Mengolah Tubuh Perangi Sedentari
- ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
VIVA – Lima tahun lalu, Arninta menjalani gaya hidup seperti yang dijalani kebanyakan orang. Mengemil gorengan, makan tanpa memikirkan asupan yang masuk ke tubuh, berjam-jam duduk di kursi kerja, dan mencari hal yang serba mudah dan minim gerak. Tapi kebiasaan itu mulai berubah setelah Nutrifood, tempatnya bekerja, mengenalkan gaya hidup sehat untuk karyawan.
Sebagai sebuah perusahaan yang menawarkan dan menjual produk kesehatan, Nutrifood merumuskan tiga pilar hidup bugar, yaitu pola makan sehat, olahraga teratur, dan mengelola stres. Tiga hal itu disadari makin jarang dilakukan. Padahal ketiganya penting untuk menuju hidup sehat dan tubuh yang fit.
Apalagi, gaya hidup saat ini semakin menjurus ke gaya hidup instan yang minim aktifitas fisik atau mulai terkenal dengan istilah sedentari. Padahal jika dibiarkan, gaya hidup sedentari sangat membahayakan dan berpotensi menyebabkan penyakit katastropik, yaitu penyakit yang menimbulkan biaya tinggi, komplikasi, dan membahayakan jiwa.
Menurut data yang dikeluarkan Germas atau Gerakan Masyarakat Sehat yang diinisiasi oleh pemerintah, dalam 30 tahun terakhir terjadi perubahan pola penyakit terkait dengan gaya hidup manusia. Merujuk data tersebut, jika pada tahun 1990-an penyebab tertinggi kematian adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas, TBC, dan diare. Maka sejak 2010, penyebab terbesar kematian justru penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi, stroke, jantung, kanker, dan diabetes. Dan penyakit tak menular tersebut merebak karena berkurangnya aktifitas fisik, kurang konsumsi sayur dan buah, merokok, minum alkohol, dan buang air besar sembarangan.
Dr. Gea Pandhita M.Kes, dokter spesialis saraf yang berpraktik di RS Islam Jakarta mengatakan, gaya hidup sedentari akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), hipertensi, dan gangguan metabolik. "Selanjutnya, gangguan itu berpotensi meningkatkan risiko terjadinya penyakit stroke," ujar Gea kepada VIVA, Jumat, 27 April 2018.
Promosi Hidup Sehat Penjual Produk Kesehatan
Meluasnya gaya hidup sedentari dan menurunnya aktifitas fisik membuat Nutrifood terpikir untuk meningkatkan gaya hidup sehat. Sebagai perusahaan yang mempromosikan dan menjual produk kesehatan, Nutrifood merasa penting menjadi role model bagi perusahaan lain sebagai perusahaan yang telah menjalankan gaya hidup sehat.
"Kami menyadari, bahwa kalau ingin menawarkan produk sehat, maka harus dimulai dari diri sendiri dulu, dalam konteks ini ya perusahaan. Jadi perusahaan memutuskan mengajak karyawan mengubah gaya hidup. Banyak sekali yang dilakukan," ujar perempuan bernama lengkap Arninta Puspitasari, PR Manager Nutrifood kepada VIVA melalui sambungan telepon, Jumat, 27 April 2018.
Arninta menuturkan, Nutrifood lalu merumuskan 'Employee Health Management' untuk membenahi hidup sehat di kantor. Ada lima hal besar yang dilakukan perusahaannya untuk menuju gaya hidup sehat. Pertama adalah managemen makan sehat. Setiap hari di hari kerja, perusahaan menyediakan makan siang untuk karyawan dengan menu yang meniadakan gorengan, rendah lemak, rendah gula, dan rendah garam. Perusahaan juga mengganti snack meeting dengan buah-buahan atau produk kesehatan yang diproduksi oleh Nutrifood.
"Awalnya memang banyak yang kaget. Karena kita kan sudah terbiasa dengan makanan berlemak dan gorengan. Namun perlahan kita bisa menyesuaikan," ujarnya.
Aktifitas fisik di kantor juga diperhatikan. Setiap hari perusahaan ini mengadakan olahraga bersama untuk karyawan. Jenis aktifitasnya berganti-ganti, bisa yoga, zumba, body combat, dan lain lain. Fasilitas kesehatan untuk karyawan juga diubah. Jika dulu bersifat kuratif dan diberikan untuk biaya pengobatan, maka perusahaan selangkah lebih maju dengan melakukan preventif. Salah satu caranya adalah memfasilitasi karyawan yang rumahnya jauh dari kantor untuk menjadi member gym dan mendukung karyawan yang bergabung dengan sport club.
