Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma
Sumber :
  • gunadarma.ac.id

VIVAnews – Orang boleh datang dan pergi, namun Universitas Gunadarma (UG) akan terus tumbuh dan berkembang. Kata itu terlontar dari Rektor Universitas Gunadarma, Prof. Margianti, yang menandai perjalanan universitas ini selama tiga dekade.

Menyandang predikat salah satu dari sepuluh perguruan tinggi terbaik di Indonesia, upaya UG menjaga dan memberikan yang terbaik untuk negara tidaklah mudah. Margianti mengatakan, pencapaian itu tak dibangun sesaat. Perlu waktu. Tiga dekade kampus itu jatuh dan bangun.
 
“Ada pengalaman pahit namun berupaya tetap berpikir positif,” katanya. “Intinya,  selalu berkreasi dan berinovasi di tengah dinamika organisasi dan perubahan lingkungan eksternal,” kata Margianti saat ditemui VIVAnews Juli 2014.

Margianti menyatakan, Universitas Gunadarma berdiri di atas fondasi komitmen untuk terus mengembangkan diri secara institusional dan berkelanjutan. UG menjadi contoh organizational learning yang terus tumbuh ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu.

“Kalau merujuk ke istilah di bidang manajemen mutu, perkembangan UG merupakan buah dari continuous quality improvement,” ujarnya. “Saya percaya juga, kekuatan institusi tersebut dihasilkan dari perjuangan individu-individu, mulai dari para pendiri, pimpinan, serta orang-orang yang bekerja saat ini dan di masa yang akan datang,” kata dia.

Fondasi yang kedua, kata Margianti, yaitu tata kelola perguruan tinggi yang baik, disebut Good University Governance (GUG).  Tata kelola ini menyesuaikan dengan kebijakan dan regulasi dari pemerintah, serta selalu adaptif dengan kepentingan atau kebutuhan dari pemangku kepentingan, khususnya masyarakat dan dunia industri.

“Menjaga kepercayaan masyarakat dan kepentingan nasional menjadi esensi dari pengabdian UG selama lebih dari tiga dasawarsa,” bebernya.

Perubahan tersebut, ungkap Margianti, tidak selalu berjalan mulus. Selalu ada
kontroversi namun hal itu disiasati dengan win-win solution. Dengan jumlah staf pengajar yang mencapai 1.300 orang, sebuah perubahan melahirkan dinamika.

Tantangan Reputasi

Margianti mengaku, pada tahap awal, salah satu tantangan terberat  adalah mengurangi atau menghilangka dikotomi atau perbedaan perlakuan dari pemangku kepentingan terhadap perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS). “Kami malah menggunakan kinerja PTS papan atas di Indonesia sebagai benchmark agar kami mempunyai tekad dan semangat untuk terus dapat menunjukkan kinerja yang setara dengan PTN,” kata Margianti.

Upaya tersebut berbuah manis. Tahun 2014, UG merupakan satu dari lima PTS yang memperoleh akreditasi institusi dengan predikat A. Sebagian besar program studi di UG pun telah memperoleh akreditasi A.

Tantangan berikutnya yaitu mensinergikan tiga kompetensi utama, yaitu kualitas SDM, infrastruktur teknologi informasi dan komputasi (TIK), dan tata kelola yang baik. Sinergi itu tertuang dalam periode perencanaan lembaga 2012-2016.

UG menyadari tak hanya ingin mengejar reputasi international semata. Pembangunan reputasi UG juga dalam meningkatkan kepentingan dan daya saing nasional. UG tak hanya ingin maju sendirian sementara masyarakat dan negara masih tertinggal dari negara lain.

“Kami adalah bagian dari kepentingan nasional yang masih relatif tertinggal dilihat indikator Global Competitiveness Index yang menempati posisi ke-38 dari 148 negara untuk edisi tahun 2013-2014, atau indikator yang lebih relevan dengan peran UG,” kata dia.

Ia menambahkan Indonesia menempati posisi ke-64 dari 148 negara untuk edisi tahun 2014 dilihat dari Networked Readiness Index, indeks mengukur kesiapan negara dalam memanfaatkan TIK untuk perkembangan sosial dan ekonomi nasional. 

“Insya Allah, UG dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun masyarakat infromasi yang mengandalkan TIK dalam mensejahterakan masyarakat dan memajukan perekonomian nasional,” ucapnya.

Click University

Benih UG dimulai dari 1981 silam. Saat itu berdiri sekolah tinggi di bidang komputer. Lima belas tahun berselang, bertransformasi menjadi universitas. Tapi transformasi itu masih menyisakan persepsi bahwa perguruan tinggi swasta itu dianggap sebagai perguruan tinggi yang kental dengan TIK.

Namun persepsi itu malah dijadikan visi UG pada rencana strategis periode 2002-2006 yaitu menjadi perguruan tinggi berbasis TIK terkemuka di Indonesia. Dalam rencana strategis 2012-2016, kompetensi di bidang TIK tersebut dijadikan salah satu kompetensi inti UG.

