Memulas Wajah Kampung Kumuh

Kampung warna-warni di Kelurahan Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lucky Aditya

VIVA – Saat menginjakkan kaki di depan sebuah gang sempit, terasa tak ada yang istimewa. Dalam benak terbayang sumpek dan kotor. Namun, semakin melangkahkan kaki ke dalam gang, perlahan kesan kumuh memudar. 

Dinding hingga atap rumah berpulaskan cat warna-warni seketika memanjakan mata. Gang ini memang bukan kampung biasa. Kampung tersebut merupakan Kampung Warna-warni yang terletak di Kelurahan Jodipan, Malang, Jawa Timur.  

Kampung ini tepatnya berada di bawah jembatan Embong Brantas, jalur Malang menuju Surabaya. Lokasinya sekitar 300 meter ke selatan dari Stasiun Besar Kota Malang. Tiap akhir pekan, pengunjung yang datang mencapai ratusan orang. Kampung penuh dengan para pemburu latar belakang cantik untuk berswafoto.

Mereka yang datang bebas berkeliling gang-gang sempit yang ada dalam kampung yang terletak di dekat bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Sementara warga di sana tetap beraktivitas seperti biasa. 

Seperti diceritakan dalam artikel media asing, di balik indahnya kampung ini ada peran mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang di tahun 2016. Saat itu, Nabila Firdausiyah Salis Fitria, Ira Yulia Astutik, Dinni Anggraeni, Wahyu Fitria, Elmy Rukhiatun, Fahd Afdallah, dan Ahmad Wiratman masuk semester 6. Mereka tengah menyelesaikan tugas akhir Public Relation di kampusnya.

"Semua berawal dari tugas Public Relation mata kuliah event management yang mengharuskan kita mencari real client, yang dapat kita riset dan analisis permasalahan mereka apa dan bisa diselesaikan dengan event," ujar Ketua Tim, Nabila Firdausiyah.

Warga melintas di kampung Juanda, Jodipan Malang. (VIVA/Lucky Aditya)

Dari hasil penelitian, mereka menemukan fakta bahwa Kampung Juanda, Jodipan, sebagai salah satu kampung kumuh, di mana masyarakatnya masih terbiasa membuang sampah di bantaran sungai. Mereka pun menawarkan ide kepada perusahaan cat asal Malang, Indana Paint.

"Tujuan kita ingin memperindah Jodipan jadi kampung warna warni. Sehingga dapat mengubah kebiasaan warga membuang sampah ke sungai, dan warga Jodipan mau menjaga lingkungannya agar lebih bersih," ucap Nabila.

Kampung ini mulai dikerjakan sejak Juli 2016. Dibutuhkan 2 ton cat untuk mewarnai sekitar 90 rumah warga. Cat berasal dari Indana Paint. Pengerjaannya diinisasi mahasiswa, dibantu oleh Indana Paint dan warga sekitar. 

Terinspirasi dari kampung warna-warni yang ada di dunia seperti, Rio de Janeiro hingga Kota Biru di India, Jodipan pun jadi Kampung Warna-Warni pertama di Indonesia. Tiap sudut gang dicat warna, mulai dari pastel, hijau, oranye sampai merah muda dan kuning. 

***

Tak sekadar warna-warni

Ramainya kampung ini dengan para wisatawan, tidak membuat warga kampung merasa risih. Mereka justru bersyukur kehadiran wisatawan membawa berkah. Warga semula tidak pernah memikirkan kampung mereka menjadi warna-warni sehingga melahirkan ladang bisnis menjanjikan. 

"Kami tidak ada tujuan, ini praktikum mahasiswa di tahun 2016 tidak ada rencana ini bakal jadi berkah. Bukan program Pemerintah Kota Malang, jadi ide dari mahasiswa, atas persetujuan warga dan dibantu dana sosial perusahaan dari Indana Paint," ujar Kepala RW 02, Sony Pairin, Rabu, 3 Januari 2018 saat berbincang dengan VIVA

Cukup membayar Rp2.000 wisatawan bisa menjelajahi Kampung Warna-warni. Selama dibuka menjadi objek wisata, puncak kunjungan terjadi pada Senin, 1 Januari 2018. Jumlah wisatawan mencapai sekitar 5.000 orang. 

"Hasil tiket itu untuk perawatan. Sekarang cat yang sudah luntur harus diperbarui. Sudut-sudut kampung kita percantik kita beri ornamen seindah mungkin," kata Pairin. 

Tak hanya sekadar berwisata ke kampung penuh warna. Datang ke tempat ini, wisatawan juga bisa sekaligus mengunjungi Kampung Tridi. Lokasinya bersebelahan dengan Kampung Warna-warni Jodipan.

Semenjak dibuka sekitar tahun 2016, kampung ini tak pernah sepi dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Lokasi perkampungan tersebut juga ikut menjadi pojok swafoto cantik Kota Malang.