Mengusung tema "Health can be fun," aneka kegiatan ringan namun menyehatkan terus dilakukan. "Simpel saja. Misalnya, setiap dua jam akan ada musik Korea yang diputar dan itu jadi penanda, sudah waktunya bergerak dari kursi dan melakukan peregangan. Lalu kita bikin tema-tema unik tapi asik, seperti 'hari naik tangga,' lalu ada tantangan-tantangan berhadiah untuk menurunkan kolesterol, lemak tubuh, juga menyediakan buah-buahan gratis di tangga, sehingga karyawan makin tertarik naik turun tangga," ujarnya menambahkan.
Sejak program tersebut dijalankan perusahaan mulai merasakan manfaatnya. Indikasinya sederhana, jumlah karyawan yang izin dengan alasan sakit menurun, begitu pula klaim kesehatan untuk pengobatan. Memang tak semua karyawan juga langsung berubah, namun setidaknya saat di kantor karyawan menjalani aktifitas dan mengonsumsi makanan yang lebih sehat.
Terinspirasi untuk menularkan gaya hidup sehat, Nutrifood lalu mengenalkan program Generator alias Gerakan Hidup Sehat di Kantor. Melalui program ini perusahaan melakukan kunjungan ke kantor-kantor dan memberikan edukasi mengenai gaya hidup sehat. Mereka memberitahu makanan yang sehat, jumlah kalori dari makanan yang dikonsumsi, jenis-jenis makanan, termasuk pengenalan mengenai bagaimana terjadinya peningkatan kolesterol, gula darah, lemak tubuh, dan penyakit katastropik.
Hingga saat ini, sudah ratusan kantor yang mereka kunjungi, termasuk kantor pemerintahan, salah satunya adalah kantor Kementerian Kesehatan. "Menyenangkan, karena setelah mereka mendapat masukan dari kami, perlahan-lahan kantor mengubah cemilan saat rapat. Kini makanan rebusan lebih banyak tersaji di ruang-ruang meeting Kemenkes," tuturnya.
Arninta menambahkan, dari ratusan kantor yang mereka datangi, 80 persennya adalah kantor-kantor di Jakarta. Sisanya di luar kota.
Tekad Bugar Negara Tetangga
World Health Organization (WHO) mencatat, sekitar 3.2 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh aktifitas fisik yang tidak mencukupi. Pada tahun 2008, prevalensi aktivitas fisik yang tidak mencukupi paling tinggi terjadi di wilayah Amerika dan Mediterania Timur. Di kedua wilayah ini, hampir 50 persen wanita tidak cukup aktif. Sedangkan prevalensi untuk pria adalah 40 persen di Amerika dan 36 persen di Mediterania Timur.
Wilayah Asia Tenggara menunjukkan presentase terendah yaitu 15 persen untuk pria dan 19 persen untuk wanita. Di semua wilayah WHO, tercatat bahwa pria lebih aktif daripada wanita.
Dikutip dari laman WHO, lembaga tersebut memaparkan, aktivitas fisik yang tidak mencukupi adalah salah satu faktor risiko utama untuk kematian di seluruh dunia, aktivitas fisik yang tidak mencukupi juga merupakan faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular seperti kardiovaskular, kanker dan diabetes.
Berbagai negara di dunia telah berupaya membuat negara mereka lebih sehat dengan membuat program-program yang mengarah pada gaya hidup sehat dan penuh gerak. Iran merupakan salah satu negara yang menjadi panutan dalam Healthy Cities Programme atau Program Kota Sehat. Lokakarya nasional pertama di Teheran mulanya diluncurkan pada Desember 1991 untuk memperkenalkan konsep Kota Sehat.
Proyek Kota Sehat Teheran kemudian diluncurkan secara resmi pada Maret 1992. Sebagai negara anggota WHO di wilayah Mediterania Timur, proyek ini telah memprakarsai sejumlah inovasi tema dan kegiatan yang berdampak besar pada sektor kesehatan dan sosial.
Pada tahun 1996, Dewan Koordinasi Nasional untuk Kota dan Desa Sehat dibentuk, dengan perwakilan dari kementerian utama. Proyek Kota Sehat Nasional sudah memiliki hasil yang mengesankan dan telah mengarah pada penciptaan sekitar 60 ribu relawan kesehatan wanita, 5000 komunitas dan peluang kerja untuk orang muda yang menganggur. Proyek Kota Sehat di iran juga telah berhasil membuat pergerakan dan menjadi model untuk diikuti oleh negara-negara lain di kawasan ini.
Negara lain yang sudah menjalankan upaya untuk meningkatkan kualitas kesahatan warganya adalah Kanada, Amerika Serikat, Thailand, dan Pasifik Barat.
