Pileg dan Pilpres Ini Harus Enjoy
- VIVA/Dhana Kencana
VIVA – Elektabilitas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) terus menanjak. Partai ini masuk tiga besar di sejumlah survei, menyalip Partai Golkar dan Partai Demokrat.
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar menuturkan, naiknya elektabilitas partai yang ia pimpin merupakan buah dari kerja keras yang dilakukan kadernya. Juga hasil dari konsistensi partai membela dan merawat konstituen. Salah satu konstituen yang dimaksud adalah kalangan santri dan Nahdlatul Ulama (NU).
Salah satu bentuk upaya merawat konstituen yang dilakukan PKB adalah merayakan Hari Santri Nasional 2018 dengan menggelar berbagai event, mulai dari lomba baca Kitab Kuning, menulis cerpen, stand up comedy hingga jalan santai menggunakan sarung.
Pria yang akrab disapa Cak Imin ini mengatakan, selain guna menyemarakkan Hari Santri, berbagai lomba itu juga merupakan cara PKB menggaet suara santri yang notabene masuk kategori pemilih muda. Apalagi PKB memang sedang membidik suara milenial atau anak muda.
Demikian penuturan wakil ketua MPR ini kepada VIVA.co.id di sela-sela perayaan Hari Santri Nasional 2018 di DPP PKB, Jakarta beberapa waktu lalu.
Apa yang membuat PKB konsisten merayakan dan memeriahkan Hari Santri?
Basis konstituen kita adalah NU dan pesantren yang jumlahnya sangat besar. Simbol umat Islam di Indonesia ini kan santri. Dan itu terbesar di wilayah basis pedesaan yang kekuatan agamanya tinggi.
Selain itu?
Gairah keagamaan hari ini meningkat tajam apalagi di era sosial media hari ini. Meskipun sebetulnya gairah keislaman di kalangan santri sudah dari dulu. Tapi semaraknya di sosial media baru hari ini menonjol.
Apa target dari perayaan Hari Santri?
Ada tiga hal yang menjadi sasaran kita. Sasaran pertama, memajukan mereka (para santri). Karena kalau mereka maju, otomatis sebagian besar masyarakat Indonesia maju. Jadi target antaranya santri, tapi target besarnya bangsa Indonesia. Karena saya yakin kalau santrinya maju, maka sebagian besar masyarakat Indonesia akan maju.
Kedua?
Ilmu-ilmu agama yang mereka pegang dan miliki selama ini relatif tidak direproduksi dalam kebutuhan masyarakat yang instan ini. Mereka memahami dan mengkaji keagamaan itu lama, panjang. Dari segi khasanah referensi buku-buku itu panjang sekali. Sementara masyarakat kota di era milenial atau masyarakat perkotaan di era media sosial ini yang laku itu kan yang instan, yang pendek, dan cepat. Jadi fast content. Nah, bagaimana para santri ke depan ini bisa masuk di era sosial media sekarang ini. Bagaimana ilmu-ilmu yang dimiliki oleh santri yang panjang akan referensinya itu bisa dimodifikasi ke dalam produk-produk era milenial.
Contohnya?
Misalnya, kitab Ihya Ulumuddin yang berbicara tentang kehidupan seorang filosof muslim, tentang pedoman hidup itu kan terlalu dalam. Bagaimana itu bisa tersaji lebih mudah agar masyarakat bisa lebih mudah paham akan isi dari kitab Ihya Ulumuddin.
Target berikutnya?
Mayoritas kaum santri ini adalah masyarakat perdesaan, marjinal tingkat ekonominya, lamban dalam beradaptasi dengan perubahan teknologi informasi (IT), lamban dalam hal menjadi pelaku ekonomi. Nah, target ketiga kita adalah bagaimana kita bisa mendorong atau melahirkan kaum santri yang entrepreneurship. Kaum santri yang siap hadir di dunia ekonomi.
Kenapa?
