ideologisnya Pak Prabowo. Nah kekuatan itu yang kemudian kita tawarkan kepada para relawan dan publik, dan publik kemudian menangkap itu dengan membuat relawan.

Artinya anda ingin menyampaikan bahwa kekuatan Prabowo-Sandi hari ini ada pada tim kerelawanannya?

Iya, Salah satunya adalah di kerelawanan itu, kemudian harapan. Dan blessing-nya, kemudian masyarakat memang melihat Pak Jokowi itu tidak mampu lagi memberikan harapan.

Harapan yang seperti apa yang Anda maksud? Karena dalam kampanyenya, Prabowo dianggap kerap menyampaikan pesimismenya. Misalnya Indonesia akan punah?

Yang menilai pesimisme itu kan bukan publik keseluruhan, yang menilai itu adalah rival politiknya Pak Prabowo-Bang Sandi. Kami sama sekali tidak melihat bahwa yang selalu disampaikan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu sebagai hal pesimisme.

Gini lho, untuk menyelesaikan suatu masalah, tentu Anda harus tahu masalahnya apa dan di mana. Jadi itu bukan pesimisme. Dan masalah itu harus dipaparkan kepada publik, jadi kita bukan pesimisme, itu menyampaikan fakta. Jangan sampai kemudian, misalnya sudah tahu pesawat rusak, pilot diam-diam saja, tidak memberitahukan kepada penumpang, dan ketika naik kemudian crashdown.

Nah itu yang kemudian kita istilahkan blessing of unknowing, gitu lho. Jadi kalau itu tidak disampaikan, itu sama saja berbahaya kan. 

***

Jadi yang disampaikan Prabowo-Sandi itu bukan lontaran pesimisme?

Nah, yang disampaikan oleh Pak Prabowo dan Bang Sandi itu rasionalisme, jadi bukan pesimisme. Yang kami sampaikan itu adalah realita, fakta. Jadi yang menyebut pesimisme itu justru lawan politik. karena apa? Karena realisme yang kami sampaikan itu mengganggu mereka, tapi kalau masyarakat yang mendengar itu, ya mereka memang benar-benar mengakui, memang seperti itu kondisi sekarang ini.

Kalau kemudian kesadaran itu tidak disampaikan, akan bahaya buat kita. Jadi keliru sekali kalau ada yang mengatakan apa yang disampaikan Pak Prabowo dan Bang Sandi itu pesimisme. Justru itu adalah fakta. 

Apa yang diharapkan dengan penyampaian fakta seperti itu?

Nah, melalui fakta ini lah kami ingin menyampaikan kepada masyarakat, di sini lho  yang ingin kita perbaiki. Kalau dalam analogi pilot dalam pesawat tadi, penumpang atau rakyat itu harus tahu apa yang terjadi pada pesawat yang ditumpanginya. Publik harus tahu penyakit kita itu di mana, penyakit kita adalah kedaulatan, penyakit kita adalah masalah martabat.

Kalau Pak Prabowo kan selalu yang diomonginnya itu saja, masalah martabat, kedaulatan, kita tidak berkuasa terhadap sumber daya alam kita sendiri. Nah, kalau Bang Sandi yang dibicarakan selalu penyakit kita adalah lapangan pekerjaan yang susah, harga-harga yang mahal.

Sebenarnya dua hal ini, itu adalah praksismenya dari apa yang selama ini disampaikan oleh Pak Prabowo. Kalau orang paham pola berfikir begitu, dia akan tanggap, oh iya pasangan ini punya dwitunggal yang saling melengkapi.

Dan itu memang strategi yang dimainkan oleh BPN untuk memenangkan pasangan Prabowo-Sandi?

Sederhana, sejak awal Pak Prabowo tidak mau masuk pada debat atau isu identitas. Beliau ingin masuk pada isu yang lebih substansial, makanya yang dipilih beliau adalah Bang Sandi, bukan tokoh agama. Jadi ijtima’ ulama saja bersepakat akan hal itu, karena yang direkomendasikan Ijtima’ ulama itu kan Pak Prabowo sendiri, tentu Pak Prabowo sebagai leader memilih Pak Sandi sebagai calon pendampingnya.

Leader itu begitu, dia berani memutuskan sendiri apa yang menurutnya tepat, dia tidak bisa di-drive atau disetir oleh pihak lain. Pak Prabowo itu tidak bisa diancam, ditakut-takuti oleh pihak lain sehingga keputusannya dapat berubah-ubah dalam beberapa menit. 

Maksud Anda Prabowo adalah karakter yang kuat?

Kalau yang lain itu kan bisa diperlakukan seperti itu kan? Keputusan yang sudah ditetapkan bisa berubah karena tekanan-tekanan pihak lain, dan sebagainya.

Inpres saja dalam waktu beberapa jam bisa berubah.  Nah, kita butuh pemimpin yang punya pendirian kuat, punya keyakinan kuat, dan Pak Prabowo punya itu. Bang Sandi juga punya karakter yang sama.

