Perempuan Bisa Kuasai Teknologi
- mbakpandu.com
VIVA – Sosok perempuan berdiri di atas panggung. Mengenakan kebaya biru. Dia menceritakan perjalanannya nyemplung di bidang teknologi informasi, yang lekat dengan dunia kaum adam.
Pada awal-awal masuk dunia kerja, perempuan itu mengisahkan mengalami pergolakan batin saat bekerja sebagai bagian pemasaran untuk produk sampo terkenal.
Saat memasarkan produk sampo terkenal itu, perempuan itu tebersit untuk mendalami bidang pemrograman komputer. Ketika itu, dia berpikir terjun pada bidang sesuai keinginannya, yakni teknologi informasi.
Tapi perempuan itu, Pandu Sastrowardoyo, tak mantap betul kala itu. Batinnya berkata, tembok alam bawah sadar mengadang keinginannya itu.
Bukannya lebih baik perempuan bekerja di bidang pemasaran seperti dirinya kala itu, menjual produk menjadi pemasar, bukan terjun ke dunianya kaum pria.
Pandu betul menyadari, itulah kendala yang dihadapi kaum hawa, saat berpikir untuk terjun ke dunia teknologi informasi. Ada stereotip dan problem kepercayaan diri, saat seorang kaum hawa akan terjun ke dunia teknologi informasi, yang disebut dunianya laki-laki.
Kesenjangan ini bisa dilihat dari jumlah lulusan jurusan teknologi informasi. Pandu menuturkan, jumlah lulusan jurusan itu setengahnya adalah perempuan, namun yang terjun di dunia tersebut mayoritas adalah laki-laki.
Saat ini, Pandu menjadi Co-Founder and Chairwoman of the Board of Directors Blockchain Zoo, sebuah perusahaan teknologi yang ingin mengedukasi teknologi blockchain di Indonesia.
Perusahaan ini bergerak sebagai konsultan IT di bidang teknologi blockchain, teknologi yang sedang naik daun sekarang akibat kepopuleran uang virtual seperti Bitcoin. Mereka membantu orang-orang yang ingin mengenal lebih jauh tentang teknologi ini.
Sejak tujuh tahun lalu, ia memulai bekerja secara profesional di bidang teknologi, Pandu mengaku sebelumnya bekerja selama 12 tahun sebagai amatir atau part time. Baginya bekerja pada sektor ini, dapat membuatnya membantu orang lain.
"Menurut saya, teknologi bisa membantu manusia di semua aspek kehidupan, dan menolong banyak orang yang membutuhkan. Selain itu, kita bisa menciptakan apa saja dengan solusi IT," tutur Pandu.
Pandu Sastrowardoyo (tengah) saat diwawancara di Jakarta. (Facebook.com/Pandu Wisaksono)
Tentang stereotip pekerjaannya dan jenis pekerjaan lain di bidang teknologi merupakan pekerjaan yang maskulin, Pandu tidak setuju. Ia menyatakan dari segi jumlah, wanita yang bekerja di perusahaan teknologi semakin banyak dari waktu ke waktu. Berbeda dengan beberapa tahun lalu.
Menurutnya, potensi di bidang sains dan teknologi baik wanita dan pria tidak ada perbedaan. Wanita dan pria, menurut Pandu, punya kemampuan yang sama dalam bidang sains dan teknologi.
Malah dia berpandangan, saat ini teknologi bergerak ke lebih sosial dengan tren media sosial. Nah, dalam bidang media sosial ini, kaum hawa sejatinya memimpin dan menciptakan tren revolusi. Suatu waktu dia pernah membeberkan nyaris semua teknologi berorientasi pada perempuan.
Dia mengutarakan, perempuan lebih menggunakan perangkat mobile dibanding pria, perempuan menggunakan Facebook dan Twitter lebih banyak dibanding pria.
Sekitar 70 persen postingan di Facebook dibuat perempuan. Lebih tegas lagi, kaum hawa menghasilkan lebih banyak data dibanding kaum adam.
Dari sini, Pandu mengatakan, perempuan melakukan hal yang revolusioner, kaum hawa telah menciptakan tren media sosial. Dunia teknologi memang menciptakan tren, tapi kata dia, tren tersebut muncul karena kontribusi perempuan.