Karena jumlah pelaku bisnis di Indonesia masih sangat kecil. Padahal syarat kemajuan sebuah bangsa itu apabila kemajuan dunia usaha semakin besar. Indonesia termasuk yang sangat kecil di antara sekian banyak negara-negara pelaku bisnis. Target kita adalah santri harus menjadi pelaku ekonomi, bukan hanya pelaku sosial. Karena kalau itu berhasil maka itu akan membantu perekonomian masyarakat Indonesia pada umumnya.
Bagaimana cara membuat santri melek digital dan bisa menjadi wirausahawan?
Ada banyak strategi dalam mentransformasikan ini ke mereka. Pertama tentu pendidikan IT. Kedua, skill yang harus terus menerus dipacu. Makanya kita dukung banget itu Pak Jokowi membikin 1000 balai latihan kerja di pondok-pondok pesantren dengan anggaran yang memadai. Harapannya, balai latihan kerja yang tersebar itu bisa betul-betul dapat meningkatkan skill, meningkatkan wawasan, meningkatkan kompetensi, agar para santri bisa masuk ke dalam dunia luar yang mereka akan hadapi sehari-hari.
Selain itu?
Transformasi mereka ini harus diikuti dengan menambah bahan ajar atau pembelajaran yang tidak melulu akhirat. Jadi kalau ingin sampai ke akhirat harus melihat dunia dulu. Karena dengan dua dunia inilah mereka bisa tertransformasikan dengan kognitif, efektif, dan secara pemahaman, pemikiran mereka akan mampu.
Setelah skill mereka kita tingkatkan, infrastruktur kita bangun. Misalnya infrastruktur jaringan internet di perdesaan atau pondok-pondok yang lemah kita tingkatkan. Makanya PKB saat ini sedang membuat sejumlah titik hotspot-hotspot WiFi di pesantren, di desa, di zona-zona yang blank. Di Jawa barat Desember ini akan launching 600 titik WiFi utk anak-anak muda kita agar bisa mendapatkan wifi yang bagus dan cepat.
Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar membuka Festival Hari Santri di DPP PKB, Jakarta
Pertimbangannya bukan semata-mata elektabilitas merebut suara santri?
Kalau itu kan otomatis. Karena sekarang ini kalau merebut konstituen itu hanya simbolik, tidak masuk ke dalam konten yang dihadapi mereka secara langsung, itu cenderung palsu.
Artinya berbagai kegiatan terkait Hari Santri adalah salah satu strategi PKB untuk menarik hati para santri yang notabene pemilih muda?
Iya. Kita ingin pemilih muda kaum santri ini terlibat. Setelah terlibat timbul rasa cinta atau suka, setelah suka mereka bergabung dengan PKB.
Apakah ini memang strategi PKB ke depan, merangkul pemilih milenial?
Betul. Tentu ini didasari dengan besarnya pemilih milenial atau kaum muda. Presentasenya sangat tinggi hampir 40 persen. Ini dengan karakter perilaku politik yang tidak mau serius-serius banget, tetapi punya kepedulian politik. Tidak mau retoris tapi lebih subtantif. Komitmen yang tinggi tetapi minta bukti. Itu yang kemudian membuat kita harus bisa hadir di kalangan mereka. Setelah konsolidasi santri beres, kita masuk ke kaum muda pada umumnya.
Sebenarnya seberapa signifikan suara santri dalam Pemilu tahun depan?
Santri itu ada dua kategori. Pertama santri sesungguhnya. Dalam artian santri yang di pesantren atau produk pesantren yang tinggal dan mondok di pesantren, itu puluhan juta itu jumlahnya. Tetapi yang lebih besar lagi adalah masyarakat Indonesia yang memang mayoritas muslim. Agama ini punya kekuatan yang dapat menyentuh semua ruang, ruang politik, ruang sosial, semuanya. Jadi selain santri yang memang hidup atau tinggal di pondok, masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim ini juga menjadi sasaran kita.
