Pahit Getir PB Djarum agar Indonesia Tetap Juara
- VIVAnews / Satria Permana
VIVA- Pukul 5 sore, tampah-tampah yang digunakan untuk melinting rokok disiapkan dirapikan dan dipinggirkan. Lalu, lantai dibersihkan. Di tengah brak atau gudang pabrik, cat digoreskan membentuk lapangan bulutangkis.
Setelah itu barulah tiang, net, kok dan raket dikeluarkan. Lalu, ditemani aroma tembakau dan cengkeh yang memenuhi ruangan, orang mulai memainkan raket.
"Mulanya karyawan Djarum main bulutangkis untuk kebugaran. Seadanya. Tidak ada pelatihan atau program khusus," ujar Robert Budi Hartono, pendiri perusahaan rokok Djarum mengenang sejarah panjang awal mula kemunculan komunitas bulutangkis di lingkungan pabrik tersebut.
PT Djarum adalah perusahaan rokok besar nasional yang berlokasi di Kudus, Jawa Tengah, yang jadi embrio lahirnya klub bulutangkis legendaris berlabel PB Djarum. Awalnya, di perusahaan Djarum tidak ada klub bulutangkis. Lapangan bulutangkis pun belum tersedia.
Bermula dari kebutuhan para karyawan pelinting rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) untuk berolahraga seusai bekerja, dibuatlah lapangan bulutangkis di tengah ruangan tempat mereka bekerja. Jadi setiap sore, pada hari-hari yang ditawarkan, tampah-tampah dipinggirkan jadi lapangan bulutangkis "darurat" yang mulai digunakan sekitar tahun 1969.
Para karyawan Djarum merepresentasikan kecintaan mereka terhadap olahraga tepok bulu di barak rokok kawasan Bitingan Lama (sekarang bernama Lukmonohadi) nomor 35. Kala itu barak Bitingan Lama masih kecil, tapi cukup untuk membuat satu lapangan bulutangkis di tengahnya.
Mereka berlatih rutin di sana dan luas Bitingan Lama pun bertambah beberapa kali, lapangan bulutangkis pun bertambah dua. Tapi, karena pemainnya masih sedikit, kapasitas lapangan sudah cukup.
Setelah kegiatan olahraga sore hari itu terselenggara rutin, muncul keinginan untuk mendirikan klub bulutangkis. Pemrakarsanya adalah Goei Pho Ihay (paman Budi Hartono), Bambang Hartono, Margono dan Thomas Budi Santoso.
"Mereka yang kemudian mendirikan klub PB Djarum,” ujar Robert Budi Hartono, yang kini menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Aktivitas mereka menarik perhatian warga setempat. Dalam setahun, warga mulai memenuhi barak tersebut hanya untuk berlatih bulutangkis.
Maka, pada 1970, latihan bulutangkis mulai dibuka untuk umum. Yang berlatih tidak lagi hanya anggota dan tetapi juga atlet dan peminat dari luar perusahaan, bahkan dari luar Kudus. Manajer klub juga mulai terpikir untuk meningkatkan kegiatan. Bila semula berhasil hanya untuk berolahraga, kegiatan mulai diproyeksikan untuk memperoleh prestasi.
"Saya pikir kenapa tidak kalau kita bisa menyumbangkan sesuatu untuk Indonesia melalui bulutangkis, kebanggaan nasional, menggalang persatuan. Kita waktu itu sudah melihat bahwa Indonesia paling menonjol di bulutangkis,” ujar Robert Budi Hartono menjelaskan.
Thomas Budi Santoso pun ditunjuk sebagai Ketua PB Djarum pertama, yang diembannya dari periode 1969 sampai 1973/74. Saat awal terbentuk, klub bulutangkis Djarum belum didukung kepengurusan formal.
"Saya jadi ketua merangkap sekretaris, juga bagian keuangan. Saat itu saya memang bisa dikata kerja serabutan. Saya kepala kantor yang juga membantu keuangan, operasional perusahaan produksi, juga pita cukai. Dapat juga mengambil bantuan dari gudang. Tapi tidak masalah, toh pabrik pengiriman itu masih kecil,” ujar Thomas dikutip dari buku biografi “50 tahun PB Djarum: Setengah Abad PB Djarum, Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia”.