"Wanita merupakan pembentuk masyarakat. Berarti lebih banyak lagi pekerjaan IT yang lebih cocok dikuasai wanita karena berhubungan dengan community engagement," ujarnya.
Dalam hal penguasaan teknologi, Pandu berpandangan, justru adopsi yang dilakukan kaum hawa ini justru lebih tinggi. Bisa dilihat teknologi yang bersentuhan dengan media sosial, e-commerce, dan pengembangan komunitas.
“Di pekerjaan saya sebelumnya, malah banyak sekali wanita yang bekerja di rumah, sebagai IT engineer dan developer serta project manager. Lihat saja individu yang membuka online shop. Lebih banyak wanita," kata perempuan yang sebelumnya bekerja di IBM itu.
Soal diskriminasi saat menjalani pekerjaannya, ia mengaku bahwa saat tahun-tahun pertama bekerja di bidang teknologi informasi, dia masih merasakannya. Pandu menjelaskan, perekrutan menjadi saat kaum hawa dibeda-bedakan dengan pria.
Namun sekarang, setelah ia membuktikan kemampuannya, dirinya tak pernah lagi merasakan diskriminasi itu.
Setelah bertahun-tahun bekerja pada bidang teknologi ini, sebagai wanita membawa keuntungan tersendiri. Kemampuan melihat sesuatu lebih terperinci yang dimilikinya menjadi salah satu alasan mengapa wanita sangat cocok bekerja di dunia yang maskulin ini.
"Ada cara yang berbeda untuk wanita menguasai dunia IT dan kebetulan cara tersebut justru memiliki value yang lebih strategis. Kemampuan wanita untuk lebih melihat sesuatu dengan detail, menjaga kerja sama, dan melihat big picture, semuanya membuat wanita cocok berada dalam IT, khususnya di level enterprise," lanjutnya.
Perempuan itu mampu
Kesetaraan gender menjadi teman utama sebagian besar wanita di belahan dunia mana pun. Beberapa gerakan menginisiasi untuk terus mendorong mereka bisa berkarier dan berkehidupan sama dengan para pria. Mereka juga mulai berpegangan tangan untuk membantu satu sama lain dalam memerangi ketidakadilan dan diskriminasi gender yang kerap terjadi.
Indonesia memiliki Kartini, sosok pahlawan perempuan yang menginginkan adanya kesamaan derajat antara pria dan wanita. Zaman dulu memang masih menyoal pendidikan yang setara. Tapi, sekarang sudah berkembang menjadi bisa bekerja dan memiliki kehidupan yang setara dengan para pria.
Menurut Pandu, memang sudah banyak daerah yang mulai menyetarakan gender dari semua berhak mendapatkan pendidikan yang sama dan juga pekerjaan serta penghasilan yang sama, contohnya bisa dilihat pada kota besar seperti Jakarta. Namun, beberapa daerah, khususnya di pedalaman dan Aceh, belum bisa merasakan hal tersebut.
Pandu Sastrowardoyo saat menghadiri acara di Bali. (Facebook.com/Pandu Wisaksono)
Pandu percaya bahwa wanita memiliki modal kemampuan untuk bisa berkiprah di area publik. Salah satu kemampuan yang dimiliki wanita adalah cara mereka berkomunikasi dengan orang lain yaitu saat berbicara, berinteraksi juga saat kerja sama. Selain itu, wanita mempunyai kemampuan sosial.
"Secara kemampuan sosial, berbicara, interaksi, dan kerja sama, perempuan Indonesia mampu untuk memimpin komunitas secara virtual maupun dalam dunia nyata. Kemampuan ini yang harus dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mengembangkan produk sekarang ini, baik produk IT atau bukan," tuturnya.
Menyambut Hari Perempuan Internasional yang akan jatuh pada 8 Maret 2018, salah satu harapan Pandu agar banyak pekerjaan tidak terpaku di kantor saja. Namun, perusahaan bisa memberikan lokasi bekerja di mana saja termasuk di rumah.
"Lebih banyak lagi wanita yang masuk IT. Juga, lebih banyak lagi perusahaan yang memberikan flexible working location, bekerja dari rumah dengan bantuan IT. Sehingga lebih banyak lagi wanita yang bisa produktif secara profesional, termasuk mereka yang memilih untuk stay at home agar dekat dengan anak," kata Pandu. (art)