Artinya sasaran PKB bukan hanya santri yang mondok di pondok pesantren?
Iya. Tentu santri NU yang mondok itu adalah satu kategori. Kemudian semua yang berkeinginan menjadi muslim yang baik, yang mempunyai gairah keagamaan yang tinggi itu juga masuk.
Selanjutnya, berebut suara milenial..
***
Selain PKB, sejumlah partai juga memperebutkan pemilih milenial. Kenapa?
Karena jumlahnya di atas 35 persen, tinggi sekali.
Dari total jumlah itu, berapa target yang ingin disasar oleh PKB?
Kalau pemilih kita hari ini surveinya 10 persen, itu lebih dari 7 persen kaum muda. Artinya kita harus betul-betul istiqomah terus menerus bergerak dengan isu-isu yang memang diinginkan kaum muda.
Sebenarnya bagaimana karakter pemilih milenial ini?
Independen dan sikap politik berubah-ubah. Mereka punya karakter tidak mudah dipengaruhi satu isu, tapi juga harus dipengaruhi dengan cara intensif dan berkesinambungan.
Pemilu tinggal beberapa bulan. Apa yang sudah dipersiapkan PKB?
Kita sekarang sudah berhasil menjaga konstituen asli. Bahkan beberapa hasil survei kita sudah bisa mengalahkan Golkar. Kita sudah peringkat ketiga kalau menurut beberapa hasil survei. Tinggal lapangannya saja yang kita persiapkan beberapa bulan ke depan.
Caranya?
Kombinasi antara peran caleg di lapangan untuk mensosialisasikan diri dan partai dan memainkan sosial media. Artinya kita mainkan semuanya, baik di darat dan udara.
Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar
Apakah ada dapil prioritas?
Iya, pasti. Kita ada ranking dapil aman, dapil kosong. Ada yang tengah juga. Dan kita sedang kerja di dapil-dapil kosong.
Ada berapa jumlah dapil-dapil kosong?
Dapil kosong kita punya 20 – 25 an. Paling kuat itu kita di Jawa Timur. Kalau melihat dari ranking kita pertama Jawa Timur, kemudian Jawa Tengah, Jogja, Lampung, Kalsel, Jawa Barat, luar Jawa.
Banyak pengamat yang menyatakan bahwa Pemilu 2019 ini bisa menjadi kuburan bagi partai-partai politik. Apa benar?
Iya memang demikian.
Kenapa?
Karena unpredictable. Ada antiteori perkembangan sekarang ini. Contohnya, Perindo itu kurang apa iklan di televisi, tiap hari. Tapi surveinya kecil. NasDem tiap hari masuk televisi, hasil surveinya juga kecil. Ini yang saya sebut antiteori. Dulu kan teorinya semakin banyak sosialisasi, semakin banyak secara elektoral. Nah, melihat pola perilaku pemilih ini, dibutuhkan kecerdasan. Banyak hal yang harus diubah cara kerjanya.
Apakah ambang batas parlemen 4 persen itu tinggi?
Sebetulnya enggak sih. Wajar itu. Karena kalau enggak 4 persen menjadi tidak ada seleksi alamiah. Dulu kita inginnya 5 persen agar seleksinya betul-betul natural dan stabil. Jadi tidak terlalu banyak pilihan seperti sekarang ini. Sekarang kan ada 14 partai. Paling nanti tersisa 8 atau 9 partai.
Menurut Anda idealnya di Indonesia ada berapa partai?
Kalau mau jujur idealnya 5 partai. Lima itu akan menggambarkan Indonesia sesungguhnya.
Elektabilitas PKB terus meningkat. Bagaimana itu bisa terjadi?
Karena kita konsisten, itu satu. Kedua orang mungkin ingin wajah baru.
Bukan karena Cak Imin yang rajin kampanye kandidat Cawapres?