Sejak klub didirikan, latihan bulutangkis diadakan rutin. Terkadang 5-6 kali dalam seminggu. Dimulai setelah para karyawan selesai bekerja, lalu usai makan malam pukul 7, latihan lanjut sampai pukul 11 malam. Budi Hartono sering menyempatkan diri untuk datang dan melihat latihan.
PB Djarum dan Audisi
Budi Hartono senang dengan perkembangan klub bulutangkis di perusahaannya. Muncul keinginan dan visi untuk mengembangkannya agar klub dapat terus menghasilkan atlet berprestasi.
Maka, klub yang lahir di Bitingan Lama itu diresmikan jadi Perkumpulan Bulutangkis dengan nama PB Djarum pada 1974. Setyo Margono ditunjuk sebagai ketua PB Djarum. "Dia suka bulutangkis dan sudah melihat dari dekat bagaimana saya mengelola. Jadi tanggung jawab saya serahkan kepadanya,” ujar Thomas.
Dalam perkembangannya, bukan hanya bulutangkis yang dimainkan. Para karyawan juga mengikuti kegiatan rutin seperti cabang olahraga seperti bridge, sepakbola, tenis meja, tenis lapangan, bola voli, dan catur.
Semua cabang olahraga ini tergabung dalam wadah Persatuan Olah Raga (POR) Djarum, yang mengelola manajemen Djarum. Tapi, pada awalnya, bulutangkis yang mendapat perhatian lebih.
Menarik, karena aktivitas mereka di sana begitu kental dengan bau tembakau. Setidaknya itulah kesaksian dari Christian Hadinata, salah satu maestro ganda putra terbaik milik Indonesia.
"Mungkin juga, karena bau tembakau yang terpapar, kami jadi jago," ujarnya bercanda kepada VIVAnews beberapa waktu lalu. Hingga akhirnya, pada 1974, GOR PB Djarum resmi didirikan.
Saat GOR didirikan, meski berlabel pabrik yang memproduksi rokok, namun semua hal menyangkut tembakau harus disingkirkan. Aturan ketat dibuat, atlet tak boleh merokok.
Bukti nyata terlihat sampai sekarang, karena di GOR PB Djarum, tak ada satu pun puntung rokok yang tersebar. Bersih, itulah kesan yang ada di benak kita saat masuk ke sana. PB Djarum kemudian mengembangkan pola rekrutmen dan pembinaan pemain baru. Termasuk dengan pola audisi lokal agar efektif dan efisien.
Minat masyarakat ternyata tinggi. Meskipun rekrutmen tidak dapat dilakukan di semua provinsi, para peminat datang ke audisi di kota atau tempat yang mudah dijangkau.
"Pak Budi Hartono, kompilasi itu, kalau kita mau konsekuen menciptakan prestasi nasional atau internasional, tak bisa hanya mencari 'bibit' di sini (Kudus). Tapi pencariannya dikembangkan," ujar Thomas.
‘Monumen’ Bulutangkis Indonesia
Pembangunan infrastruktur bulutangkis pun gencar dilakukan PB Djarum guna menunjang kegiatan pembinaan dengan skala yang lebih besar. Setelah berangkat dari cita-cita dan tekad besar di brak jalan Bitingan Lama, PB Djarum pun mulai membangun sarana bulutangkis terpadu di Kaliputu, Kudus, yang mulai digunakan sejak 1982.
Dibandingkan brak Bitingan Lama, saran terpadu Kaliputu jauh lebih modern pada era tersebut. Jika di Bitingan Liem Swie King dan generasinya harus berbagi waktu latihan pada satu lapangan (yang kemudian dikembangkan jadi 2 lapangan), di Kaliputu tersedia 15 lapangan beralaskan parket (papan) dan diterangi 1 baris lampu 2.000 watt. Selain itu, tempat tersebut juga dilengkapi weight training dan fitness di ruangan khusus seluas 6 x15 meter dan pendingin udara.