Dia tidak pernah takut untuk meninggalkan posisinya sebagai wakil gubernur. Pun juga dengan saya, ketika saya melihat mereka seperti itu, mengapa saya harus takut berhenti dari Pegawai Negeri Sipi,l misalnya, karena mereka sendiiri berani.

Salah satu alasan saya mau bergabung itu kan karena itu, mereka punya karakter, mereka berani berkorban. Saya bilang, meskipun saya berkorban, pengorbanan saya itu kecil kok, cuma berhenti sebagai PNS.

Jadi Anda sudah benar-benar berhenti jadi PNS?

Sudah. Saya kan sudah berhenti. Semenjak saya diminta untuk menjadi koordinator juru bicara oleh Pak Prabowo dan Bang Sandi saya memutuskan untuk berhenti menjadi pegawai negeri.

Tapi Anda masih mengajar di Untirta (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)?

Mengajar sekarang ini stop dulu, karena kesibukan sebagai kordinator jubir ini kan.

Itu berhenti karena inisiatif pribadi atau karena memang ada desakan?

Pribadi.

Prabowo-Sandi ini mungkin bisa dikatakan memang sudah mempunyai massa yang loyal, tapi jumlah swing voters masih tinggi. Bagaimana strategi  BPN untuk merebut suara swing voters?

Itu tadi. Swing voters itu kan pasti mereka melihat program. Itu pertama, kemudian karakter kepemimpinan, kemudian platform atau visi misi keduanya. Kemudian yang paling penting adalah isu kami ini menawarkan permasalahan inti untuk swing voters.

Nah, survei kami mengatakan, ada tiga permasalahan inti. Pertama isu harga-harga mahal, kedua lapangan pekerjaan yang sulit, dan ketiga adalah isu korupsi. Tiga hal ini yang selalu masuk sebagai keluhan masyarakat, begitu juga swing voters, selain tentu mereka melihat karakter itu tadi ya.

***

Makanya tiga isu itu yang selalu dimainkan?

Iya. Itu makanya kenapa Bang Sandi selama ini selalu menawarkan solusi terkait dengan barang-barang yang mahal, isu lapangan pekerjaan, kemudian terkait dengan korupsi. Kalau di-breakdown lagi terbagi menjadi tiga hal ini terkait dengan harga-harga yang mahal dan isu lapangan pekerjaan ini yang selalu disampaikan di pasar, kelompok petani. Dan dua lagi kelompok segmented, kelompok emak-emak dan kelompok anak muda.

Sejak awal, Prabowo-Sandi langsung menyasar kelompok emak-emak. Apakah mereka sangat signifikan?

Kelompok emak-emak ini disasar karena mereka itu kelompok yang paling merasakan. Harga-harga kebutuhan pokok mahal, pendidikan mahal, pendidikan sulit, lapangan pekerjaan sulit,itu semua korban utamanya adalah emak-emak.

Makanya kemudian Bang Sandi itu melihat segmen emak-emak ini yang utama. Itulah mengapa segmen emak-emak ini bagi kami adalah jantungnya demokrasi, saya biasa menyebut segmen emak-emak ini sebagai jantungnya peradaban indonesia.

Bagaimana dengan anak muda?

Nah, kedua, segmen anak muda. Anak muda ini adalah masa depan. Mengapa Pak Prabowo mengatakan Indonesia ini bisa punah kalau tidak bisa dijaga. Itu adalah bahasa masa depan. Harus muncul kesadaran kolektif bagi anak muda, jangan sampai kita diwarisi peradaban bangsa yang rusak.

Jadi perspektif Pak Prabowo itu adalah perspektif masa depan. Beliau sejak 20 tahun yang lalu itu selalu berbicara tentang revitalisasi pertanian pangan.

Kenapa begitu? Survei The Economist 2015 mengatakan, ke depan,  negara yang paling siap dengan pangan itu cuma dua benua, Eropa dan Amerika Utara. Mereka revitalisasi pertanian. Sedangkan kita industrialisasi yang kemudian industrialisasinya nanggung. Bahasa Pak Prabowo begini, kita ini tidak boleh membangun di Indonesia, tapi harus membangun Indonesia. 

Maksudnya? Bisa dideskripsikan?

Beda lho membangun di Indonesia dengan Membangun Indonesia, artinya apa? Investor dari mana pun masuk, tapi kita harus tetap berdaulat. Makanya Pak Prabowo selalu bilang, inti dari ekonomi itu adalah Tanah, maka jangan pernah sekali-kali itu memberikan tanah itu kepada bangsa lain, karena ketika kita kehilangan tanah maka kita akan punah.