Itu iya. Kegairahan dan perawatan konstituen. Kegairahan kerja. Begitu saya Cawapres semua semangat sekali kerja. Semuanya tidak ada hari tanpa spontanitas kerja di bawah. Itu termasuk bagian dari merawat harapan konstituen. Orang itu ingin ada orang baru muncul kan kali ini. Makanya kami juga ingin merancang terus apa pandangan baru yang ingin kita rancang di 2019 nanti.
Bukan karena cocktail effect dari Jokowi dan Ma'ruf Amin?
Itu belakangan. Setelah kita putuskan ini. Kita ingin menghitung pola cocktail effect dari capres dan cawapres ini kita benar-benar analisis berbasis survei. Apakah capres effect atau cawapres effect, apakah pasangan capres-cawapres effect itu belum bisa disimpulkan. Karena istilah cocktail effect atau pengaruh capres-cawapres ini, barang baru di Indonesia.
Kenapa?
Karena baru pertama kali pileg dan pilpres dilakukan bersamaan dan sebelumnya tidak pernah ada.
Apakah Pileg dan Pilpres bersamaan ini merepotkan dan ruwet?
Sangat... Sangat meruwetkan. Pileg dan Pilpres berbarengan ini merepotkan rakyat, merepotkan penyelenggara, dan merepotkan partai. Rakyat harus lima kali nyoblos, butuh perhitungan waktu yang lama di TPS. Pengawasan membutuhkan waktu yang panjang dan biaya tinggi. Dari sisi penyelenggaran juga mahal. Penyelenggara juga butuh tenaga tambahan. Kemudian untuk mengirit waktu otomatis jumlah TPS diperbanyak. Simulasinya menunjukkan semua proses itu membutuhkan waktu di atas 18 jam.
Kalau untuk partai, kerepotannya apa?
Kalau partai merepotkannya itu ada konstituen yang tidak suka dengan capres dan cawapres PKB, sehingga harus hati-hati. Ada juga yang suka PKB dan suka capres-cawapresnya. Ini sebetulnya musibah. Pemilihan baru ini betul-betul ngawur.
Ada rencana merevisi UU?
Sudah tidak cukup waktunya. Sudah kita coba tapi gagal. Dan juga sudah diputuskan Mahkamah Konstitusi (MK). Dan keputusan MK sudah menjadi kekuatan hukum tetap yang tidak bisa diganggu lagi. Saya menyesalkan sebetulnya dengan keputusan MK ini. Tapi ya sudah mau gimana lagi.
Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar
Sekarang ini peran sosial media sangat terlihat, baik dimainkan oleh kubu Prabowo-Sandi maupun kubu Pak Jokowi-Maaruf Amin. Tapi sosial media di kubu Pak Jokowi ini seperti kurang amunisi?
Memang itu terjadi secara alamiah. Kubu oposisi itu pasti lebih banyak bahan. Sementara di kubu incumbent ini lebih banyak produk kerja, lebih banyak diukur dari hasilnya apa saja yang selama ini sudah dilakukan. Itu memang salah satu kesulitan bagi incumbent. Jokowi meresmikan jalan tol, persepsi publik itu ada yang mengatakan itu positif, ada juga yang mengatakan itu memang kewajiban sebagai seorang presiden. Sementara kalau oposisi banyak banget yang bisa jadi bahan untuk menyerang. Tapi terus terang kita mengamati akhir-akhir ini, dialektika isu yang muncul tidak cerdas.
Maksudnya?
Itu ada beberapa faktor. Faktor internal dan eksternal. Internalnya itu masing-masing pihak tidak mampu memproduksi isu yang mencerahkan atau konstruktif. Di sisi yang lain media kan juga lebih senang dengan isu-isu yang seperti itu, media lebih suka makan isu yang seperti itu kan, dan itu wajar.
Sejauh ini apa yang sudah dilakukan PKB guna memenangkan Jokowi-Ma'ruf?
