Perang Mobil Keluarga
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA.co.id – Jarum jam menunjuk angka 10.00. Kami dari VIVA.co.id tiba di satu diler Mitsubishi di Tangerang Selatan. Awan kelabu tampak bergelayut di langit, namun menurut berita, hujan tak akan turun hingga sore.
Tidak seperti biasa, diler itu kedatangan belasan pengunjung. Sebagian para pemilik mobil yang sedang servis, sebagian lagi cuma melihat-lihat beberapa mobil super kinclong.
"Saya baca di berita, katanya XM Concept sudah bisa dipesan," kata Angga, laki-laki itu.
Angga adalah satu dari ratusan orang yang menyatakan ketertarikannya pada mobil keluarga baru keluaran Mitsubishi. Menurut data internal, sudah ada lebih dari 800 orang yang berminat meminang mobil berkapasitas tujuh penumpang ini.
Angkanya cukup mengagumkan, mengingat wujud aslinya hingga kini belum juga ditampilkan.
Mobil keluarga Mitsubishi XM Concept saat dipamerkan di Bandung, Jawa Barat. (VIVA.co.id/Yunisa Herawati)
Mitsubishi yakin produk baru mereka itu akan bisa bersaing dengan mobil keluarga yang saat ini mendapat julukan sejuta umat, Toyota Avanza.
Booming mobil keluarga atau dikenal dengan nama keren Multi Purpose Vehicle (MPV) di Indonesia sudah terjadi sejak lama. Menurut Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Jongkie D Sugiarto, budaya orang timur yang menjadi penyebab tren mobil MPV bisa bertahan hingga sekarang. [Baca juga: Berawal dari 'Si Kijang']
Kita sebagai orang timur, katanya, biasa hidup dalam keluarga besar. Kakek, nenek, orangtua, semua hidup dalam satu rumah. "Jadi, kadang perlu mobil muat banyak," ujarnya.
Selain itu, Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk mobil MPV hanya 10 persen. Sedangkan sedan di bawah 1.500 cc saja sudah 30 persen. Inilah yang membuat harga MPV jauh di bawah sedan. [Lihat infografik: Cikal Bakal Mobil Keluarga]
Minat pada MPV juga tidak hanya muncul pada golongan menengah ke bawah saja. Tak sedikit orang kaya raya pemilik sedan yang juga punya MPV.
"Artinya, mobil MPV sudah menjadi bagian dari kehidupan rakyat Indonesia, tanpa melihat status kekayaannya."
Dengan harga yang terjangkau, mampu menampung banyak penumpang, MPV jadi kendaraan yang tepat bagi keluarga Indonesia.
Selanjutnya, Cetak rekor
Cetak rekor
Kepopuleran mobil MPV sebenarnya sudah terlihat sejak Toyota meluncurkan Kijang versi penumpang di era 90-an. Sejak hadirnya Kijang, penjualan sedan terus melorot.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan Kijang pada 2001 mencapai lebih dari 56 ribu unit. Kijangnya saja sudah melampaui penjualan sedan yang hanya 35 ribu. Sedangkan total penjualan MPV di tahun itu 89 ribu.
Meski penjualan sedan sempat naik menjadi 40 ribu unit pada 2004, hal itu tidak ada apa-apanya dibandingkan perolehan MPV. Memang, penjualan MPV turun menjadi 76 ribu, namun pada saat itu muncul segmen baru, low MPV.
Mobil-mobil yang masuk dalam kategori low MPV adalah Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, dan Suzuki APV. Penjualannya tidak kalah dengan MPV biasa, hampir 75 ribu.
Jika digabungkan dengan segmen MPV dan upper MPV (mobil keluarga mewah), maka total penjualan mobil keluarga di 2004 menembus angka 153 ribu.
Mengacu pada data Gaikindo, bisa dikatakan bahwa penjualan mobil sedan stagnan di angka puluhan ribu unit per tahun. Penjualan sedan tertinggi pada 1997, yakni 73 ribu unit.
Pencapaian tertinggi itu tidak lepas dari hadirnya mobil sedan baru yang dijual dengan harga murah, Timor. Pertama kali meluncur pada 1997, mobil yang dibanderol Rp35 jutaan itu langsung menduduki peringkat tertinggi penjualan sedan, 19 ribu unit.
Sementara itu, meski angka penjualannya terpaut tipis dengan MPV, namun segmen low MPV dalam perkembangannya mengalami peningkatan yang signifikan. Satu tahun setelah resmi meluncur, penjualan low MPV berhasil menembus angka yang belum pernah tercapai sebelumnya di Indonesia, yakni 100 ribu unit.
Puncak kejayaan low MPV pada 2013, di mana penjualannya meraih angka 379 ribu unit. Tahun ini juga menjadi prestasi bagi industri otomotif Indonesia, karena untuk pertama kalinya berhasil menembus angka penjualan 1,2 juta unit.
Honda Brio Satya yang merupakan salah satu mobil murah dan ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC) saat dipamerkan pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 di Jakarta. (VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar)
Sayangnya, kesuksesan low MPV tidak bertahan lama. Hal itu karena munculnya program mobil murah dan ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC).
Sama seperti low MPV, mobil LCGC pada tahun keduanya juga berhasil menembus angka 100 ribu unit. Saat ini, angka penjualan keduanya tidak terpaut jauh.