GOR PB Djarum di Kudus, Jawa Tengah
Guna kian memberdayakan para anggota klub, PB Djarum pun terus bergerak membangun ekosistem bulutangkis yang mumpuni sebagai wujud dari misi mencetak para juara kelas dunia dari tanah Kudus. Sebagai bentuk komitmen dan totalitas mencetak pemain berprestasi, PB Djarum pun melebarkan sentra pembinaan ke Semarang, Jakarta dan Surabaya.
Pusat pelatihan PB Djarum di Semarang dibuka pada tahun 1976, sedangkan Pemusatan Latihan PB Djarum Jakarta dibuka tahun 1985. Setelah Jakarta, menyusul kota Surabaya jadi tempat PB Djarum melakukan misi ekspansinya. Belakangan, PB Djarum di Jakarta diputuskan sebagai sentra pembinaan para pemain sektor ganda saja hingga saat ini.
Selama satu dekade, 1975-1985, pebulutangkis PB Djarum memang menapaki era gemilang, terutama di sektor putra. Penggawa PB Djarum sukses mendominasi skuat Piala Thomas 1984 di Kuala Lumpur.
Tercatat tujuh dari delapan anggota tim tersebut berasal dari PB Djarum, yakni Liem Swie King, Kartono, Christian Hadinata, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Heryanto dan Hadiwibowo. Satu-satunya anggota skuat Piala Thomas 1984 yang bukan dari PB Djarum adalah Icuk Sugiarto.
Dan akhir manis skuat Merah Putih “Versi Djarum” ini berhasil memboyong Piala Thomas dengan mengalahkan China 3-2 di partai puncak. “Saat itu Liem Swie King diminta main dua kali, tunggal dan ganda. Dia tidak mau, sudah capek. Padahal Heryanto, yang berpasangan dengan Kartono masih cedera mata karena terkena smes. Pak Budi Hartono pun datang dari Jakarta, meminta King berpasangan dengan Kartono. Indonesia pun menang 3-2,” ujar Saiful Arisanto, Ketua PB Djarum Kudus pada 1979-1989.
Sejumlah langkah penyempurnaan juga dilakukan di bidang organisasi. Selain menciutkan sentra pembinaan hanya tinggal di Kudus dan Jakarta, tata kelola organisasi klub pun disempurnakan dengan naungan sebuah yayasan bernama Djarum Foundation yang lahir pada 1986.
"Lahir Dari Dalam dan Berkembang Bersama Lingkungan" menjadi filosofi yang dipegang teguh Djarum Foundation semenjak didirikan 30 April 1986 oleh Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Aktivitas PB Djarum pun menjadi salah satu bentuk program dari Djarum Foundation, yakni Bakti Olahraga. Selain Bakti Olahraga, ada 4 program lain Djarum Foundation yaitu Bakti Sosial, Bakti Budaya, Bakti Pendidikan dan Bakti Lingkungan.
Bakti Olahraga Djarum Foundation adalah induk dari PB Djarum. Adapun 3 misi utama dari klub bulutangkis PB Djarum adalah pembinaan, prestasi dan pemassalan.
Fokus PB Djarum dalam aspek pembinaan ditunjukkan dengan kembali membangun fasilitas-fasilitas modern demi menunjang kegiatan berlatih dan mengasah potensi terbaik para pebulutangkis dari seluruh pelosok negeri. Selain dibina di dalam asrama modern, para atlet pun dilatih oleh pelatih-pelatih bertaraf internasional dan berkesempatan untuk mengikuti pertandingan baik di dalam maupun di luar negeri secara gratis.
Sejak 2006 lalu pemain binaan PB Djarum tak lagi menempati GOR Kaliputu sebagai tempat latihan. GOR Kaliputu adalah GOR kedua yang pernah dipakai oleh PB Kudus setelah GOR di Bitingan Lama, dari tahun 1982. GOR Kaliputu sendiri sekarang sudah tak dioperasikan untuk pusat pelatihan PB Djarum, dan saat ini telah difungsikan untuk kegiatan latihan bulutangkis bagi masyarakat setempat.