Kemudian inti yang satu lagi adalah air. Ketika kita kehilangan air,  maka kita kehilangan bangsa ini. Jadi tidak boleh itu tanah dan air kita dikuasai oleh investor. Bukan berarti Pak Prabowo anti-asing, tidak. Sangat welcome dia, tapi kemudian yang harus mengendalikan atau yang harus mengontrol itu adalah kita. makanya dia selalu disampaikan, negara ini ekonominya adalah ekonomi konstitusi, yaitu ekonomi sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945.

Jadi apa yang akan dilakukan untuk anak muda?

Nah, anak muda itu harus dibangun kesadarannya itu. jadi kalimat-kalimat Pak Prabowo itu adalah kalimat-kalimat yang mengajak anak-anak muda agar memiliki kesadaran kolektif agar negara ini harus visioner. Pembangunannya itu harus melihat masa depan. Selain itu tentu ada beberapa segmen lain lagi seperti profesi, dan lainnya.

Tapi memang kelompok emak-emak dan anak muda ini sangat diperhatikan oleh BPN ya?

Iya, emak-emak dan anak muda. Kalau Pak Prabowo nanti akan lebih dekat ke petani, buruh.

Seberapa besar kontribusi emak-emak dan anak muda untuk Prabowo-Sandi?

Besar sekali yaa. Satu bulan ini saja kita merasa ada peningkatan elektoral sampai 15 persen, dari 30 sampai 45 persen keatas, dan kami yakin di Januari itu geraknya akan lebih cepat, dan kami yakin Januari kita bisa mengalahkan Pak Jokowi dan Kiai Ma’ruf.

Targetnya berapa suara ?

Tentu menang target kita. Di atas 50 persen.

Mana saja daerah-daerah tertentu yang menjadi basis suara Prabowo-Sandi?

Sumatera basis Pak Prabowo-Sandi, Sulawesi, Kalimantan, dan pertarungan kami sekarang, kami merasa pertarungan kami di Jawa Tengah. Tadi malam saya dikabari sama teman-teman yang menangani Solo, itu banyak di sekitar sumber daerahnya Pak Jokowi, banyak yang minta tempatnya itu dijadikan posko pemenangan Prabowo-Sandi. Jadi kami melihat di Jawa Tengah di beberapa daerah kelompok-kelompok mereka yang mengaku marhaen, mereka melihat Pak Jokowi sudah tidak marhaen lagi. Jadi keberpihaknnya justru ke konglomerasi, tidak pada wong cilik. Nah, kami melihat ada kekecewaan yang akumulatif di sana, tentu kita mau memaksimalkan itu di sana, di Solo Raya. Makanya kenapa kemarin Bang Sandi bilang bahwa kita akan membikin posko lebih banyak di Jawa Tengah.

Kenapa beberapa pekan ini Pak Prabowo itu menyalahkan media yang dianggap tidak peka, tidak berimbang segala macamnya? Apakah memang Pak Prabowo merasakan seperti itu, atau memang ingin memancing perhatian saja?

Pertama, bahwa media memang berpihak kan memang itu ada. Bukan hanya Pak Prabowo, saya juga merasakan seperti itu, kami juga merasakan seperti itu. Industri media tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai pilar demokrasi, tapi justru jadi alat kekuasaan, alat pemilik modal. saya rasa teman-teman mengerti betul lah itu, karena teman-teman yang merasakan langsung, bagaimana teman-teman yang di lapangan sungguh-sungguh cari berita, ketika berita itu masuk ke meja redaksi, intervensi bisa terjadi. 

Tapi kan tidak semua media seperti itu?

Pak Prabowo pada prinsipnya menghargai teman-teman media yang bekerja di lapangan, tetapi tentu kritik Pak Prabowo ditujukan kepada mereka yang memegang kendali pada media itu yang tidak fair, jadi itu yang selalu dikritik. Pak Prabowo tidak pernah marah dengan teman-teman media di lapangan, yang di kritik itu mereka yang pegang kendali dan yang mengintervensi pemberitaan. Karena beliau tahu persis bagaimana teman-teman media yang bekerja di lapangan.

Jadi kritik Pak Prabowo itu pada tataran itu. Karena bukan hanya Pak Prabowo saja yang merasakan itu, kami pun merasakan itu. Gampang kok merasakan itu. jadi beliau sedang mengingatkan pemilik modal, pemilik media, jadi jangan sampai teman-teman pewarta itu menerjemahkannya bahwa Pak Prabowo benci dengan teman-teman media, tidak. Pak Prabowo itu benci dengan ketidakadilan yang dipraktekan dengan pemilik modal media.

Artinya memang itu berangkat dari kekesalan beliau sendiri terkait dengan manajemen atau pemilik modal media yang tidak netral?

Iyaa..

Karena ada kesan atau anggapan Pak Prabowo ini sengaja ingin menimbulkan kontroversi agar dapat diingat oleh publik seperti hal nya Donal Trump di Amerika. Bagaimana tanggapan anda?

