Derita Iqbal
Jumat, 18 April 2014 - 20:39 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews -
Menyusuri lorong 1,5 meter Iis Novianti keluar. Buru-buru menuju lantai lima Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara. Dia langsung menuju perawatan intensif anak-anak,
Pediatric Intensive Care Unit
(PICU).
Iis tempak lemah. Di sebelah kiri dan kanannya harus ada orang yang siap menopang, manakala Iis terjatuh.
Dengan tatapan mata kosong, Iis terus berjalan. Sesekali bibinya, yang berjaga di sebelah kanan, menepuk tangan Iis sambil mengingatkan untuk bersabar dan tetap tenang.
Sebelum masuk ruang PICU, Iis sempat melontarkan kekesalan. “Dia kasar sama anakku. Aku cekik nanti,” kata Iis. Dia kesal dengan Danang Supriatnya, mantan kekasih yang menculik anaknya, dan kemudian menyiksanya.
Iis kembali diingatkan agar tenang. Kali ini oleh kakaknya, Ira Mariani. Terutama saat bertemu buah hatinya, Iqbal. Namun apa daya, tameng untuk menjadi sosok ibu yang tegar tak kuat menahan sejuta prajurit kekhawatirannya.
Saat tiba di dalam ruangan, ibu bertubuh kurus itu enggan melihat anaknya yang menggunakan banyak peralatan medis. Air mata Iis tak lagi terbendung. Dia menangis histeris. Dia tak bisa menatap bocah berbaju hijau yang terbaring lemah.
Mendengar tangisan, anak 3,5 tahun itu terbangun. Dia tahu itu ibunya yang sudah tiga bulan tidak berjumpa.
Sambil mengusap air mata, Iis mendekati Iqbal. Iis membelai pipinya yang penuh luka cakar. Anak itu menangis kencang.
Mereka menangis hingga ruang PICU yang hening jadi pecah. Tak lama setelah itu, tangan dan kaki Iis bergetar. Tubuhnya menggigil. Lalu pingsan.
Cinta ditolak
Anak ini ditemukan pada Kamis, 13 Maret 2014. Juliana, seorang penumpang TransJakarta, mengaku iba melihat seorang bocah cilik, yang belakangan diketahui adalah Iqbal, sedang mengamen di Halte Busway di kawasan Mangga Dua. Saat itu Iqbal bersama seorang laki-laki 30an tahun, yang diketahui bernama Dadang Supriatna.
Kemudian, Juliana membujuk Dadang agar Iqbal dibawa ke dokter. Sekitar pukul 10.00 mereka tiba di klinik di Jalan RE Martadinata, Ancol. “Korban saat itu datang dalam keadaan kejang-kejang,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Polisi Daddy Hartadi.
Ketika diperiksa, dokter langsung curiga pada Dadang yang saat itu mengklaim sebagai ayah Iqbal. “Lalu pihak klinik langsung menghubungi kami, dan kami langsung menahan Dadang,” kata Daddy.
Setelah polisi menyelidiki, ternyata bocah ini anak Iis, pedagang es di Pasar Senen, Jakarta Pusat. Saat diculik pada Desember 2013, Iqbal sedang bermain sendiri.
Tak cuma diculik dan disiksa, Iqbal juga dieksploitasi. Dia dibawa mengamen dan mengemis ke sana-sini.
Di hadapan polisi, Danang mengaku menculik anak pacarnya lantaran melihat Iis yang janda ditinggal mati itu, selingkuh. Dia jalan dengan pria lain. “Saya sakit hati,” kata Dadang.
Tapi, ayah Iis, Masri Ma'as (70), menampik pernyataan Dadang. Menurut dia, Danang yang sehari-hari sebagai pengamen itu justru mengejar-ngejar Iis. Iis tak pernah pacaran dengan Danang. “Iis tidak mau, makanya Dadang menculik Iqbal,” kata Masri di RSUD Koja.
Paku panas
Diperiksa polisi, Dadang mengaku kerap menyiksa Iqbal di tempat tersembunyi. Ada empat lokasi berbeda tempat menganiaya bocah itu. Dadang mengaku penganiayaan itu kerap dilakukan secara sadar di malam hari.
Di bawah Jembatan Penyebarangan Orang (JPO) Pademangan, misalnya, Dadang tega menendang kemaluan dan paha Iqbal. Teriakan dan tangisan yang didengarnya membuatnya berhenti menyiksa. Ya, Dadang mengaku menendang Iqbal dengan kaki sebelah kanan.
Baca Juga :
Jeritan tangis Iqbal tak mengetuk pintu hatinya. Dadang malah menggigit bagian pergelangan tangan kanan bahkan wajah mungilnya ditampar.
Dadang mengaku, tindakan itu dilakukan karena rengekan Iqbal. "Awalnya saya sering membelikan mainan dan baju, tapi karena sering menangis, saya sakiti dia," kata Dadang.
Setiap kali tak bisa menghasilkan minimal Rp40 ribu, Iqbal selalu disiksa. Pernah dia disundut dengan puntung rokok hingga luka bakar di kedua lengannya.
Puncaknya terjadi pada suatu siang di JPO di Mangga Dua. Iqbal yang belum bisa nalar buang air besar di gendongannya. Bukannya dibersihkan, Danang justru memotong lidah dan kelamin bocah mungil itu.
Setelah bersimbah darah, dia baru dibawa ke toilet. Iqbal dibersihkan. Karena kesal, dia lalu dengan sengaja mematahkan tangan kiri Iqbal dan membenturkan kepalanya ke tembok.
Kini Dadang hanya bisa meringkuk di sel tahanan Polres Metro Jakarta Utara. Dia disangka melakukan penculikan dan penganiayaan anak di bawah umur. Dadang dijerat pasal berlapis dengan ancaman hukuman berat.
Iqbal, barangkali, memang masih beruntung. Dia adalah korban yang selamat dari kerumitan hubungan kasih ibu kandung. (ren)