Dukungan kita ke Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf mensolidkan basis PKB, otomatis orang PKB akan ikut lah. Kontribusinya naik terus, dari 60 persen, sekarang sudah 70 persen. Pemilih PKB 70 persen memilih Jokowi-Ma'ruf Amin. Kita akan kerja lagi, setidaknya target kita 90 persen pemilih PKB adalah memilih Jokowi-Ma'ruf Amin. Syukur-syukur bisa 100 persen. Kita usahakan 100 persen.
Apakah ada penugasan khusus yang diberikan tim pemenangan TKN untuk PKB?
Kita ada tim internal PKB dan ada tim bersama partai koalisi di TKN. Ada juga yang mendampingi Kiai Ma'ruf Amin sendiri. Jadi berbagi tugas. Sebetulnya posisi strategis partai itu kan selain konstituennya jelas kan ada caleg-calegnya. Jadi paling efektif ya caleg itu.
Jadi selain memperkenalkan diri (caleg), memperkenalkan partai, dia juga mengkampanyekan Jokowi - Ma'ruf Amin?
Iya. Kalau capres saja yang datang, tanpa dilapisi oleh caleg, hilang itu. Capres datang, cawapres datang, harus dilapisi caleg.
Kampanye Pilpres lebih banyak diwarnai perang pernyataan bukan tawaran program. Tanggapan Anda?
Itu tugasnya tim kampanye nasional (TKN) bagaimana mengemas produk-produk isu menjadi mudah ditangkap orang.
Sebenarnya perang jargon itu sesuatu yang spontan atau memang sengaja diciptakan agar mudah diingat publik?
Ada yang spontan, ada juga yang by design saya rasa. Saya kira sebagian yang dilontarkan Pak Prabowo by design. Saya curiga "Tempe setipis ATM' itu by design, biar mudah ditangkap, mudah diingat publik. Yang paling penting itu sekarang kan, tahap pertama itu diingat rakyat dulu, apapun caranya. Setelah diingat baru contentnya masuk.
Kubu oposisi kerap melontarkan ancaman atau menebar ketakutan dan strategi itu digunakan oleh Donald Trump ketika dia kampanye pada pemilu AS. Apakah ini menunjukkan bahwa tim Prabowo-Sandi menggunakan strategi yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Trump di Amerika?
Kayanya iya. Kayanya iya. mencari jalan mudah, jalan instan untuk mendapatkan popularitas, dan mungkin berdasarkan survei juga. Bahwa mau tidak mau hari ini mainstream ekstrem yang menarik, yang laku dimakan oleh ingatan publik.
Strategi kampanye ala Trump berhasil di AS dan Brazil. Apa yang harus dilakukan Jokowi dan Maruf Amin untuk menangkalnya?
Sebenarnya sudah benar apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi dan timnya itu dengan mengekspose produk-produk keberhasilan di periode pertama ini, misalnya dana desa yang terus meningkat, infrastruktur terus ditingkatkan. Ya program-program yang berhasil harus terus dieksplore. Karena hanya itu yang bisa menandingi.
Ada kesan Pilpres 2019 seperti ada pembelahan di bawah. Apakah kondisi ini tidak mengkhawatirkan?
Iyaa, cukup menghawatirkan pembelahannya, terutama di isu agama. Dan menurut saya harus ada jalan tengah supaya tidak salah dalam kubu yang mainstream ini. Kalau seperti ini kiri dikatakan sekuler, kanan agama. Kalau pembelahan ini terus terjadi bahaya.
Apa harapan Anda dengan Pemilu 2019?
Untuk Pileg dan Pilpres 2019, kita harus kembali ke dasar bangsa ini. Sebagai bangsa yang tidak berhadap-hadapan. Pileg dan Pilpres ini harus enjoy, harus menganggap sebagai festival, bukan kompetisi habis-habisan. Kedua, mari kita tampilkan solusi-solusi untuk membangun bangsa ini ke depan, jangan melakukan kampanye negatif. (hd)