Menurut Sekretaris Paguyuban Kampung Tridi, Nuryanto, berbeda dengan Kampung Jodipan, di Kampung Tridi, ada beberapa lukisan tiga dimensi yang bisa dijadikan latar foto. Lukisan-lukisan ini adalah ide dari seorang seniman bernama Edi Gimbal. 

“Kami kasih tema yang beda. Tembok-tembok warga dilukis. Ada sekitar 200 lukisan yang bagus untuk spot foto," kata Nuryanto saat ditemui di Kampung Tridi.

Sejumlah remaja berfoto di Kampung Warna-warni, Jodipan, Malang, Jawa Timur. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Untuk mendapatkan banyak spot foto cantik, pengunjung tak perlu membayar mahal. Hanya dengan membayar Rp2.500, pengunjung bisa bergaya sepuasnya dengan latar-latar cantik. Biaya parkir pun hanya dikenakan Rp3.000. Kampung ini mulai dibuka pukul 7 pagi hingga 18.00.

Nuryanto menjelaskan, semenjak dilukis dengan aneka gambar menarik, kampung ini semakin ramai dikunjungi. Dalam sehari saat hari kerja, pengunjung yang datang bisa mencapai 200 orang. Sementara saat akhir pekan, kampung ini bisa didatangi wisatawan lebih dari 800 orang.

"Dahulunya di sini kampung kumuh, syukur alhamdulillah sekarang bisa terkenal," katanya.

***

Terhubung jembatan kaca

Kampung Warna-warni Jodipan dan Tridi yang saling bersebelahan kini terhubung dengan jembatan kaca layaknya di China. Selain menawarkan rumah dengan latar belakang warna-warni, ruang baca perpustakaan Pagupon, ornamen payung pelangi, pigura foto, dibangunnya jembatan kaca juga sebagai bagian dari inovasi agar wisatawan tidak bosan berkunjung.

Berdiri sejak 2017 lalu, jembatan kaca membuat Kampung Warna-warni dengan Kampung Tridi makin ramai pengunjung. Wisatawan yang datang, kini bisa sekaligus mengabadikan indahnya dua kampung berwarna dari atas jembatan kaca. 

"Warga luar kota ingin tahu bagaimana jembatan kaca pertama di Indonesia ini. Setelah dibangun, tugas warga adalah menjaga kebersihan, dan itu rutin kita lakukan," kata Pairin. 
Namun, demi keamanan dan kenyamanan, saat malam hari jembatan ditutup dan digembok. 

Berdiri toko-toko baru

Banjirnya wisatawan di Kampung Warna-warni mampu menggerakan roda perekonomian warga. Menurut Pairin, perkiraan jumlah pelaku usaha baru sebanyak 30 orang dari yang awalnya hanya sekira 3-5 toko saja.

Salah seorang pelaku usaha baru, Wempy Sutrisno, salah satunya. Wempy menjajakan makanan, minuman, hingga aksesori khas Kampung Warna-warni.

"Wisata berjalan empat bulan, baru saya buka usaha. Untuk aksesori saya jual gantungan kunci, kalender dan baju khas Kampung Warna-warni," kata Wempy.

Wempy bersyukur lahirnya Kampung Warna-warni menjadi berkah bagi warga sekitar. Namun ia menyayangkan peran Pemerintah Kota Malang yang dianggap kurang perhatian dengan potensi wisata yang ada. 

Sejumlah suvenir khas Kampung Warna-warni, Jodipan, Malang, Jawa Timur. (VIVA/Lucky Aditya)

Ia mengeluh, minimnya modal yang dimiliki hampir sebagian pelaku usaha di Kampung Warna-warni. Ia berharap pemerintah mampu memberi pinjaman modal agar pelaku usaha yang ada bisa memenuhi kebutuhan wisatawan. 

"Pemerintah ini tidak mendukung, tidak cawe-cawe dari awal, cuma terima kasih dan memberi ucapan selamat. Padahal kita sering tidak memenuhi permintaan wisatawan karena minimnya modal," ujar Wempy. 

Salah seorang pengunjung, Muhamad Avicenna dari Gresik, mengaku tertarik datang ke Kampung Warna-warni karena rasa penasaran. Ia mengaku mendapat informasi dari media massa dan media sosial. 

"Istimewanya setahu saya ini yang pertama di Indonesia. Saat ini banyak yang serupa tapi ada bedanya, karena ini kampung tematik warna pertama di Indonesia," kata Avicenna. 

Ia memuji pengelolaan Kampung Warna-warni yang semakin baik dari hari ke hari. Hal ini, ujarnya, memperlihatkan bahwa masyarakat mulai mandiri dengan memberdayakan lingkungan di sekitar mereka sendiri.

Meski demikian, dia berharap Kampung Warna-warni bisa terus berinovasi. Tak hanya menjual bangunan berwarna-warni. "Seperti ada gelaran atau event kesenian setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali," ujar Aviecenna. (ms)