Begini, salah satu kelemahan Pak Prabowo, dia itu tidak paham dengan pencitraan-pencitraan, dan beliau selalu nolak kalau diusulkan untuk melakukan itu. Saya berulang kali menawarkan ke beliau, Pak kalau di depan media bapak agak bersimpatik atau gimana lah. Dia jawab apa? Itu bukan gue, nil. Misalnya anda paksa Pak Prabowo untuk memakai baju milenial misalnya, itu dia tidak akan mau. Kenapa? Dia bilang, Dahnil, yang namanya Prabowo itu adalah baju coklat berkantong empat, itu Prabowo, katanya. Jadi Prabowo itu tidak harus pakai jaket, naik ini itu, gak bakal mau itu dia pencitraan seperti itu.  Mau disetting gimana pun dia susah disetting, pokoknya suka-suka dia aja, dia mau ngapain itu yaa memang dia seperti itu karakternya, itu lah otentisitas Pak Prabowo.

Kubu sebelah dan beberapa pengamat mengatakan bahwa model kampanye Prabowo itu mirip-mirip Donald Trump di Amerika, seperti kampanye Presiden Brazil dengan membangun pesimisme, menebar ketakutan, dan sebagainya. Bagaimana anda menanggapi itu?

Sekali lagi saya koreksi,kalimat pesimisme dan ketakutan itu adalah bahasa mereka, bahasa rival politik Pak Prabowo. Kenapa? Karena itu sebenarnya adalah kalimat mereka yang takut kalah gitu loh.. kenapa takut kalah? Karena fakta-fakta kelemahan atau kritik kita itu kemudian dibilanglah itu pesimis, itu ketakutan. Padahal sebenarnya itu adalah ekspresi mereka karena takut kalah.

BIsa sebutkan contoh yang Anda maksud?

Coba perhatikan, yang dilakukan mereka adalah misalnya ketika kita kritik soal data pengangguran dengan menggunakan data BPS, apa yang mereka bilang? Mereka bilang kita sedang berbohong. Jadi memang mereka sedang membangun stigma. Jadi menurut saya sih, rezim ini memang rajin membangun stigma. Contoh, kami yang dekat dengan kelompok islam, atau misalnya saya yang terus terang tidak memilih Ahok atau teman-teman yang tidak memilh Ahok itu distigmanya apa? Anti-toleransi, Anti-Pancasila.

Akhirnya narasi yang mereka bikin, “Saya Pancasila, Saya yang paling Pancasila,” dan sebagainya.. Nah, orang-orang yang sering ngomong Islam-Islam itu dibilang anti-NKRI. Jadi memang rajin bikin stigma. Kemudian orang yang rajin mengkritik dibilanglah orang pesimis, padahal yang disampaikan fakta, yang disampaikan adalah ingin membangun kesadaran publik.

Bagaimana kita bisa menyelesaikan satu masalah, tapi kita tidak paham masalahnya. Jadi publik itu jangan ditutup-tutupi dong masalahnya supaya kemudian ada kesadaran bersama untuk bergerak bersama memperbaikinya, kan begitu harusnya.

Terkait dengan tudingan Pak Prabowo itu mengikuti gaya Trump apakah itu benar?

Pak Prabowo itu bukan penggemar Trump, beliau tidak tahu sama sekali soal itu. yang dilakukan Pak Prabowo sekarang kan sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan beliau jauh sebelum masa kampanye ini. Misalnya ada yang bilang Prabowo mengutip istilah Trump dengan mengatakan “Make Amerika Great Again” dengan menyebut “Make Indonesian Great Again”, itu nasionalisme. Jadi yang ingin disampaikan Pak Prabowo Indonesia ini harus hebat, nasionalistik.

Kalau kita lihat kecendrungan dunia sekarang itu, coba perhatikan negara-negara lain, sekarang ini nasionalismenya bangkit lho, dunia itu sekarang arahnya itu proteksi, Amerika berusaha memproteksi masyarakatnya dengan sedemikian rupa, Eropa berusaha memproteksi masyarakatnya luar biasa dari imigran, dan sebagainya. Inggris bahkan sampai keluar dari Uni Eropa, kenapa? Karena mereka merasa terancam.

Nah, kesadaran kolektif dunia itu muncul untuk itu. tapi kita sekarang ini membebaskan seakan-akan welcoming seperti itu, sementara negara-negara lain berusaha melakukan proteksi, terus kita mau membuka, berbahaya gak? Berbahaya dong. 

***

Maksud Anda pernyataan Prabowo bertujuan kobarkan nasionalisme?

Nah, ini yang mau dilakukan oleh Pak Prabowo, jangan sampai kita dikibuli oleh dunia atas nama pasar bebas, sehingga nasionalisme kita tercerabut. Jadi Pak Prabowo tidak mengikuti Trump, tapi yang dilakukan Pak Prabowo adalah manifestasi dari nasionalisme beliau. Nah, kebetulan dunia itu trendnya sama, Amerika melakukan itu, Inggris melakukan itu, Jerman juga melakukan itu, dan banyak negara melakukan itu.