Universitas ini memiliki visi, pada 2016 menjadi perguruan tinggi dengan reputasi internasional dan berjejaring global demi daya saing dan kepentingan nasional.

Sampai saat ini, UG mengelola 30 program studi yang terdiri dari 3 program doktor (S3), 8 program magíster (S2), 13 program sarjana (S1), dan 6 program diploma (D3). Program degree dan non-degree diselenggarakan di 13 lokasi kampus yang tersebar di wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Depok, Bekasi dan Tangerang.

Seiring proses transformasi institusional tersebut, UG mengkonvergensikan tata kelola universitas dengan penerapan TIK. “Saya sering mendengar beberapa staf atau dosen menyebutnya dalam pertemuan informal sebagai pergeseran paradigma yaitu from brick university to click university,” kata Margianti.

Menuju click university, UG menerapkan prinsip one-stop services berbasis paperless (nirkertas), dalam pengelolaan universitas dan proses akademik. Kekhasan sekaligus kekuatan UG tersebut, akhirnya memperoleh pengakuan dan apresiasi di tingkat nasional dan international.

Di tingkat nasional, UG merupakan PTS yang mampu bersanding dengan PTN ternama di Indonesia. Masuk pula dalam daftar PTS terbaik versi lembaga pemeringkat international Webometrics dan 4ICU edisi Januari 2014.

Webometrics menempatkan UG di ranking 1 untuk kategori perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia. Ranking ini berdasarkan indikator impact, presence, openness dan excellence. Kategori impact merujuk pada jumlah backlink atau link yang didapat oleh sebuah universitas dari pihak ketiga. Data visibilitas link dikumpulkan dari dua provider informasi yang berbeda yaitu Majestic SEO dan ahrefs.

Sedangkan kategori Presence merupakan banyaknya jumlah halaman website dan banyaknya file yang terindeks pada mesin pencari Google. Openness merupakan jumlah file dokumen Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps, .eps), Microsoft Word (.doc,.docx) and Microsoft Powerpoint (.ppt, .pptx) yang online/open di bawah domain website universitas yang tertangkap oleh mesin pencari (Google Scholar).

Sedangkan ketegori Excellence merupakan jumlah artikel-artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang bersangkutan yang terindeks di Scimago Institution Ranking dan di Google Scholar.

Sedangkan 4ICU merupakan suatu search engine dan direktori yang melakukan penilaian berdasarkan kepopuleran situs  yang dimiliki oleh 11.307 perguruan tinggi di seluruh dunia yang telah terakreditasi di seluruh dunia. Pemeringkatan 4ICU.org, didasarkan pada algoritme 5 metrik dari Google Page Rank, Alexa Traffic Rank, Majestic SEO Refereting Domian, Majestic SEO Citation Flow dan Majestic SEO Trust Flow. Dari kategori itu, UG memuncaki peringkat pertama.

UG juga meraih PTS terbaik nasional dalam kategori Smart Campus pada ajang yang diselenggarakan PT Telkom dengan Dirjen DIKTI pada 2011 sampai 2013. Pada ajang Telkom Smart Campus, UG menjadi salah satu perguruan tinggi dengan predikat Top National TeSCA Winner pada 2014.

Sementara untuk pemeringkatan nasional yang dikeluarkan Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi Kemendikbud, UMS mendapatkan nilai B sesuai Surat Keputusan 029/SK/BAN-PT/Akred/PT/I/2014, yang dikeluarkan 16 Januari 2014.

Satu Mahasiswa Satu Ponsel

Aplikasi TIK yang digelar UG yaitu membagikan telepon seluler khusus kepada masing-masing mahasiswa, dalam tiga tahun berturut-turut, pertama kalinya sebuah perguruan tinggi di Indonesia melakukan itu. Inovasinya yaitu nomor ponsel tersebut identik dengan NPM mahasiswa dan sudah terpasang aplikasi yang disebut “UG in Your Hand” atau semua layanan dalam satu genggaman.

Melalui ponsel itu, mahasiswa melihat jadwal kuliah, nilai, absensi kuliah, jadwal kursus dan workshop, akses virtual class, video-conference dengan low-bandwidth, computer assisted learning, e-book interaktif serta  video pembelajaran jarak jauh dengan prinsip pembelajaran campuran atau melengkapi tatap muka di kelas. 

Ponsel itu juga mendukung akses digital library, jurnal elektronik, e-paper repository, dan e-paper deposit system yang mendukung kegiatan penelitian dan publikasi dosen dan mahasiswa, student digital locker, lecturer’s digital locker, digital student portfolio, akses UG TV sampai radio streaming.