Sejak gerakan Kota Sehat dimulai di Kanada pada tahun 1984, dua jaringan provinsi yang kuat dari Kota Sehat telah dikembangkan di Ontario dan Quebec, mewakili sekitar 200 komunitas. Jaringan provinsi juga dibentuk di New Brunswick dan Saskatchewan. Area yang saat ini sedang dikembangkan termasuk program pemuda, keamanan masyarakat, pengembangan ekonomi lokal, rekreasi dan perencanaan kota.
Di Amerika Serikat, ada lebih dari 200 Kota Sehat yang telah dibentuk di AS dan komunitas di tingkat negara bagian dan kota di AS. Beberapa tema umum telah dimunculkan seperti konservasi sumberdaya dan kesehatan lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga, layanan remaja dan pelatihan keterampilan kerja dan hidup.
DI Asia, Thailand termasuk negara yang progresif dengan meluncurkan program Kota Sehat pada tahun 1996. Peluncuran dilakukan tepat pada Hari Kesehatan Dunia. Pada tahun itu, WHO dan pemerintah Thailand bersama-sama melakukan proyek demonstrasi Kota Sehat di lima kota. Konsep Kota Sehat di Thailand hingga kini masih terus berjalan, meski sudah banyak perubahan dalam pengambil keputusan, baik di tingkat pusat maupun otoritas lokal.
Gerakan Kota Sehat ini telah membentuk sebuah Komite Pengarah Nasional dengan subkomite di tingkat nasional dan lokal, dengan kebijakan dari advokasi dan kerja sama antarorganisasi, sektor swasta dan masyarakat sipil. Selain jalur administrasi pemerintah yang normal, Liga Kota Nasional Thailand juga berpartisipasi aktif dalam menstimulasi kotamadya untuk menerapkan pendekatan Kota Sehat.
Negara-negara di wilayah Pasifik Barat juga telah lama mengampanyekan hidup sehat. Sejak akhir 1980-an ketika Australia, Jepang dan Selandia Baru memulai proyek Kota Sehat, beberapa negara di wilayah Pasifik Barat juga bergabung dengan gerakan Kota Sehat. Negara-negara ini termasuk Kamboja, China, Laos, Malaysia, Mongolia, Filipina, Korea Selatan dan Vietnam. Negara-negara seperti Fiji dan Papua Nugini juga sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan proyek ini.
Germas, Demi Kesehatan Penghuni Negeri
Pada 15 November 2016 pemerintah meluncurkan Gerakan Masyarakat Sehat alias Germas. Gerakan ini diluncurkan secara serentak di 10 lokasi pada 15 November 2016. Germas sudah diinisiasi sejak 2013, dan dipertajam di tahun 2014. Untuk merealisasikan pelaksanaanya, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Melalui Inpres tersebut presiden menginstruksikan pada seluruh Menteri Kabinet Kerja, Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, dan para Gubernur dan Bupati/Walikota untuk melaksanakan Germas.
Dari slide kampanye di berbagai media, pemerintah mendefiniskan Germas sebagai suatu tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut laman Kemenkes, Germas adalah proses di hulu, sedangkan proses di hilirnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional. Proses di hulu adalah preventif, agar JKN di hilir tidak overload. Gerakan ini memiliki tujuan agar masyarakat berperilaku sehat.
Melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2017, Presiden secara rinci memberi tugas pada masing-masing kementerian. Kalimat pembuka pada Inpres tersebut juga jelas, untuk mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit.
Melalui Germas, pemerintah mengajak agar warga secara rutin melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan dan menggunakan jamban.
Ketua Divisi Metabolik Endokrinologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, dr. Em Yunir, SpPD-KEMD mengatakan, saat ini perlu dilakukan healhty lifestyle untuk menghindari penyakit metabolik yang semakin tinggi. "Olahraga teratur, makan sehat. Memperbanyak aktivitas fisik, 30 menit sehari, seminggu 150 menit. Jalan kaki 10. ribu langkah sehari, kurangi gula, garam, fast food, dan softdrink," ujarnya kepada VIVA
Perbaikan kualitas hidup dan kampanye hidup sehat sepertinya sudah tak bisa menunggu lagi. Semakin meningkatnya angka kematian akibat penyakit katastropik yang tak menular sudah terpampang jelas. Germas yang diinisiasi pemerintah RI sudah satu langkah yang perlu diapresiasi. Langkah lainnya adalah bagaimana membuat gerakan itu "berbunyi," dan semangatnya bisa terasa ke seluruh negeri.
Sebab, hidup sehat jauh lebih baik dari pada mengandalkan jaminan kesehatan. Karena dana negara juga perlu dijaga agar tak habis sia sia untuk berobat warganya. (mus)