Di sisa masa kampanye ini apa saja nanti yang akan dilakukan untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo-Sandi?

Kami akan memperbanyak relawan ya. Sekarang ini saja sudah ngantri loh, sampai ribuan itu yang daftar dibawah Direktorat Relawan yang dipimpin Pak Ferry Mulsidan Baldan itu. masih ribuan yang belum bisa kita verifikasi. Jadi kan relawan ada yang mendaftar supaya kita verifikasi begitu kan.

Jadi ke depan kita akan fokus di relawan, karena kekuatan Pak Prabowo hari ini ada di kesukarelawanan. Nah itu lah kenapa Pak Prabowo selalu mengatakan “Saya tidak mau berhutang ke bohir-bohir, tetapi saya mau berhutang kepada rakyat,” makanya kita galang dana kampanye. 

Itu sebabnya ada ajakan menggalang dana?

Iya. Jadi tujuannya berhutang ke rakyat. Nanti bayarnya pakai apa? Pakai kebijakan-kebijakan yang prorakyat, ketimbang kepada bohir-bohir ini yang nanti bisa menyebabkan kita tersandera. Dan itulah mengapa dana kampanye kita itu bersumber dari dua kantong orang ini, paling besar itu dari Bang Sandi. Bang Sandi jual saham-sahamnya, pak Prabowo menjual aset dan saham-sahamnya. Karena kita tidak mau ngutang ke bohir-bohir ini.

Dua hal ini yang menurut kita jadi penting sekali.  Sekalian memperkuat relawan, kita juga memaksimalkan pendanaan kampanye melalui kantong capres dan cawapres, kemudian masyarakat.

Ketiga, tentu motor partai yaa.. Kami berharap mulai Januari partai koalisi akan mulai bergerak. Pak SBY akan mulai banyak kampanye ke daerah-daerah bersama AHY segala macamnya. Semakin ke sini partai-partai pendukung akan semakin menguat, karena mereka melihat bahwa arus besar saat ini sedang berada di pihak Prabowo-Sandi.

Kini kita bicara soal kasus Kemah Pemuda. Sebenarnya bagaimana kasus itu sehingga anda itu sempat dipanggil dan ditetapkan tersangka oleh polisi?

Iya, itu kan dulu berangkat dari keinginan Kemenpora Imam Nahrawi yang waktu itu mengundang saya, dan mengundang Ketum PP GP Ansor. Ketika itu Pak Imam curhat ke saya, Pak Dahnil situasi saat ini potensi konflik horisontalnya kan tinggi sekali, tuduhan pemerintah anti-Islam segala macamnya, tuduhan kepada Pak Jokowi yang anti_Islam, dan segala macamnya itu luar biasa. Menurut Pak Imam yang mempunyai kekuatan besar untuk menyatukan kembali adalah ormas Muhammadiyah dan NU.

Pak Imam minta tolong agar presiden bisa terbantu dari stigma-stigma Pak Jokowi anti-Islam, segala macamnya. Makanya Pak Imam bilang, kalau bisa ada kegiatan bareng antara Pemuda Muhammadiyah dan GP Ansor, jadi itu permintaan Pak Imam. Pada saat itu saya belum jawab permintaan itu, saya bilang, Pak Imam saya harus konsultasi ke PP Muhammadiyah, dan saya juga harus putuskan bersama di PP Pemuda Muhammadiyah. Karena di PP Muhammadiyah itu kan kolektif kolegial, keputusannya harus diambil bersama. 

Anda sempat minta pertimbangan pada siapa?

Nah, pertimbangan Ketua Muhammadiyah Pak Haidar itu bilang ke saya, silakan Mas Dahnil, karena selama ini kan Pemuda Muhammadiyah dikenal kritis lah kepada Jokowi, bahkan dianggap renggang hubungannya dengan GP Ansor, Jadi Mas Dahnil turunkan tensi sedikit lah, Mas Dahnil kerjasama dengan pemerintah kan tidak apa-apa.

Tapi Mas Dahnil juga harus tetap waspada dan hati-hati, Bahkan Pak Haidar menggunakan istilah, hati-hati, waspada, dan jangan sampai Mas Dahnil dikerjai kira-kira begitu lah. Nah, kemudian kami rapat tingkat PP Pemuda Muhammadiyah itu memutuskan hal yang sama. Tetapi di bawah itu terjadi penolakan, jadi gak mau ikut kegiatan bareng.

Arus bawah sempat menolak kemah kebangsaan itu?

Iya, menolak. Tetapi waktu itu kegiatan kemahnya belum ada. kami waktu itu belum menentukan kegiatannya itu apa. Kami hanya tidak sepakat kalau kegiatannya itu apel-apel  (upacara bendera) itu. Setelah kami rapat kemudian kami mengajukan kegiatan Pengajian Akbar di 5 kota, waktu itu panitia dari kami Mas Ahmad Fanani.

