Kande-kandea, Ritual Cari Jodoh Ala Masyarakat Buton
- Viva.co.id/Kamarudin Egi
VIVA – Makanan sudah tersaji di atas karpet lesehan. Ada kue-kue camilan tradisional, hingga makanan utama dengan menu sambal dan nasi hangat. Para gadis juga sudah duduk rapi mengelilingi makanan yang disajikan. Mereka terlihat cantik dengan riasan lengkap, rambut tersanggul rapi dan mengenakan pakaian adat dengan warna-warni cerah.
Hari itu, muda mudi berkumpul untuk kegiatan makan bersama. Tetapi, meskipun makanan telah tersaji melimpah, namun sesungguhnya bukan itu acara utamanya. Melainkan ajang mencari jodoh.
Dalam beberapa budaya, kegiatan makan bersama memang biasa dilakukan untuk ajang saling mengenal dan mendekatkan diri satu sama lain. Selain membuat cair suasana, kegiatan makan dan berkumpul juga mempererat hubungan sosial bahkan ajang mencari jodoh.
Gadis-gadis belia, yang sambil malu-malu menanti jodoh tadi berasal dari Di salah satu daerah di Sulawesi Tenggara tepatnya masyarakat suku Buton, atau Wolio di Kepulauan Buton. Di daerah ini, kegiatan makan bersama dijadikan ajang mencari jodoh bagi muda mudi yang masih lajang.
Ritual adat istiadat bernama Kande-kandea yang berarti makan-makan. Adat ini dalam kepercayaan masyarakat setempat, juga merupakan ritual untuk mencari jodoh bagi kaum lelaki dan perempuan.
Tahun ini Kande-kande digelar di Kota Baubau, pada puncak perayaan HUT Kota Baubau Ke-16 di Keraton Buton, tempat yang sejarahnya adalah lokasi tinggal para raja-raja dan masyarakat kerajaan Buton.
Hampir setiap tahun, pemerintah Baubau menyiapkan puluhan talang (tempat penyimpanan makanan) untuk menyuguhkan berbagai macam makanan khas Buton, sebagai wujud syukur dan doa kepada sang pencipta. Selain itu, acara Kande-kandea dikenal sebagai perjamuan untuk para tamu bangsawan.
"Ini adalah acara adat masyarakat yang masih terjaga sejak masa-masa kerajaan," kata Wali Kota Baubau, As Tamrin.
Menurut sejarah, acara tradisi kande-kandea juga sebagai ritual mencari jodoh. Karena dalam acara kande-kandea, ada acara lain dengan sebutan kande tompa. Di sini, para pria yang masih lajang akan mendominasi ruang makan utama. Sedangkan para wanita lajang, menyiapkan makanan dan melayani jamuan para pria.
Para wanita memakai baju adat Buton dengan suguhan. Uniknya, para pria yang hadir akan disuapi makan oleh gadis-gadis yang menjaga Talang. Jadi, bagi tamu yang ingin makan tidak perlu repot mengambil sendiri, cukup menunjuk makanan apa yang mau dicicipi, dengan sigap para gadis akan menyiapkan.
Kegiatan ini diyakini sebagai ajang mencari jodoh. Jika dalam perayaan kande tompo keduanya suka sama suka, niscaya bisa berlanjut ke pelaminan.