MPV telah sukses sebagai model terlaris. Hanya saja ada beberapa pihak yang tidak yakin MPV akan terus berjaya. Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Martinus, mengatakan, tren mobil tujuh penumpang akan mulai pudar pada 2025. Sebab, pemilik mobil yang lahir tahun 1980-1990 memiliki pandangan yang berbeda terhadap mobil keluarga.
"Kalau orang dulu menilai, mobil harus bisa membawa keluarga besar, hingga kakek-nenek, generasi saat ini hanya memikirkan keluarga inti," kata Yannes.
Pendapat senada juga dilontarkan Sekretaris Jenderal Gaikindo, Kukuh Kumara Kumara. Menurutnya, segmen MPV lambat laun akan mulai tergerus."Sekarang saja contohnya, mobil LCGC datang, MPV mulai terseok-seok," ujar dia.
Namun, hal tersebut dibantah oleh Executive General Manager PT Toyota Astra Motor, Fransiscus Soerjopranoto. Menurutnya, meski di dunia sedang muncul tren mobil SUV, namun hal itu tidak akan terjadi di Indonesia.
"Karena, pasar MPV itu sangat kuat di Indonesia, dia tipe transportasi yang cocok," katanya beberapa waktu lalu.
Marketing and Customer Relation Division Head Astra International-Daihatsu Sales Operation (AI-DSO), Hendrayadi Lastiyoso juga mengatakan, MPV tetap jadi pilihan keluarga Indonesia. Hal itu berdasarkan sejarah di dunia otomotif nasional.
"Sudah banyak mobil jenis sedan atau SUV yang coba diposisikan sebagai mobil keluarga. Namun, pilihan terbanyak tetap MPV," katanya.
Selanjutnya, Cerita pilu
Cerita pilu
Seperti bisnis lain pada umumnya, industri otomotif juga tidak lepas dari persaingan yang sangat ketat. Tapi pabrikan tetap berlomba-lomba meluncurkan mobil MPV terbaru.
Jika beberapa tahun lalu hanya ada beberapa merek mobil yang menyediakan MPV, maka saat ini hampir semua merek ada. Bahkan, merek-merek mewah juga turut serta meramaikan.
Meski demikian, tidak semua sukses memikat hati masyarakat. Beberapa tipe mengalami penjualan yang kurang memuaskan. Ada pula yang harus dihentikan penjualannya, karena dianggap tidak menguntungkan.
Saat ini, penjualan mobil keluarga terbanyak masih dipegang oleh Toyota, dengan produk Avanza. Meski harganya kini menembus Rp200 juta, tampaknya bukan jadi halangan bagi konsumen.
Beberapa faktor yang memengaruhi tingginya penjualan Avanza antara lain dukungan purna jual, harga jual kembali yang cukup stabil, dan biaya servis yang tidak membebani kantong.
Dengan adanya fakta tersebut, tidak mengherankan bila banyak pabrikan yang berusaha menghadirkan pesaing Avanza. "Kami sukses di Pajero Sport, dan mobil MPV baru itu juga akan sukses," kata Henry Kosala Wahyadiyatmika, direktur utama diler Mitsubishi PT Bumen Redja Abadi saat mengomentari XM Concept
Hal senada juga diungkapkan Brand Manager Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani. Kata dia, menurut Global National Research, rasio kepemilikan mobil orang Indonesia masih kecil. Baru 83 dari 1.000 orang. "Di situ kami lihat peluang," tuturnya.
Salah satu cara Wuling "menggebuk" penjualan Avanza dengan menghadirkan mobil keluarga berbanderol lebih murah dari yang sudah ada. Mobil perdana mereka, Confero S, akan dijual dengan harga mulai Rp130 jutaan.
Sayangnya, menurut Suzuki, menjual mobil tak cuma dilihat dari murahnya saja. "Beli mobil tidak hanya kendaraannya saja, tapi juga bagaimana merawatnya," kata Direktur Pemasaran Divisi Roda Empat PT Suzuki Indomobil Sales, Dony Saputra.
Mobil keluarga Chevrolet Spin saat dipamerkan pada ajang Indonesia International Motor Show 2013 di Jakarta. (VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar)
Tangguh dan nama besar juga belum tentu bisa bertahan lama. Chevrolet yang sudah bikin pabrik di Pondok Ungu Bekasi juga harus menyuntik mati Spin karena beratnya persaingan. Alhasil pabrik yang mempekerjakan 500an orang itu pun cuma bertahan dua tahun, dan pada Juni 2015 tutup.
Honda Freed juga bisa jadi pembelajaran dari ketatnya persaingan. Medium MPV yang sudah hidup enam tahun itu pun akhirnya tumbang. Produksi di Karawang dan seluruh penjualan di Indonesia disetop pada Juli 2016.
Direktur Marketing dan Layanan Purnajual Honda Prospect Motor Jonfis Fandy juga tak menampik ini semua karena sudah habis masa kejayaan Freed. Mobil dengan pintu geser ini pernah menoreh penjualan 19 ribuan unit pada 2012. Namun beberapa tahun terakhir terus menyusut. Pada Januari 2016 hanya laku 287 unit, dan terus menurun menjadi 128 dan 122 pada Februari dan Maret. Puncaknya pada April yang hanya 76 unit.
Jadi, bagaimanakah pertaruhan Mitsubishi pada XM Concept? Ingat Mitsubishi juga pernah punya sejarah tak begitu bagus pada Grandis yang akhirnya disetop penjualannya pada 2012. (hd)