Kan Menpora menyerahkan ke kita nih kan, kegiatannya apa kira-kira, teman-teman silakan putuskan kegiatannya. Tapi kan kalau saya porsinya membuat keputusan apakah kita sepakat atau tidak kalau kita bekerja sama melakukan kegiatan yang diminta kemenpora seperti ini, itu yang kemudian saya mintakan pertimbangan PP Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah. Nah, setelah pimpinan dan kita sepakat, maka sepakatlah kita akan melakukan kegiatan bersama.

Bagaimana peran Anda di kasus itu?

Nah, selanjutnya, saya ini kan usianya sudah diatas 30 tahun, dan di Kemenpora itu batas usianya itu harus maksimal 30 tahun. Jadi usia diatas 30 tahun itu di Kemenpora sesuai dengan UU Kepemudaan itu para pihak yang bisa melakukan kegiatan di situ berusia diantara 15-30 tahun kan. Saya tidak boleh terlibat dalam kegiatan itu. Nah, setelah PP Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah setuju, maka kami mendelegasikan kegiatan itu kepada Mas Ahmad Fanani, mereka yang bikin tim dan urus kegiatan itu. Jadi saya tidak tahu menahu kegiatan itu, yang saya pahami adalah ini harus beres, kegiatannya harus bagus, impact-nya tentu ada komunikasi yang baik, Pak Jokowi tidak merasa Pemuda Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah tidak membenci dia. Justru Pemuda Muhammadiyah membantu kepentingan dia untuk menjaga kohesivitas, itu saja. nah, saya tentu ruangnya di situ, jadi tidak paham masalah teknis. Jadi teknisnya ditangani oleh teman-teman.

Nah, saya kaget, setahun kemudian Ahmad Fanani ini dipanggil oleh pihak kepolisian dengan tuduhan ada dugaan korupsi atau penyalah gunaan anggaran itu. nah, dari situ kemudian saya panggil mereka semuanya, karena saya tidak tahu teknis acara itu kan. Saya hanya tahu yang penting acara itu berjalan bagus.

Ide Kemah itu ide dari siapa?

Ini saya akan jelaskan, di awal itu saya tidak paham itu kalau ternyata kegiatan yang akan dilakukan jadinya Kemah Kebangsaan itu, karena awalnya usulannya kan Pengajian Akbar di lima kota.  Itu saya tanyakan ke teman-teman semua, kenapa akhirnya bisa jadi Kemah? Setelah saya cek, memang kontrak kegiatan itu dengan Kemenpora itu bukan kemah kebangsaan, kontrak kegiatan itu adalah Pengajian Akbar. Itu ada kok kontraknya yang ditandatangani oleh Ahmad Fanani, soal Pengajian Akbar di lima kota. Jadi uang 2 miliar yang diturunkan oleh Kemenpora untuk membantu Pemuda Muhammadiyah itu untuk kegiatan Pengajian Akbar di lima Kota. 

Lalu kenapa bisa berubah?

Entah mengapa mereka melakukan rapat-rapat antara tim dari GP Ansor, Pemuda Muhammadiyah, dan Kemenpora, lalu memutuskan mengubah kegiatan itu menjadi Kemah Kebangsaan, tetapi kontraknya tidak pernah diubah sama sekali. Nah, dalam kegiatan itu kata Mas Ahmad Fanani, disepakati 3 miliar, plus 500 juta untuk GP Ansor.  Untuk anggaran GP Ansor yang menangani semua teknis kegiatan. Nah, Pemuda Muhammadiyah tidak menangani atau mempersiapkan teknis kegiatan, Pemuda Muhammadiyah diberikan anggaran 2 miliar untuk memobilisasi massa. 

Di mana awal masalahnya?

Nah, teman-teman ini kan tidak menyiapkan teknis kegiatan, setahu mereka yaa memang itu anggaran untuk memobilisasi masa, karena dalam perjalananya kan mereka juga tidak dipandu mesti ngapain, mesti ngapainnya kan. Tiba-tiba di bulan Februari mereka minta laporan. Nah, ketika diminta laporan anak-anak ini bingung kan, yang namanya mobilisasi massa kalau teman-teman aktivis paham lah itu, mobilisasi itu kan bayar ini bayar itu, tidak jelas kan laporan nota pembayaran dan segala macamnya kan, yang namanya mobilisasi kan pokoknya bayar-bayar saja.

Jadi anak-anak sebelumnya juga tidak di coaching segala macamnya, kemudian disuruh membikin laporan. Laporan kita kan tahu sendiri kan, kadang-kadang anak-anak ini main bikin asja laporan. Untuk ini, untuk itu, nah itu yang membuat saya marah sama anak-anak kan. Nah, yang lebih saya marah lagi di laporan itu ada tandatangan saya, di-scan. Saya tidak tahu laporan mereka, saya tidak tahu teknis kegiatannya, dan sebagainya. Jadi saya marah, kenapa tidak bilang kalau memang harus dibuat laporan dan kenapa tidak bilang ke saya kalau minta tandatangan kan ke anak-anak itu kan.  

