Menjegal Begal

jaguar
Sumber :
  • Polresta Depok

VIVA.co.id - Dua pria berjalan perlahan di antara pekatnya malam. Sorot mata mereka terlihat tajam, memperhatikan setiap rumah.

Saat itu, jarum jam baru menunjukan pukul delapan. Berpakaian serba hitam dengan celana jins gelap dibalut jaket kulit, langkah mereka terhenti di warung milik Pak Darsono. Letaknya di pojok suatu kompleks pemukiman di Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat.

Mereka menghampiri Darsono yang sedang sibuk merapihkan barang dagangannya.  "Ada kopi pak," tanya salah satu pria itu sambil duduk di kursi bambu di depan warung itu.

"Ada, kopi hitam atau kopi susu pak, silahkan duduk," jawab Darsono dengan sedikit perasaan curiga. "Kopi hitam dua ya pak," pesan pria itu menimpali pertanyaan Darsono.

Kopi pun terhidang dan kedua pria itu pun terlihat sangat larut dalam obrolan panjang dengan Darsono hingga tak terasa jarum jam pun sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Tutup jam berapa pak," kata salah satu pria yang terlihat lebih aktif bertanya. "Sebentar lagi pak, mungkin sampai jam 1," jawab Darsono.

Entah kenapa, kedua pria itu sudah mulai gelisah mendengar jawaban laki-laki setengah baya tersebut. Terlihat mata keduanya saling bergantian tak henti menatap ke sebuah rumah kontrakan kecil yang berada satu rumah di samping warung Pak Darsono.

Kegelisahan kedua pria itu memudar. Tepat pukul 12 malam, dua pria dengan berkendara sepeda motor memasuki kontrakan kecil berukuran 5x3 meter.

Malam pun semakin larut dan hari mulai berganti, saat itu jam sudah menunjukan pukul 00.35 WIB, Selasa 27 Januari 2015, Pak Darsono pun ijin untuk menutup
warungnya.

Setelah membayar dua gelas kopi dan sebungkus rokok kretek yang dipesan, kedua pria itu berjalan ke arah berlawanan dari tempat mereka datang. Bersamaan dengan itu, Pak Darsono menutup warungnya dan masuk ke rumahnya yang berada tepat di belakang warung itu.

Karena sudah merasa lelah, Pak Darsono bergegas memasuki kamar tidur setelah membersihkan diri. Selimut pun ditarik tanda ia sudah bersiap untuk istirahat.

Namun, baru sekitar satu jam tertidur, sebuah suara aneh dari luar rumah membangunkan Darsono dari dari tidurnya. Ia pun bangkit dari pembaringan dan menyingkap tirai jendela kamar secara perlahan.

Sepasang mata Darsono tak henti berkedip, dari balik jendela kamarnya, ia menyaksikan ada beberapa pria termasuk dua pria yang berkunjung ke warungnya berjalan mengendap mendekati rumah kontrakan samping rumahnya.

"Jangan bergeraak... !" Suara dobrakan pintu dan teriakan agar menyerah memecah keheningan malam kampung itu.

Berselang beberapa detik kemudian, lebih dari lima orang bersenjata meringsak mendekati rumah kontrakan itu. Semuanya menggunakan pakaian serba hitam.

Lima pria penghuni kontrakan berlarian dari dalam rumah melalui pintu yang sudah rusak didobrak pria-pria bersenjata. Dua letusan senjata api membuat suasana malam kian mencekam.

Dari balik jendela, Darsono melihat seorang pria tersungkur di tanah dalam kondisi bersimbah darah, sedangkan satu lainnya tiarap tanda menyerah dan tiga pria lainnya lari tunggang langgang dan menghilang di tengah kegelapan malam.

"Saya baru sadar, dua pria di warung tadi itu polisi sedang menyamar," ujar  Darsono mengisahkannya kepada VIVA.co.id.

Tak lama setelah itu, lokasi penggerebekan itu pun ramai dipadati warga, satu pria yang tewas bersimbah darah dibawa polisi menggunakan mobil polisi dan satu pria yang belakang teridentifikasi berinisial MD dibawa dengan tangan terborgol.

Kontrakan kecil yang digerebek polisi itu ternyata adalah sarang persembunyian komplotan begal sadis yang belakangan ini menebar teror kejahatan di Kota Depok.

