Fenomena Solois Hingga Film Berkelas

Anang, Ashanty, dan Bayi
Sumber :
  • Twitter/aurelhermansyah
VIVAnews
– Tahun Kuda Kayu dalam hitungan hari akan segera berlalu. Banyak kisah tertoreh di 2014, khususnya di dunia hiburan lokal dan internasional. Berikut adalah beberapa kejadian yang cukup menyita perhatian masyarakat di bidang musik, film, seputar ingar-bingar dunia selebritas dan layak untuk dijadikan catatan akhir tahun.


Pergeseran model bisnis industri musik
Dari dunia musik, terlihat ada pergeseran besar dalam hal gaya berbisnis lagu di Tanah Air. Jika dahulu musik dijual secara fisik melalui CD, kini di tahun 2014, terlihat sekali lebih banyak orang yang menyukai membeli lagu dari platform digital. Sesuatu yang lebih praktis, bisa dilakukan di mana saja, tak harus ke toko CD dulu, harganya relatif lebih murah, dengan kualitas suaranya jauh lebih baik.


Menyusul pergeseran model bisnis tersebut, maka inilah era yang tepat bagi para musisi indie untuk tampil. Sebab, kini mereka dapat membuat musik sesuai kata hati, tanpa lagi terikat aturan yang ditetapkan label musik. Para musisi ini juga bisa memproduksi karya sendiri, dan mengedarkannya sendiri lewat platform digital.


Pengamat musik Bens Leo mencatat, semua band yang indie di tahun 2014 sukses bertahan. Slank sebagai band besar, ujar dia, sudah melakukan penjualan indie sejak 1997.


Sementara Gigi sudah tiga tahun belakangan masuk indie, dan 2014 band Rif mulai mengikuti. “Bahkan beberapa waktu lalu, Sheila on 7 sudah menyatakan diri, bahwa Musim yang Baik adalah album terakhir mereka bersama Sony Music. Setelahnya, mereka akan menjual lagu secara independen," ujar Ben.


Selain band, ada pula musisi solo yang sukses di ranah indie. Ia adalah Tulus yang menjadikan 2014 sebagai momen keemasan miliknya. Hampir semua lagu di album Gajah milik Tulus disukai orang, dan sering wara-wiri di radio. Bens menilai, Tulus fenomena luar biasa.


Ia bisa membuktikan bahwa seorang solois bisa tampil populer secara indie, tanpa harus tergantung label besar. Tulus, kata dia, adalah inspirator bagi solois lain.


“Sekaligus sebuah pembuktian, bahwa jika kita punya materi lagu bagus, dan aransemen menarik, kita bisa jual lagu dengan sukses lewat jalur indie," ucap Bens.


Sementara itu dari genre dangdut, Bens memberi catatan tersendiri tentang kemunculan Cita Citata, yang sukses membawakan lagu Sakitnya Tuh di Sini. Hal ini Bens lihat sebagai sebuah kemujuran.


Sebab, hanya dengan satu lagu, seorang pedangdut bisa melambung demikian tinggi. "Hal ini hanya bisa terjadi di genre dangdut lho, karena meski hanya punya satu lagu, namun dia bisa manggung di mana-mana," ujar mantan wartawan itu.


Saat ditanya tentang konser berkesan di 2014, ia katakan pertunjukan musik yang cukup mendapat perhatian, adalah konser Satu Indonesia Salute to Guruh Soekarno Putra, yang digarap oleh Erwin Gutawa, pada 26 November lalu. Bens melihat konser ini berkesan karena di sana Erwin banyak menampilkan unsur musik etnis yang tampil dengan karakter kuat.


Sebelumnya, 14 November, hal sama juga dilakukan Andi Rianto yang membuat konser Magenta Orchestra ke X atau MOX di tempat sama. Hal ini menandakan bahwa manajemen produksi musik Indonesia sudah cukup baik, sehingga dua konser semegah itu dapat terlaksana dalam waktu berdekatan.


Menciptakan film berkelas


Di industri film lokal, ternyata terjadi kenaikan jumlah produksi karya visual yang dibuat sineas Indonesia. Kalau pada tahun 2012, hanya ada 89 judul film, pada 2013 ada 103 film, maka di Tahun Kuda Kayu Indonesia punya 116 judul film.


Hingga akhir tahun ini, secara mengejutkan Comic 8 muncul sebagai film Indonesia dengan penonton terbanyak. Film komedi yang dibintangi Pandji dan Mongol ini menyedot jumlah penonton sebanyak 1.624.067 orang


“Melampaui film-film lain yang rata-rata terjual tiketnya antara Rp100 ribu sampai Rp500 ribu. Di posisi dua, ada The Raid 2: Berandal, yang jumlah penjualannya sekitar 1 juta penonton,” ujar Yan Widjaya, pengamat film yang jadi langganan juri di FFI.


