Godfather Mafia Italia di Kuta

Antonino Messicati Vitale
Sumber :

VIVAnews - Jumat dini hari, 8 Desember 2012. Jalan Seminyak di depan penginapan Vila Puri-puri Kecil, Legian, Kuta, Bali, tampak lengang. Bangunan bernomor 25 yang memiliki sembilan vila itu juga sudah sepi.  Penghuninya kebanyakan sudah terlelap. Jarum jam menunjuk pukul dua subuh. 
 
Mendadak, dari arah gerbang menderu masuk beberapa mobil, dan berhenti serentak di depan sebuah vila. Lima belas orang langsung turun dan mengepung. Ada yang berpakaian preman, ada juga yang berseragam polisi. Salah satunya langsung menggedor pintu. Tak ada jawaban dari dalam.
 
Dan… braakkk! Pintu pun didobrak. Seorang lelaki bule yang tengah tidur pulas, langsung terloncat bangun. Dia melongo, tergagap di tengah kepungan polisi.
 
Tanpa banyak bicara, lelaki bule berperawakan tinggi itu langsung diringkus. Dia tak melawan sama sekali .
 
Seisi vila pun gempar. Wayan, seorang pegawai yang menyaksikan peristiwa itu, tak kalah terkejut. “Semua begitu cepat: datang, sergap, lalu pergi," kata Wayan kepada wartawan VIVAnews.
 
Belakangan, ketika hari beranjak siang, Wayan baru tahu bahwa si bule yang digelandang polisi itu ternyata seorang gembong mafia dari Palermo, Sisilia, Italia. Namanya: Antonino Messicati Vitale, 40 tahun.
 
Godfather
 
Usut punya usut, Antonino rupanya sudah menjadi buronan polisi Italia sejak delapan bulan lalu. Ia dicari karena beberapa kasus. Salah satunya kasus penganiayaan yang menewaskan seseorang di Italia. Selain itu, juga karena sederet kejahatan kelas berat lain: peredaran narkotika, perdagangan manusia, dan jual-beli senjata ilegal.

Menurut harian La Sicilia, Antonino lahir di Palermo, Italia, 18 April 1972. Dia merupakan anak kandung Pietro Messicati Vitale, godfather Klan Villabate. Geng ini terkenal kejam tak berampun. Mereka sempat terlibat perang berdarah dengan kelompok mafia lain di Palermo pada tahun 1990an. Ketika itu puluhan orang tewas di jalan.
 
Pietro ditangkap pada tahun 1985. Polisi yang menangkapnya bernama Beppe Montana. Hanya selang beberapa hari, Beppe tewas dibunuh anak buah Pietro.  
 
Pada tahun 1988, Pietro menghirup udara bebas. Namun, baru 50 hari keluar penjara, dia ambruk diberondong timah panas. Dia ditembak anggota mafia dari klan lain saat menaiki sebuah skuter di dekat rumah peristirahatannya di Mongerbino, dekat Bagheria, Palermo. Lima peluru bersarang di tubuhnya. Usianya saat itu baru 41 tahun.
 
Antonino pun “naik tahta”.
 
Perkenalan pertama Antonino dengan terali besi dimulai tahun 1995. Saat itu dia dicokok karena beberapa kasus, mulai dari pembunuhan sampai narkoba. Habis itu, dia keluar masuk penjara. Total jenderal, 10 tahun lamanya dia pernah menghuni bui.
 
Terakhir, dia masuk penjara saat polisi Palermo menangkapi tokoh-tokoh mafia di Distrik Mismeri pada 17 April 2012. Antonino adalah salah satu yang diincar. Beberapa gembong mafia berhasil ditangkap, namun Antonino justru lolos.
 
Sejak itulah kisah pelariannya dimulai.
 
Polisi kemudian menggerebek rumah Antonino di Portella di Mare, Palermo. Rumah itu ditinggali Antonino, ibu, dan saudara perempuannya. Dari rumah ini polisi menyita sejumlah bukti, termasuk sebuah rekaman video dan sejumlah foto.
 
Video itu adalah rekaman perayaan ulang tahun Antonino yang ke-40, yang dirayakan sang buron pada 18 April 2012 lalu di tempat persembunyiannya. Di situ terlihat Antonino tengah makan-makan dengan sejumlah koleganya, diiringi musik yang dimainkan pemain biola dan gitar. Antonino sempat meminta mereka memainkan theme song film Godfather. Usai lagu itu dibawakan, Antonino pun bertepuk tangan dan berseru, “Bagus…!”
 
Terendus lewat IP
 
Selain video, polisi juga menemukan sejumlah foto Antonino. Saat itu dia tengah berpose di kolam renang. Tempatnya tampak eksotik. Namun, tak diketahui di mana lokasinya.
 
Polisi Palermo tak menyerah. Mereka menyadap telepon anggota keluarga Antonino. Juga, menguntit ke mana mereka bepergian. Dari beberapa orang yang dibuntuti, ternyata mereka terbang ke Bali.
 
Polisi Palermo pun menjejaki laptop Antonino. Hal itu diakui Kolonel Andrea Vitalone, Director Special Agent dari kepolisian Italia, yang turut dalam operasi penangkapan Antonino. Menurutnya, polisi Palermo mengetahui tempat persembunyian Antonino dari Internet Protocol (IP) address yang digunakannya.
 
