Makna Cicak dan Empat Payudara di Rumah Adat Batak
- Viva.co.id/Anisa Widiarini
VIVA – Berkunjung ke pulau Samosir, tak lengkap rasanya jika tidakl mampir ke Huta Siallagan di desa Ambarita Kabupaten Tobasa.
Huta Siallagan adalah kampung halaman Raja Sidabutar yang konon adalah penguasa pulau Samosir dan orang pertama yang menginjakkan kaki di pulau indah nan eksotik itu.
Huta adalah kampung tradisional suku Batak yang dikelilingi oleh benteng dan pohon bambu di atas benteng untuk menghalangi musuh masuk ke dalam kampung.
Huta hanya memiliki satu pintu gerbang, sedangkan Huta Siallagan artinya Kampung Siallagan, yang warganya merupakan marga Siallagan. Di dalam huta ini masih terdapat beberapa rumah tradisional yang disebut Bolon dan lumbung yang disebut Sopo. Letak bolon dan sopo saling bersisian dan dipisahkan oleh halaman luas untuk tempat berkegiatan warganya.
Rumah khas Batak ini terdiri dari 3 lantai. Rumah dari kayu tersebut bercat merah dengan corak hitam, dan atapnya berbentuk tanduk mirip rumah gadang Sumatera Selatan.
Lantai dasar tempat penyimpanan hewan ternak. Selain itu, di lantai dua ada ruangan tidur yang dibuat tanpa pembatas, hanya disekat dengan ulos jika ada aktivitas pemisah. Selain ulos di rumah adat tersebut juga hanya ada alas tidur yang terbuat dari jerami.
Sedangkan di lantai 3 rumah tersebut, adalah tempat penyimpanan bahan pangan. Rumah ini juga dibangun tanpa menggunakan paku, selain itu uniknya, untuk membedakan status sosial seseorang, ada perbedaan penggunaan anak tangga. Jumlah Anak tangga ganjil adalah raja, sedangkan anak tangga genap berstatus orang biasa.
Salah satu rumah Bolon di kampung ini adalah milik Raja Sidabutar. Kini rumah sang Raja sudah digunakan sebagai museum.
Uniknya, pada rumah tradisional suku Batak ini, terdapat ornamen berupa cicak dan empat payudara yang mempunyai makna filosofis mendalam.
Nani Andriani, pemandu wisata dari Dinas Pariwisata Sumatera Utara mengungkapkan bahwa cicak memiliki arti mendalam bagi masyarakat Batak.
"Cicak itu melambangkan persahabatan karena di mana saja cicak bisa hidup. Orang batak terkenal gigih dalam bekerja kerja dan bisa bertahan hidup di mana saja," ujarnya kepada VIVA.co.id saat berkunjung ke Samosir.
Lebih lanjut, nani menjelaskan untuk ornamen 4 payudara juga memiliki filosofi yang juga tidak sembarangan. Bagi masyarakat Batak, payudara melambangkan wanita dan kesuburan, yaitu ibu. Artinya, masyarakat batak yang merantau, di manapun berada harus kembali kepada tanah kelahirannya.
"Harus pulang pada ibunya. Meskipun dalam keadaan mati, tetap saja tulang belulangnya harus dibawa pulang ke tanah kelahirannya. Sampai sekarang aturan itu masih berlaku bagi masyarakat asli Samosir," ujarnya. (hd)