Ia terangkan, film versi extended yang jumlah penjualan tiketnya signifikan adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Lebih jauh ia katakan, saat ini untung-rugi membuat film itu dilihat dari berapa besar bujet pembuatannya.


Tahun ini rata-rata dana pembuatan film yang bagus sekitar Rp2 miliar. Sementara jika filmnya drama yang biasa-biasa saja maka dana yang digelontorkan sekitar Rp1 miliar.


“Nah, kalau film horor, pembuatannya bisa di bawah Rp1 miliar, dan kalau jumlah penontonnya bisa sampai 50 - 100 ribu orang. Itu mereka sudah untung,” ujar pria yang senang mengenakan topi pelukis itu.


Namun yang perlu menjadi catatan, adalah kemauan besar dari beberapa produser, yang bersedia menguras kocek lebih dalam, demi menghasilkan karya spektakuler dan berkelas.


Hal itu terjadi pada film Supernova yang biaya pembuatannya sampai menelan dana Rp20 miliar, dan juga film Pendekar Tongkat Emas yang biaya produksianya Rp25 miliar.

Berbicara tentang aktor, wajah lama masih tetap eksis menghiasi layar lebar. Namun, seiring waktu kualitas akting mereka kian terasah.

Sebagai contoh Reza Rahadian. Hanya saja, tahun ini Reza punya saingan. Ada Abimana Aryasatya yang tahun ini bermain apik di Haji Backpackers.

“Selain itu, ada pula Chicco Jerikho yang main bagus di Cahaya Dari Timur: Beta Maluku. Makanya wajar dia dapat Piala Citra untuk kategori Aktor Pemeran Utama Terbaik,” kata Yan.

Hal menarik lainnya dan perlu mendapat catatan adalah kembalinya Dian Sastrowardoyo ke layar lebar. Seperti diketahui, dia bermain di film 7/24 setelah beberapa tahun absen akting.

Yan menilai, aktris terlaris tahun ini adalah Acha Septriasa, namun ia memprediksi 2015, adalah tahunnya Chelsea Islan karena sudah ada beberapa film bagus yang mengontraknya bermain. Di antaranya adalah film Cokroaminoto dan film Di Balik 98.


Satu catatan lain yang menjadi perhatian adalah dari ranah Hollywood, adalah kepergian aktor besar Robin Williams. Komedian yang sukses bermain dalam Jumanji ini, ditemukan tewas pada 11 Agustus 2014 akibat bunuh diri.


Sebelum wafat, Robin sedang menjalani syuting film Absolutely Anything. Film terbaru almarhum, yang sebentar lagi dapat disaksikan menjelang akhir 2014, adalah Night at the Museum: Secret of the Tomb dimana ia berperan sebagai sosok Teddy Roosevelt.


Pernikahan terheboh

Sementara di dunia selebritas lokal, banyak berita suka-cita bermunculan meski kabar duka juga sempat mampir. Di 2014, dunia musik berduka karena salah satu musisi senior berpulang. Ia adalah Murry Koes Plus yang wafat pada 1 Februari 2014.


Tak hanya itu, dunia komedi juga diliput awan mendung. Saat salah seorang punggawanya, Mamiek Srimulat mengembuskan napas terakhir pada 3 Agustus di rumah sakit Brayat Minulya, Solo, Jawa Tengah, karena sakit.


Ada kepergian, ada kedatangan. Salah satu selebritas yang berbahagia di tahun ini, adalah pasangan Anang-Ashanty yang pada 14 Desember lalu, memiliki momongan bayi mungil bernama Arsy Addarra Musicia Nurhermansyah, yang lahir dengan berat 2,52 kilogram.


Namun berita gembira yang paling menyedot perhatian sepanjang 2014, tentunya pernikahan akbar Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, yang konon sampai menghabiskan dana hingga miliaran rupiah.


Sebab tidak hanya dimeriahkan di hotel bintang lima yang ada di Jakarta, sebuah pesta privat yang lebih mirip konser mini, karena menghadirkan penyanyi dan band papan atas Indonesia, digelar di Pulau Dewata.


Tersebar 600 undangan menuju Bali, bagi kerabat dan teman dekat dari kedua mempelai, di mana segala keperluan, mulai dari akomodasi hingga transportasi konon semua ditanggung oleh Raffi dan Gigi, demikian aktris itu biasa dipanggil.


Sementara untuk acara resepsi di Jakarta, karena tamu undangan yang hadir adalah para pejabat, selebritas dan pengusaha, tak heran jika hadiah-hadiah yang diterima presenter itu demikian mentereng. Salah satunya, Raffi mendapatkan mobil Lamborghini .


Selain Raffi dan Gigi, kabar gembira pernikahan juga datang dari pasangan Dude Harlino dan Alyssa Soebandono yang menikah pada 3 Maret 2014. (ms)