GOR Jati mulai dibangun tahun 2004, kemudian diresmikan pada tanggal 27 Mei 2006. GOR ini difungsikan sebagai pusat pelatihan bagi sejumlah pebulutangkis PB Djarum yang dikriteriakan untuk tunggal putra dan putri.
Sedangkan, atlet yang dikategorikan untuk permainan ganda mendapat pelatihan di PB Djarum Jakarta. GOR Jati yang baru dibangun di bilangan Jati, Kudus, dan mengemban misi PB Djarum itu, pembangunannya total menghabiskan dana sebesar Rp30 miliar.
GOR Jati didirikan di atas lahan 43.207 m2 memiliki standar internasional, bahkan disebut-sebut sebagai pusat pelatihan bulutangkis yang terbaik di Asia. Demi kenyamanan, GOR ini juga dilengkapi dengan ventilasi udara modern yang menjadikan aliran udara di dalam gedung tak lebih dari 0,5 meter per detik.
Kompleks GOR Jati memiliki luas 29.450 m2 terdiri dari gedung olahraga, seluas 4.925 m2 dengan 16 lapangan terbagi dalam 12 lapangan beralaskan kayu sisanya beralaskan vinil (karet sintetis) yang dilengkapi tribun penonton di kanan kirinya. Serta bangunan penunjang lainnya seperti ruang pertemuan, ruang perkantoran, ruang makan, ruang fitness, ruang komputer, ruang audio visual, dan ruang perpustakaan.
Selain itu terdapat asrama pemain seluas 1.834 m2 memiliki 40 kamar terpisah untuk putra dan putri dengan kapasitas dua orang untuk setiap kamar berikut fasilitas tempat tidur dan meja belajar. Rumah pelatih yang didirikan pada lahan seluas 312 m2 juga menjadi satu kompleks di GOR Jati.
“Waktu itu prestasi Indonesia turun. Redup. Lalu Pak Victor punya pemikiran, permasalahan bulutangkis saat itu adalah ‘menaikkan’ lagi posisinya. Dan bentuk untuk mengangkat kembali bulutangkis jadi olahraga penting tak mungkin tanpa didukung fasilitas memadai, no way,” ujar F.X Supanji selaku Vice President Director Djarum Foundation.
Tak cuma urusan latihan yang jadi perhatian utama PB Djarum, aspek asupan nutrisi dan sarana untuk kehidupan pribadi atlet juga sangat diperhatikan betul. Ellen Angelina, mantan pebulutangkis yang kini menjabat sebagai Kepala Asrama PB Djarum Kudus memberi penjelasan.
"Setiap kamar dilengkapi dengan lemari, meja belajar dan penyejuk ruangan. Kemudian ditambahkan dengan fasilitas Wifi," ungkap Ellen yang juga merupakan tunggal putri Indonesia yang mampu menjuarai Indonesia Open pada 2001 silam.
Selain urusan fasiltas kamar, ada pula beberapa hal yang mesti dipenuhi agar asupan gizi menjadi ideal bagi seorang atlet. Komposisi daging sapi dan ayam menjadi salah satunya.
"Biasanya akan disiapkan 4 menu lauk, dengan komposisi seperti daging sapi, ayam, tahu, tempe dan ditambah sup. Itu mereka harus makan semuanya, plus suplemen vitamin," ungkap Ellen.
Manajer Tim PB Djarum Kudus, Fung Permadi menjelaskan, pihaknya menerapkan peraturan ketat bagi para penghuni asrama tersebut agar mereka disiplin. "Setiap tahun mereka hanya pulang dua kali saat Lebaran dan libur akhir tahun. Orangtua boleh berkunjung tapi tidak boleh menginap di asrama ini," jelas Fung.
"Untuk keluar asrama mereka hanya dua kali sepekan. Kami juga mewajibkan bagi mereka untuk tetap sekolah formal. Kami bekerja sama dengan beberapa sekolahan untuk menyediakan kelas khusus," tambah Fung.