Jadi di laporan yang dibuat teman-teman itu, ada tandatangan Anda?

Iya, jadi tandatangan scan. Dan saya tidak tahu. Saya itu baru tahu kalau ada laporan itu ketika saya diperiksa. Jadi anak-anak itu baru kasih tahu saya, bang masalahnya ada di laporan. Tapi kalau laporan kenapa saya yang dipanggil? Apa urusan saya. Nah, pas waktu saya diperiksa ternyata, mereka sempat ingin menunjukan ke saya laporan mereka, tapi saya bilang saya tidak mau melihat laporan kalian itu, karena sudah berurusan sama polisi.

Jadi pas diperiksa saya lihat, kok ada tandatangan saya? Ternyata teman-teman baru bilang tandatangan itu di-scan. Dan itu tidak izin dengan saya. Tapi kemudian, nah ini media lagi nih.. Saya tidak tahu siapa yang main, misalnya ada berita di Kumparan.com itu dengan Detik itu nulisnya ngeri sekali loh, “Korupsi Dahnil” bahasanya itu korupsi Dahnil, seolah-olah saya korupsi. 

Anda kaget dengan pemberitaan media yang seperti itu?

Uuuuhh.. anak saya, istri saya kan terpukul. Ibu dan bapak saya sampai sakit gara-gara itu. karena setahu mereka dan publik tahu selama ini identitas saya itu isu anti-korupsi. Kok saya mau merusak diri saya dengan yang begini itu loh.. bagi saya itu menyakitkan.

Tambah lagi di media itu bahasanya itu sangat menyakitkan. Nah, tambah lagi terkait kasus ini, saya tidak tahu lah ini ada motif apa. Bapak-bapak di PP Muhammadiyah seperti Pak Busyro, Pak Haidar bilang ke saya, “Mas Dahnil, cooling down dulu. Sudah kita lihat saja. Makanya kalau teman-teman perhatikan kan saya tidak pernah mau komentar terkait kasus ini. 

Jadi Anda memang memilih menahan diri?

Iya. Nah, setelah saya diperiksa saya dipanggil oleh Bapak-Bapak di PP Muhammadiyah dan mereka bilang saya agar menahan diri. Kalau tidak karena itu saya sudah tidak tahan juga, karena apa? Karena sudah menyerang pribadi saya, tapi tentu dalam konteks ini bagi saya Allah Maha Pembuat Rekayasa, kita lihat saja nanti seperti apa.

Tapi yang jelas kami di PP Muhammadiyah, saya di Pemuda Muhammadiyah, sejak awal menyatakan kami tidak ada kaitannya dengan korupsi segala macam.

Artinya, anda tidak tahu menahu tentang kegiatannya?

Iya, tidak tahu.

Laporan itu juga tidak tahu?

Laporan juga tidak tahu menahu.

Dan tandatangan yang ada di laporan itu adalah tandatangan scan?

Iyaa tandatangan scan, dan tidak ijin saya.

Kalau kegiatannya sendiri itu kapan sih?

November 2017.

Kegiatan itu dilaksanakan bersamaan dengan GP Ansor?

Iya, itu lah uniknya. Satu kegiatan bersama GP Ansor dari Kemenpora, dan Pemuda Muhammadiyah tidak terlibat atau tidak tahu menahu tentang teknis kegiatannya. Posisinya Pemuda Muhammadiyah hanya diminta untuk bertanggungjawab memobilisasi masa.

Dan mereka tidak tahu bahwa harus dibuat laporan?

Iya. Dan mereka tidak paham. Dan kemudian kontraknya kan juga tidak diganti, masih tetap Kemah Kebangsaan. Nah, karena kontrak itu tidak diganti lah makanya kenapa panitia Pemuda Muhammadiyah memutuskan mengembalikan uang 2 miliar yang diberikan oleh Kemenpora. Karena dalam kontrak ini dikatakan kalau kegiatan itu tidak dilaksanakan, jadi kegiatan yang sesuai kontrak Pengajian Akbar di lima kota itu yaa, karena kan dasar pembayaran uang 2 miliar itu kan karena kegiatan sesuai dalam kontrak ini kan. Sementara kegiatan yang sesuai dalam kontrak ini kan tidak ada. 

Karena merasa tak sinkron, makanya uang Anda kembalikan?

Karena teman-teman merasa wah ini sudah tidak benar ini, kita “dikerjain” nih, akhirnya diputuskan untuk dikembalikan. Dan bapak-bapak di Muhammadiyah juga menyarankan, ya sudah kembalikan saja, pakai uang kas Muhammadiyah. Terus akhirnya kita kembalikan. Karena dikembalikan, artinya uang yang digunakan untuk mobilisasi massa kan uang Muhammadiyah kan.

