Warna-warni Kampoeng Djadoel, Wisata Baru yang Instagenik
- VIVA.co.id/ Dwi Royanto
VIVA – Mencari lokasi kampung yang instagenik di Kota Semarang memang sangat beragam. Selain Kampung Pelangi, kini hadir sebuah kampung kecil nan unik serta banyak diburu kawula muda. Namanya Kampoeng Djadoel.
Kampoeng Djadol berada di Kampung Batik Tengah RT 04/02 Kota Semarang. Lokasinya memang berada paling dekat dengan Kampung Batik. Namun, Kampoeng Djadoel ini hanya dihuni oleh sembilan kepala keluarga.
Uniknya Kampoeng Djadoel terlihat dari warna-warni lukisan seluruh dinding bangunan rumah. Gang-gang yang tak terlalu lebar itu dipoles dengan cat bergambar tema-tema khusus.
Lebih banyak gambaran Kampoeng Djadoel bercerita ihwal Kota Semarang. Selain indah dan modern, juga sangat unik.
Ketua Paguyuban Kampoeng Djadoel, Agus Irianto (55) mengatakan, Kampoeng Djadul baru diresmikan pada 29 April 2017 lalu. Pengecatan lukisan kampung unik ini dimulai di sejumlah area bangunan warga sejak 17 Desember 2016.
"Sampai saat ini bahkan belum berhenti pengerjaannya. Biasanya warga secara swadaya kerja bakti melukis sampai malam hari," kata Agus kepada VIVA co.id, Kamis, 19 Oktober 2017.
Pada awal pengerjaannya, seluruh biaya untuk menyulap Kampoeng Djadoel adalah swadaya warga. Mulai pembelian cat, serta jasa mengecat seluruh area kampung. Seiring berjalannya waktu, banyak instansi dan perusahaan tertarik untuk menyalurkan bantuan dengan melihat potensi besar Kampoeng Djadoel sebagai sebuah destinasi wisata baru.
Sejarah Semarang
Luwiyanto, desainer lukisan Kampoeng Djadoel menambahkan, tema lukisan sengaja dibuat cerita sejarah Kota Semarang dengan simbol pewayangan. Lukisan tersebut berformat Wayang Beber berjudul Adeging Kutho Semarang, dan ceritanya dimulai dari gang tembok sisi kanan sebelah utara sepanjang 44 meter.
"Ceritanya dimulai sejak abad ke-8 sejak Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang sampai saat ini, " kata Luwi.
Cerita setelah Laksamana Cheng Ho menyebarkan Islam di Semarang dilanjutkan dengan cerita Ki Ageng Pandanaran di abad ke-15. Tokoh, yang memberi nama Semarang itu merupakan utusan Sunan Bonang, wali yang menyebarkan agama Islam di Semarang di daerah Bergota.
Luwi menceritakan detail asal muasal nama Semarang, yang berasal dari 'Asem Arang' dalam lukisan wayang. Penamaan itu terinspirasi dari pohon Asem yang jarang-jarang (arang; istilah Jawa).
Lukisan juga bercerita tentang syiar Islam Sunan Kalijaga di Semarang. Lalu detail penjajahan Belanda dan Jepang di ibu kota Jawa Tengah. Tradisi Dugderan, hewan mitologi Warak Ngendhog, pembangunan Lawang Sewu, dan Pertempuran Lima Hari di Semarang.
"Ada cerita kampung batik dibakar Jepang. Makanya kemarin ada peringatan pertempuran lima hari Semarang di sini," ucap dia.
Warna-warni lukisan serta kentalnya cerita sejarah membuat Kampung Djadoel banyak dikunjungi wisatawan, serta kampus-kampus yang melakukan studi banding. Suasana malam di Kampoeng Djadoel bahkan sangat indah dengan dipasangnya lampu hias di sudut-sudut lukisan.
Selain dapat berswafoto, Kampoeng Djadoel juga menjadi wisata edukasi. Karena ada pelatihan membatik, mainan tempo dulu, seperti egrang dan dakon, perpustakaan warga, galeri lukisan, produksi kaos khas, serta beragam kuliner tradisional khas Semarang.
Wisatawan yang datang juga tak dibebani tiket masuk. Hanya sebuah kotak sukarela untuk biaya kebersihan dan pemeliharaan. "Ramainya biasanya Sabtu-Minggu. Warga juga diwajibkan untuk bisa bercerita tentang cerita pewayangan sejarah Semarang."