Fung menyebutkan, untuk biaya sekolah formal menjadi tanggungan dari orangtua masing-masing. Fung menjelaskan, PB Djarum memberikan gratis peralatan bulutangkis (sepatu dan 4 raket).
Audisi Tak Cuma Jadi Momen Seleksi
Tak sebatas mencetak para juara, PB Djarum juga berkomitmen mencari bakat-bakat baru dalam upaya regenerasi para juara. Karena itu, Djarum menginisiasi lahirnya Perkumpulan Bulutangkis Djarum (PB Djarum) sebagai wadah pembibitan bakat-bakat terbaik dari seluruh pelosok negeri.
Para bakat-bakat baru ini, dipersiapkan agar meneruskan estafet kejayaan para legenda dalam mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis adalah agenda dari misi pembinaan, memupuk semangat untuk terus berprestasi.
Setiap tahunnya, seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa atlet yang naik dari lapisan ke 5 ke 4 dan seterusnya. Maka lapisan 5 yang kosong perlu diisi dengan atlet baru yang berkualitas, yang diambil dari Audisi Umum dan Audisi Khusus sepanjang tahun berjalan.
Diutamakan usia 12-13 tahun, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk “menarik” peserta audisi berprestasi yang berusia 10-12 tahun atau 13-15 tahun bila berkualitas istimewa.
Jejak bergulirnya program Audisi Umum PB Djarum rupanya tak lepas dari semangat bangkit dan membenahi regenerasi pebulutangkis nasional. Hal ini terungkap dalam pemaparan Presiden Direktur Djarum Foundation, Victor Rachmat Hartono.
“Tahun 2004, Indonesia jadi tuan rumah Piala Thomas-Uber, saya ikut menonton langsung di Istora Senayan, Jakarta. Saat itu tim Thomas-Uber Indonesia harus kalah dan tak mampu melaju ke final. Kekalahan itu menggugah saya untuk melakukan sesuatu. Memperbaiki bulutangkis nasional melalui PB Djarum. Saya mulai membicarakan sejarah tim Indonesia bisa berbeda era 1970-an hingga 1990-an,” ujar Victor Hartono.
“Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penelitian terkait kemunduran prestasi bulutangkis Indonesia. Berbagai upaya agar para pendukung kembali mendorong anak-anak mereka menjadi pemain bulutangkis. Saya menyadari dan mengerti tentang itu, termasuk atlet, perlu uang untuk membangun masa depan. Terkait, perlu dilakukan pembenahan sistem insentif untuk atlet dan perlu adanya sistem pengaman untuk atlet,” ujarnya menambahkan.
Sebuah bentuk perencanaan program langsung dibangun Victor yang mendorong PB Djarum menjangkau lebih luas bakat-bakat bulutangkis terbaik di sejumlah wilayah negeri ini. Skema “jemput bola” pun jadi pilihan tepat konsep besar dari bergulirnya Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis.
“Perlu dilakukan pembenahan sistem insentif untuk atlet dan perlu adanya sistem pengaman untuk atlet. Setelah saya terlibat aktif di PB Djarum, saya mendorong agar klub menggelar audisi umum dengan cara ‘roadshow’ ke beberapa kota. Langkah ini dilakukan sebagai salah satu percobaan PB Djarum untuk menjaring lebih banyak bibit atlet dengan jangkauan yang semakin luas,” jelas Victor.
Maka untuk bergabung di klub PB Djarum menjadi atlet, sebelumnya para calon atlet diwajibkan mengikuti tahapan seleksi. Seleksi awal untuk para calon atlet yang akan dibina meliputi faktor umur, tinggi badan, bakat, kemampuan intelektual, keseimbangan psikologisnya, kemampuan teknik dasar, serta sampai sejauh mana dukungan yang diperoleh dari orangtua.
Bila lolos seleksi awal, maka para calon atlet ini sudah bisa diputuskan untuk mengikuti kegiatan pelatihan di klub PB Djarum. Setelah itu, untuk setiap tahunnya akan dilakukan seleksi kelanjutan, seperti dalam hal kemampuan bertanding.
