Menara Pandang Sangiran, Sisi Lain Negeri Fosil
- VIVA/Dwi Royanto
VIVA – Berwisata ke Museum Purbakala Sangiran di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menjadi pilihan menarik untuk liburan keluarga. Salah satu lokasi yang wajib dukunjungi adalah menara pandang Sangiran.
Menara panoramik itu berada di Dusun Pagerejo, Desa Krikilan, Kalijambu. Letaknya satu kilometer dari klaster museum utama Sangiran. Wisatawan bisa melihat keindahan kawasan Sangiran dari puncak ketinggian.
Sadiman, Ketua Kelompok Sadar Wisata Wonderful Sangiran, menjelaskan bahwa menara pandang Sangiran telah ada sejak tahun 1994. Menara itu dibangun untuk melihat kawasan Sangiran yang dikenal dunia sebagai peninggalan purbakala terbesar di Indonesia.
"Menara ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada para pengunjung, utamanya wisatawan dan para peneliti yang hendak melakukan berbagai riset di kawasan Sangiran," kata Sadiman kepada VIVA pada Sabtu, 18 November 2017.
Melalui puncak menara inilah wisatawan maupun peneliti bisa melihat keadaan alam di sekitar Sangiran secara menyeluruh. Lokasi paling menarik ialah kubah museum utama Sangiran dengan pohon-pohon serta persawahan. Pemandangan itu bisa dilihat dengan menggunakan sejumlah teropong yang disediakan di puncak menara.
"Dulu Sangiran merupakan lautan, rawa, hutan terbuka serta daratan kering yang usianya diperkirakan berjuta-juta tahun silam," ujarnya.
Para peneliti menyebut kawasan laut di Sangiran dengan vulkano kalibeng, yakni fosil tertua yang diperkirakan ada sekira 2,4 juta tahun lampau. Sementara kawasan rawa atau pucangan 1,8 juta tahun, hutan terbuka atau kaboh sekira 900 ribu tahun, dan daratan kering atau teras sekira 750 ribu tahun.
"Kawasan itu kini telah jadi lahan pertanian. Karena itu Sangiran terbukti sebagai daerah dengan penemuan fosil purbakala terbesar dan terlengkap di Indonesia yang telah diakui dunia," katanya.
Tangga Berliku
Menara Pandang Sangiran memang terlihat tak seperti lazimnya sebuah menara. Karena bangunanya yang berbentuk rumah modern yang dilengkapi tangga dan semacam aula kecil di bagian puncaknya. Tapi untuk mencapai puncak, pengunjung harus dulu melewati beberapa anak tangga yang berliku.
Sedangkan di bagian bawah menara terdapat mini studio serta perpustakaan dengan koleksi lebih 500 buku tentang situs cagar budaya Nusantara serta manusia purba yang ditemukan di Sangiran. Pengunjung pasti betah berlama-lama di kawasan ini dengan alam yang sejuk.
"Menara pandang ini buka setiap hari dan paling ramai saat Sabtu dan Minggu. Kita gratiskan untuk pengunjung dan hanya sediakan kotak seikhlasnya untuk guide (pemandu) dan kebersihan," katanya. (ren)