Nah, tapi di berita-berita yang keluar itu adalah “Dahnil mengembalikan Uang 2 miliar” jadi seolah-olah saya mengaku bersalah dan saya mengembalikan uang itu. Padahal yang mengembalikan dan yang memutuskan agar itu dikembalikan adalah dari PP Muhammadiyah. Tak ada urusannya sama saya pribadi. Tetapi lucunya, statement di media itu “Dahnil mengembalikan uang 2 miliar.

Apakah dengan kasus ini Anda merasa sedang dikerjai?

Saya tidak tahu, teman-teman lah yang bisa menafsirkan itu.

Kalau posisi kasus itu sendiri lebih dulu mana? Kasus ini muncul sebelum atau sesudah Anda menjadi Koordinator BPN Prabowo-Sandi?

Kasus ini muncul setelah saya sudah memutuskan di Pak Prabowo. Ini kan kasus ini cepat sekali itu jalannya. Ada penyelidikan, Mas Ahmad Fanani dipanggil kepolisian, karena panggilan pertama dia tidak bisa datang, panggilan kedua juga dia tidak datang karena di Papua.

Dan panggilan ketiga baru bisa datang langsung bareng dengan saya, itu seminggu mau muktamar. Mas Fanani ini kan memang dianggap suksesor saya kan. jadi calon saya itu adalah Mas Fanani. Orang-orang di arena Muktamar menganggapnya begitu. Dan ketika itu saya sudah jadi Kordinator Jubir. Jadi waktunya Cuma seminggu langsung ditetapkan sebagai tersangka.

Ada kabar bahwa yang melaporkan itu adalah teman-teman di internal sendiri. Apa benar info itu?

Nah, saya tidak tahu kalau itu. Kami juga ingin tahu kalau bisa itu.

Ada anggapan laporan isu itu memang dimainkan jelang muktamar?

Kalau itu saya tidak ngerti, saya tidak mau mengandai-andai, karena saya tidak tahu. Saya sih syukur kalau memang teman-teman media bisa bantu mencari tahu siapa yang lapor ini semua. Saya justru ingin tahu itu.

Tapi memang sejauh ini di internal Pemuda Muhammadiyah memang tidak ada persoalan? Misalnya intrik satu sama lain di belakang?

Ya pasti. Yang namanya organisasi itu kan pasti ada saja intrik-intirkan kan.

Apakah Anda tidak menaruh curiga apakah salah satu faksi itu yang melaporkan?

Sementara ini saya belum sampai situ ya.

Sudah sampai mana kasus ini?

Seharusnya saya diperiksa hari Kamis lalu. Tapi kemudian penyidik menyatakan mereka belum bisa periksa saya dulu. Saya tidak tahu detail perkembangannya seperti apa, mungkin nanti teman-teman pengacara yang menjelaskan itu semua.

Selain “dikerjain” di Polda,  tekanan apa yang Anda pernah rasakan atau benturan?

Banyak sih. Jadi kan teman-teman sudah tahu sejak awal saya seperti apa. Saya selalu teriak-teriak isu anti-korupsi. Ya kami biarkan saja. Isu anti-korupsi itu adalah roh saya, jantung saya.

Jadi kalau orang menyerang dengan isu di jantung saya itu, serasa orang mau mati. Tapi saya hanya bisa bilang bahwa Allah adalah Maha Pencipta Rekayasa, jadi kita lihat nanti saja seperti apa. Memang dalam kasus ini seolah-olah orang mau Killing The Massanger. Jadi saya sih dalam posisi ya berbaik sangka saja hari ini.

Ini memang pertama kalinya Anda berkecimpung dalam dunia politik?

Iya ini baru pertama kalinya. Saya tidak pernah ikut berpolitik sebelumnya, saya tidak pernah ikut pemilu.  Bahkan saya pemilu-pemilu yang lalu tidak pernah ikut memilih, pemilu sekarang saya sudah mulai gemas.

Ada pesan yang ingin Anda sampaikan untuk pembaca?

Pertama, Terkait dengan pilpres saya dalam posisi ikut serta dalam kontestasi ini karena ingin ikut mendorong perubahan lebih baik. Apapun persaingan yang keras dan segala macamnya, kami harap ini masih dalam bingkai kontestasi politik, tidak kemudian ini menjadi upaya untuk berlaku tidak adil dengan cara menggunakan alat-alat negara itu kemudian dipraktekkan. Saya pikir itu sangat merusak demokrasi kita yang sudah kita bangun selama ini.

Kedua, terkait dengan posisi saya, saya pahami betul konsekuensi saya masuk di dalam ruang kontestasi politik ditambah lagi dengan sikap saya selama ini. Jadi saya sepenuhnya berserah diri pada Allah SWT, hasbunallah wanikmal wakil, nikmal maula wanikmal wakil. (ren)