Apabila kemampuan bertanding dari atlet bersangkutan tidak pernah meningkat, maka dengan berat hati PB Djarum akan memulangkannya. Hal di atas dilakukan mengingat PB Djarum memberlakukan sistem promosi-degradasi dalam tahapan pelatihan para calon-calon atletnya.
Sistem demikian dianut oleh PB Djarum, karena untuk meningkatkan iklim kompetitif di kalangan atlet. Sehingga dengan kegagalannya, atlet bisa diberi kesempatan untuk memperbaiki diri ataupun mengembangkan kariernya di bidang lain.
Sedangkan mengenai pemulangan atlet, PB Djarum juga telah menetapkan klausulnya secara tertulis, sehingga setiap orang tua atlet di PB Djarum juga akan mengetahui hal tersebut dari awal. Selain itu, PB Djarum juga membuka diri untuk melatih para peminat dan pebulutangkis dari luar negeri.
“Mereka bayar, Sampai hari ini pun ada yang latihan, datang dari Luxemburg, Kanada, Australia dan lainnya. Yang pasti mereka datang ke Kudus kerena menganggap PB Djarum klub bagus, menghasilkan atlet-atlet berprestasi internasional,” ujar Yoppy Rosimin selaku Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation.
Lantas publik pun kerap memendam pertanyaan, berapakah total anggaran yang telah Djarum Foundation gelontorkan sepanjang bergulirnya program Djarum Beasiswa Bulutangkis?
“Jawabannya selalu begini saja, kalau saya ngomong sejujurnya jumlahnya sekian, nanti pasti ada dua pendapat. Kalau saya yang sebenarnya pasti nanti dibilang sombong mentang-mentang punya uang. Tapi kalau saya manipulatif, nanti saya dikiranya bohong ‘ah enggak mungkin segitu’ nah serba salah kan? Makanya saya jawab no comment,” ujar Yoppy Rosimin.
PB Djarum mengambil langkah bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Sehingga, kegiatan antara latihan bulutangkis dengan sekolah yang dijalani oleh para atlet bisa berjalan baik, dan tidak mengganggu satu sama lain.
Kerja sama yang dilakukan antara PB Djarum dengan Depdikbud adalah dengan pemberian dispensasi waktu di sekolah untuk para atlet. Atlet diberikan izin untuk memulai waktu belajarnya di sekolah tidak seperti siswa lain pada umumnya. Mereka juga diberi kemudahan memperoleh izin meninggalkan sekolah pada saat mereka harus mengikuti kejuaraan.
Selama ini sekolah-sekolah yang sudah diajak bekerja sama oleh PB Djarum guna mendukung kemampuan akademis para atletnya yang berasal dari segala jenjang pendidikan tersebut adalah SD Barongan II, SLTP Taman Dewasa, dan SLTA Keluarga.
Bintang-bintang Lahir
Menurut data Bakti Olahraga Djarum Foundation per tahun 2018, setidaknya ada lebih dari 5000 pebulutangkis yang telah dibina sejak tahun 1969 dengan pembiayaan penuh dari PB Djarum.
Selain mencetak para sosok juara, Bakti Olahraga Djarum Foundation juga terus mengambil peran untuk menyelenggarakan dan mendukung berbagai kejuaraan Nasional dan Internasional: Superliga, Sirkuit Nasional, Kejuaraan Nasional, BWF Superseries Premier, BWF World Junior Championships.
Berbagai program lain dan aktivitas yang bertujuan mengobarkan semangat bulu tangkis ke seluruh penjuru negeri juga selalu jadi agenda Bakti Olahraga Djarum Foundation seperti:
- Badminton AllStars, acara di mana para legenda mendemonstrasikan kehebatan dan ketangkasannya kepada atlet dan penggemar bulutangkis.
- Djarum Coaching Clinic, mengundang ratusan pelatih daerah dan atlet pemula dari berbagai Perkumpulan Bulutangkis di daerah-daerah untuk mendapatkan ilmu bulutangkis dari pelatih PB Djarum yang berkelas nasional dan dunia.