Di dalam kontrakan itu, polisi menemukan berbagai senjata tajam dan tujun unit sepeda motor hasil aksi pembegalan sadis yang mereka lakukan.

Kasus-kasus Begal

Kasus kejahatan perampasan kendaraan bermotor dengan pola kekerasan alias pembegalan sebenarnya bukan kejahatan jenis baru. Ini sudah terjadi sejak lama.

Namun, kasus kejahatan ini belakangan ini menjadi populer setelah korban mulai berjatuhan akibat kesadisan pelaku begal. Kota Depok menjadi kota pelopor mencuatnya aksi kejahatan perampasan kendaraan bermotor dengan pola kekerasan di wilayah ibu kota.

Berawal dari terjadinya serangkaian aksi pembegalan yang menyebabkan dua nyawa melayang dan beberapa korban lainnya terluka.

Berdasarkan data kejahatan yang dihimpun VIVA.co.id di Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, sejak awal 2015 sudah terjadi 42 kasus pencurian dengan kekerasan atau begal di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

42 kasus terjadi di nyaris seluruh wilayah ibu kota, seperti Kota Depok, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, Kota Bekasi, Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

"Dari 42 kasus curas alias begal, kita sudah tangkap 97 orang tersangka," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul, Kamis 5 Maret 2015.

Dari kota-kota di wilayah hukum Polda Metro Jaya, Kota Bekasi menempati urutan pertama dengan sembilan kasus. "Wilayah Bekasi, selama Januari 2015 terdapat sembilan kasus pencurian dan kekerasan (curas), yakni empat kasus penodongan, dan lima kasus perampasan," kata Martinus.

Diikuti Jakarta Timur, Kabupaten Tangerang dan Kota Depok di peringkat ke empat.  Data kepolisian mencatat, meski di Kota Depok hanya terjadi empat kasus pembegalan tahun 2015 ini.

Namun, pelaku begal di Kota Depok dinobatkan sebagai pelaku begal paling kejam dan sadis."Memang dari segi kuantitas, Depok tetap terbawah karena hanya ada 4 kasus, tapi dari segi kualitas, pembegalan disana tergolong sadis, karena sampai ada (korban) yang meninggal dunia, bahkan waktu itu sampai ada pelaku yang tega dorong ibu-ibu ke jurang atau bawah jembatan," ungkap Martinus.

 Sejak awal 2015 sudah terjadi 42 kasus pencurian dengan kekerasan atau begal di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Foto:  ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Desa Begal

Desa 'Surga' bagi para begal. Julukan itulah yang selama ini melakat pada sebuah desa di ujung bagian barat Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Desa bernama Sasak Panjang itu berada di perbatasan Kabupaten Bogor dengan Kota Depok atau tepatnya berada di Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor.

Desa Sasak Panjang adalah sebuah desa yang letaknya cukup jauh dan terpelosok.  Untuk dapat sampai ke desa berhawa sejuk itu, dibutuhkan waktu perjalanan selama dua hingga tiga jam dari Kota Depok.

Sebenarnya, tak ada yang khusus dari desa yang banyak ditumbuhi rumpun bambu itu selain kios-kios penjualan suku cadang sepeda motor murah. Desa Sasak Panjang sudah terkenal sebagai lokasi pasar gelap suku cadang sepeda motor berharga murah. Ada lebih dari 10 kios suku cadang murah di desa ini.

Di desa ini, semua jenis suku cadang sepeda motor bisa ditemukan dan dibeli dengan harga murah. Mulai dari suku cadang sepeda motor keluaran tahun 80-an hingga suku cadang motor terbaru tersedia di tempat ini.

Lalu, dari mana para pedagang suku cadang sepeda motor murah di Desa Sasak Panjang mendapatkan suplai suku cadang murah itu. Jawabannya baru terungkap setelah sepasukan polisi dari Polres Kota Depok menggerebek kios-kios penjualan suku cadang itu pada Sabtu sore, 28 Februari 2015.

Dalam penggerebekan itu, polisi menemukan dan menyita ribuan jenis suku cadang sepeda motor murah dari kios-kios di Desa Sasak Panjang.

Penggerebekan itu merupakan bagian dari instruksi Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Unggung Cahyono yang memerintahkan pasukannya memutus mata rantai kejahatan pembegalan dimulai dari penadah alias para penjual suku cadang sepeda motor hasil kejahatan.