Hal itu pun dikonfirmasikan petugas National Central Bureau Interpol Mabes Polri, Inspektur Satu Yudi Sroja. "Dari hasil pemeriksaan Tim IT polisi Italia, dia berada di Bali. Laptop yang bersangkutan disadap,” kata Yudi.
 
Untuk mempersiapkan operasi penangkapan, polisi Palermo langsung menerbangkan sejumlah agen mereka ke Indonesia. Mereka antara lain berbekal selembar foto yang memastikan keberadaan sang gembong mafia di Pulau Dewata. 
 
Di situ, Antonino dipotret mengenakan kaca mata hitam, memakai celana pendek putih, dan bertelanjang dada. Dia tengah leyeh-leyeh tiduran di bangku pantai. Tangan kanannya memegang sebatang rokok. Sementara tangan kirinya memegang novel karya terbaru novelis terkenal Dan Brown berjudul “The Lost Symbol”.
 
Pada 30 November 2012, NCB Interpol Mabes Polri menerima red notice dari kepolisian Italia tentang keberadaan buronan itu. Sepekan sebelum penangkapan, Kolonel Andrea Vitalone berada di Jakarta untuk berkordinasi dengan Mabes Polri. 
 
Setelah semua dipastikan, Andrea dan tiga perwira NCB Interpol Mabes Polri terbang ke Bali. Itu terjadi sehari sebelum penangkapan. “Setelah itu, esoknya, pagi dini hari, Antonino disergap," kata Kepala Unit Kejahatan Kekerasan Polda Bali, Komisaris Pande Putu Sugiarta.
 
Pelit
 
Kolonel Andrea mengatakan Antonino merupakan pentolan mafia paling dicari di Italia. "Dia mafia narkoba, perdagangan manusia, penjualan senjata ilegal, serta masih banyak kasus lain yang membelitnya," katanya.
 
Antonino sendiri baru kali pertama itu menginap di Vila Puri-puri Kecil yang dimiliki seorang warga Italia. Namun, keluarga Antonino rupanya sering menginap di sini. "Tahun ini rombongan keluarganya dari Italia datang menginap di sini. Saya tahu kalau mereka adalah keluarga Antonino, karena diceritakan Antonino sendiri," kata Made, resepsionis di vila itu saat berbincang dengan VIVAnews.

Dari catatan pengelola vila, Antonino check in pada 18 September 2012. Artinya, belum tiga bulan pria berperawakan kurus itu menginap di sini. Antonino menyewa kamar seharga Rp200 ribu per malam.

Made menjelaskan tiap tamu yang menginap di vilanya selalu dilaporkan kepada Polsek terdekat. Selama ini, dia sama sekali tak terdeteksi ada masalah, apalagi sebagai seorang buronan kakap. Antonino menggunakan paspor asli. Pembayaran juga selalu beres. Antonino sudah membayar uang sewa selama dua bulan, pakai kartu kredit. 
 
Sepengetahuan Made, Antonino bukan tipe tamu yang cerewet. Dia sama sekali tak pernah memprotes kondisi vila tempat dia tinggal. Selama menginap, Antonino sama sekali tak mendapat telepon dari keluarga atau kerabatnya. Hanya saja, dua hari sebelum ditangkap, Antonino disambangi seseorang dari Italia. “Itu kali pertama kami melihat Antonino dikunjungi seseorang," kata Made.
 
Wayan, seorang petugas kebersihan Vila Puri-puri, juga begitu. Dia mengatakan sejak berjumpa pertama kali dengan Antonino, pada pertengahan September lalu ketika dia check-in, dia sama sekali tak menaruh curiga. Begitu pula dengan koleganya yang lain. Selama berinteraksi dengan karyawan vila, Antonino sama sekali tak menunjukkan kegarangannya sebagai gembong mafia tersohor.

Sepengetahuan Wayan, Antonino justru sangat baik dan ramah. Satu-satunya persoalan adalah ini: Antonino tergolong pelit. Tak sekalipun dia pernah memberi tip.

"Dia tidak pernah ngasih tip. Pelit orangnya," kenang Wayan.
 
Antonino selalu menyiapkan segala kebutuhannya sendiri, utamanya soal kudapan. Dia jarang membeli makanan yang langsung bisa disantap. Pria berkacamata itu memilih  memasak sendiri. Ia biasa berbelanja pada sore hari. Sambil melempar senyum, kata Wayan, dia selalu bilang “cooking… cooking…” kepada karyawan yang ditemuinya saat hendak memasak.

Yang tidak dia kerjakan sendiri adalah mencuci pakaian.  Untuk ini dia menggunakan jasa laundry.
 
Tiap kali membersihkan kamar Antonino, Wayan juga mengaku tak menemukan keganjilan apapun. Paling dia melihat Antonino menggunakan laptop. "Sering sekali saya lihat dia pakai laptop. Kalau HP saya hampir tak pernah lihat. Barang-barang lain tidak ada, selain tumpukan baju dan koper," kata Wayan.

Aktivitasnya juga bak turis kebanyakan. Dia sering menghabiskan waktu di luar, terutama untuk menikmati Pantai Kuta yang jaraknya cuma ratusan meter dari Vila Puri-puri Kecil.

Hingga akhirnya pada Jumat dini hari itu, Wayan dan karyawan vila lain terkejut alang-kepalang. Keramahan dan senyum sang turis seperti sirna. Saat digelandang polisi dengan tangan terborgol, wajah Sang Godfather terlihat begitu dingin, tanpa rasa takut, disaput kepulan asap dari rokok di bibirnya. (kd)