- Mabar (Main Bareng), kegiatan yang melibatkan pencinta bulutangkis dari berbagai kota untuk bermain bulutangkis bersama legenda dan atlet nasional hasil binaan PB Djarum.
“Sebenarnya kegiatan bidang kerja itu kuncinya memang manajemen. Pada orang-orang. Pada pengelolaan, saya pribadi tidak berbuat banyak. Percaya sepenuhnya kepada manajemen,” ujar Robert Budi Hartono.
“Yang pasti waktu itu kita sudah sama-sama melihat, menyepakati, bagaimana memproyeksikan kerja PB Djarum ke masa depan. Agar mampu mencapai prestasi bulutangkis yang dapat mempersatukan sekaligus membanggakan Indonesia. Menegakkan kebanggaan nasional dan meraih kehormatan internasional,” jelas Budi Hartono.
PB Djarum sejatinya memang salah satu klub bulutangkis terbaik di Indonesia. Sejumlah pebulutangkis hebat kelas dunia berhasil mereka ciptakan berkat sistem pembinaan yang terbilang sukses.
“Menurut saya masuk ke PB Djarum enggak ada rugi dan negatifnya. Semua tergantung diri sendirI. Kita yang harusnya bayar, jadi enggak bayar. Itu keuntungan materi, yang kedua di Djarum pelatihnya bagus, sarana bagus, itu keuntungan juga,” ujar Tontowi Ahmad.
“Kami 3 bersaudara (Kartono, Hastomo dan Hariyanto) yang sangat berutang budi dengan PB Djarum berkat didikannya bendera Merah Putih bisa kami kibarkan di mancanegara. Sudah 50 tahun tak henti-hentinya PB Djarum membina juara-juara baru. Tetap semangat PB Djarum, demi Indonesia Juara!,” tegas legenda PB Djarum, Hariyanto Arbi.
Tercatat sudah hampir lima dekade nama-nama penggawa jebolan PB Djarum mewarnai panggung persaingan bulutangkis dunia dan mengharumkan nama bangsa dengan sejumlah pencapaian membanggakan .
Pada era 1970-1980an antara lain; Liem Swie King, Kartono, Christian Hadinata, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Heryanto, Hadibowo, Ivana Lie, Kho Mei Hwa dan Ho Djay Ging. Sedangkan di era 1990-an yaitu; Alan Budi Kusuma, Antonius Budi Ariantho, Ardy B. Wiranata, Denny Kantono, Eddy Hartono, Ellen Angelina, Hariyanto Arbi, Minarti Timur, Rudy Gunawan, Yuliani Sentosa, Yuni Kartika dan Zelin Resiana.
Sementara itu, di era milenial atau tahun 2000-an regenerasi pemain PB Djarum semakin banyak dan hampir mampu menguasai 50 persen kuota pemain di Pelatnas PBSI Cipayung. Deretan nama besar pun berhasil direkrut dalam beberapa tahun belakangan ini seperti Liliyana Natsir dan Vita Marissa.
Sebut saja nama-nama seperti; Annisa Saufika, Berry Angriawan, Debby Susanto, Dionysius Hayom Rumbaka, Edi Subaktiar, Fran Kurniawan, Gloria Emanuelle Widjaya, Ihsan Maulana Mustofa, Kevin Sanjaya, Luluk Hadiyanto, M. Bayu Pangisthu, Maria Febe Kusumastuti, Maria Kristin, Melati Daeva Oktavianti, Mohammad Ahsan, Muhammad Rijal, Praveen Jordan, Riyanto Subagja, Rosyita Eka Putri Sari, Shendy Puspa Irawati, Sigit Budiarto, Tontowi Ahmad.
Total, ada 11 atlet PB Djarum yang telah berhasil mempersembahkan medali di ajang paling prestisius yakni Olimpiade untuk Indonesia, mereka adalah Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, Eddy Hartono, Rudy Gunawan, Antonius Budi Ariantho, Denny Kantono, Minarti Timur, Eng Hian, Maria Kristin, Tontowi Ahmad, dan Liliyana Natsir.