"Pelaku begal ini biasanya target utamanya adalah sepeda motor. Setelah itu pasti motor tersebut akan ada penadahnya. Jadi di situ akan kita putus mata rantainya," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Jumat, 27 Februari 2015.

Polda Metro Jaya telah mengidentifikasi beberapa kelompok pelaku pembegalan sadis yang beraksi di wilayah ibu kota. Hasil identifikasi itu menyebutkan, diketahui ada dua kelompok pembegalan sadis, yakni kelompok begal lokal dan begal Lampung.

Dari dua kelompok ini, yang selama ini paling ditakuti karena kesadisannya adalah begal kelompok Lampung. Menurut kepolisian begal kelompok Lampung dikenal cukup nekat dan mereka selalu membekali diri dengan senjata tajam dan senjata api.

Kelompok begal Lampung sangat sulit ditumpas, sebab, ada sebuah jalur regenerasi kedaerahan dan hubungan kekerabatan antara anggota kelompok begal ini. Selain itu, mereka terkenal sangat solid, karena berasal dari satu daerah yang sama di wilayah Provinsi Lampung.

Bahkan, Polda Metro Jaya selalu kesulitan setiap kali memburu pelaku begal kelompok Lampung jika mereka sudah melarikan diri dan bersembunyi di kampung halamannya.

Kapolda Metro Jaya, Irjen Unggung Cahyono, bahkan harus menyiapkan pasukan khusus untuk menyerbu tempat persembunyian para pelaku begal motor yang bermarkas di Lampung.

"Kami akan kerahkan pasukan tempur untuk membantu menggerebek mereka (begal). Kami tak mau ada anggota yang jadi korban keberingasan mereka," kata Unggung.

Menurut Kapolda, kelompok Lampung menjadi sangat kuat jika sudah masuk ke kampung halamannya. Sebab, hampir seluruh warga di kampung itu berprofesi sebagai begal motor.

Unggung menuturkan, di kampung halamannya, pelaku selalu dilindungi oleh warga setempat. Tak hanya itu, di sana, mereka juga membekali diri dengan senjata api.

Setiap kali digerebek, lanjut Unggung, para pelaku selalu melakukan perlawanan.  "Saya minta tolong ke Kapolda Lampung supaya tim pemburu begal dari Polda Metro Jaya dibantu Brimob saat menggerebek ke lokasi kampung tempat para begal bersembunyi," katanya.

Dalam penggerebekan polisi menemukan dan menyita ribuan jenis suku cadang sepeda motor murah dari kios-kios di Desa Sasak Panjang. Foto: VIVA.co.id/Zahrul Darmawan

Modus Begal

Jika dahulu aksi pembegalan dilakukan dengan modus menghadang laju kendaraan dengan membentangkan benda besar di tengah jalan atau melakukan penghadangan langsung dengan cara berkelompok.

Kali ini, modus kejahatan pembegalan sudah semakin canggih, modus lama sudah mulai ditinggalkan karena pelaku biasanya akan lebih mudah ditangkap atau tertangkap warga.

Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul, pelaku pencurian dengan kekerasan alias begal di ibu kota beraksi dengan modus motor by motor.

"Caranya, pelaku menghadang calon korban dengan mengendarai sepeda motor secara berboncengan," kata Kombes Martinus Sitompul. Dari pengakuan pelaku begal yang sudah ditangkap Polda Metro Jaya, biasanya begal ibu kota beraksi dengan melibatkan empat orang.

"Dua motor saling berboncengan, satu motor memepet motor korban, satu motor merampas dan menyerang korban dengan senjata," jelas Martinus. Senjata yang dipakai para pelaku begal juga beragam, mulai dari golok, samurai, celurit hingga senjata api.

"Pelaku begal sudah tidak peduli lagi dengan kondisi korban, setelah berhasil mereka tinggalkan korban dalam kondisia apapun," papar Martinus. Jika dahulu begal beraksi di tepi hutan atau di tengah jembatan. Kali ini begal bisa beraksi di lokasi apapun.

Baik itu di jalanan tengah kota maupun di tepi kota. "Bagi mereka yang penting kondisi lokasi eksekusi sepi dan cukup gelap," ujarnya.