Lebih lanjut, Margianti mengatakan, UG  akan terus melakukan inovasi dari segi program unggulan untuk dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain di Indonesia. “Salah satu program unggulan kami yaitu memperkuat jejaring global dengan perguruan tinggi dan institusi di luar negeri,” kata dia.

Saat ini UG sudah menjalin kerjasama dengan lebih dari 50 perguruan tinggi untuk mendukung kelas international pada 5 program studi, serta kegiatan akademik bersama seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, atau joint research. UG menganggap perguruan tinggi swasta lain sebagai mitra yang justru harus berkolaborasi agar menjadi kekuatan bersama dalam memberikan kontribusi nyata dalam menghasilkan lulusan yang berdaya saing di tingkat nasional maupun international.

Untuk memenuhi visi universitas pada 2016, UG mencanangkan peta strategi yang dirinci dalam perencanaan fungsional pada setiap aspek tata kelola universitas- misalnya UG ICT Blueprint, Rencana Pengembangan SDM, Rencana Induk Penelitian Unggulan, atau Program University Social Responsibility. Rincian program itu dilengkapi dengan seperangkat key performance indicator (indikator kinerja kunci).

Margianti mengatakan, salah satu key performance indicator dalam program pendidikan di UG yaitu kemudahan lulusan UG mendapatkan pekerjaan. Lulusan UG saat ini sudah hampir mendekati 100 ribu orang. Jumlah tersebut dikelola melalui Job Placement and Career Development Center.

Perusahaan atau pemberi kerja dapat mengakses basis data lulusan UG pada pusat karir dengan pendekatan job matching. Secara periodik, UG juga menyelenggarakan program job fair bekerjasama dengan perusahaan nasional dan multi-nasional.

Berbagai program dan fasilitas tersebut memungkinkan lulusan UG terserap dunia industri atau pasar tenaga, tersebar secara nasional dan di beberapa perusahaan international, termasuk yang bekerja di luar negeri.

“Bagi UG, keberhasilan atau kiprah alumni menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan minat masyarakat yang dapat dilihat dari perkembangan calon mahasiswa yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun,” ucapnya.

Jaga Kepercayaan Masyarakat

Dalam pengelolaan dana, UG secara teliti mengelola dengan orientasi pengabdian masyarakat. Tata kelola dana yang baik akan menguatkan kepercayaan masyarakat sehingga menjamin  keberlanjutan pembiayaan dana dari masyarakat.

Ke depannya, salah satu program strategis aspek keuangan yaitu penguatan portofolio pendanaan yang lebih beragam, termasuk dengan peningkatan sumber pendanaan di luar masyarakat, misalnya melalu jasa konsultasi sesuai kompetensi institusi, sumber daya manusia, serta unit produksi. Bentuk kegiatannya seperti pendidikan dan pelatihan serta hasil kerjasama kemitraan dengan perusahaan atau asosiasi profesi.

“Keberlanjutan pendanaan tersebut mencerminkan kepercayaan dari masyarakat yang terus kami jaga,” kata dia.

Pemerintah mengapresiasi UG terbukti dengan diberi kepercayaan mengelola dana penelitian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui program desentralisasi hibah riset kompetitif. “Mungkin bahasa klisenya, kami tidak menginginkan UG sebagai menara gading yang kurang peduli terhadap kebutuhan masyarakat dan kepentingan nasional. Kami menghindari stempel negatif tersebut,” ujarnya.

Contoh kegiatan pengabdian kepada masyarakat misalnya pemberdayaan usaha kecil menengah dan koperasi berbasis TIK, serta program pelatihan dan sertifikasi kompetensi dan keahlian dengan bekerjasama dengan berbagai asosiasi profesi.
 
Suara Mahasiswa
        
Meski telah diakui secara nasional, namun kenyataannya, tak semua mahasiswa di perguruan itu mengetahuinya. Beberapa bahkan mengatakan, fasilitas yang ada saat ini kurang maksimal dan kurang memadai bagi kalangan mahasiswa.

“Suasananya belajarnya sih nyaman, hanya saja masih ada yang harus ditambah sarana dan prasarananya,” kata Hieronymus, salah satu mahasiswa dari Fakultas Ekonomi semester II pada VIVAnews.

Tak jauh berbeda dengan teman kuliahnya, Katarina mengaku, Gunadarma seperti perguruan tinggi pada umumnya. Ada yang ketat menerapkan sikap disiplin namun tak sedikit juga dosen yang kurang memperhatikan hal itu.

“Kalau dari fasilitas penelitian dan lab, menurut saya sudah bagus. Sudah menggunakan teknologi modern dan AC yang memberikan kenyamanan saat belajar. Hanya saja fasilitas komputer yang ada saat ini masih jadul (zaman dulu—red),” tutur Mahsiswi Fakultas Ekonomi tersebut.

Di balik itu semua, kata mereka, Gunadarma banyak memberikan kemudahan pembayar dan banyak peluang beasiswa luar maupun dalam negeri kepada semua mahasiswa. (ren)