Siapa pun yang berkendara sepeda motor, baik itu seorang diri ataupun berboncengan, laki-laki atau wanita, asalkan berada di lokasi yang gelap dan sepi, itulah yang jadi sasaran empuk kelompok begal.

Menurut krimonolog Universitas Indonesia, Prof. Dr. Muhamad Mustofa, kejahatan pembegalan semakin marak karena beberapa hal. "Aksi begal saat ini lebih marak karena lebih berhubungan dengan lemahnya pengendalian sosial atau pengawasan," kata Mustofa.

Menurut Mustofa, pelaku begal cenderung melakukan aksi-aksinya dengan cara lebih sadis seperti sekarang ini karena si pelaku ingin kejahatannya berhasil tanpa harus mendapatkan perlawanan dari korbannya.

Selain itu, pelaku begal jama sekarang terlihat ingin sekali menunjukan rasa puas akan setiap aksi kejahatannya dengan melukai bahkan membunuh korban-korbannya. "Dengan melakukan kekerasan terhadap korban, si pelaku akan merasa lebih berhasil melakukan kejahatannya," ujarnya.

Mustofa memaparkan, banyak hal yang melatarbelakangi aksi kejahatan pembegalan. Naun utamanya, pelaku ingin memiliki harta benda yang lebih bukan lagi sekedar untk membeli makan.

"Kalau latarbelakang itu bermacam-macam tapi yang pasti dia ingin memiliki atau memperoleh harta benda karena selama ini yang menjadi korbankan adalah pengguna sepeda motor dan yang dirampas adalah sepeda motornya maka target si pelaku adalah mau mencari harta benda dengan cara melanggar hukum," ungkapnya.

Dari hasil analisis Mustofa, pelaku begal lebih memilih gaya hidup mencari harta benda dengan cara melanggar hukum, pemilihan gaya hidup pun dipengaruhi oleh banyak faktor.

"Gaya hidup sekarang inikan orang dibombardir dengan iklan-iklan contohnya seperti gaya hidup seseorang yang menggunakan ponsel, sekarang kan tidak ada satu orang pun yang tidak punya ponsel belum lagi iklan-iklan ponsel sudah banyak sekali belum lagi ada istilah kalau seseorang menggunakan ponsel lama dibilang jadul maka dengan begitu banyak orang untuk memenuhi gaya hidup dengan cara-cara yang tidak baik," jelas Mustofa.

Jika dahulu begal beraksi di tepi hutan atau di tengah jembatan. Kali ini begal bisa beraksi di lokasi apapun. Foto: ANTARA FOTO/M.Ali Khumaini

Pembalasan Massa

Aksi sadis para begal yang tak kenal belas kasihan pada korban-korbannya telah menciptakan kebencian di masyarakat. Puncaknya adalah ketika seorang pelaku pembegalan sadis dibakar hidup-hidup oleh warga di kawasan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan pada 24 Februari 2015 lalu.


Pelaku begal yang belakangan teridentifikasi berinisial HD, dibakar warga setelah ditangkap basah usai melukai dua warga yang akan dirampas sepeda motornya.

Warga memilih membakar begal itu ketimbang menyerahkan kepada polisi karena rasa kebencian warga sudah memuncak atas serangkaian aksi sadis yang dilakukan para begal.

Beberapa hari berselang, seorang pria juga diamuk massa karena dituduh sebagai pelaku pembegalan sepeda motor di dekat kantor Badan Intelijen Negara (BIN) di kawasan Volvo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu 2 Maret 2015.


Pria yang teridentifikasi berinisial CC, tewas dianiaya massa yang sudah geram dengan tindakannya. Tubuh CC dianiaya secara tak manusiawi, tubuhnya diseret,
dipukuli dan diinjak-injak hingga meregang nyawa.

Bahkan, massa yang sudah tak terbendung lagi, meluapkan amarahnya dengan memajang jasad CC di tepi jalan raya.


Sayangnya, lagi-lagi polisi tak mampu meredam aksi massa itu. Belakang baru diketahui, bahwa ternyata CC bukanlah seorang begal, ia hanyalah kelompok jambret yang beraksi dengan marampas perhiasan yang dikenakan pengendara sepeda motor. (ren)

   

Siti Indah Lucanti turut melaporkan dari Jakarta