Masjid sampai Pura Bersanding di Bukit Belerang Minahasa
- VIVA.co.id/Agustinus Hari
VIVA.co.id - Toleransi antarumat beragama tak sekadar slogan kosong bagi masyarakat Sulawesi Utara. Masyarakatnya yang multiagama hidup rukun berdampingan dan saling menghormati.
Keberadaan Bukit Kasih di Kabupaten Minahasa menjadi bukti kerukunan dan perdamaian itu. Bukit Kasih ialah bukit belerang yang di puncaknya berdiri bersanding lima tempat ibadah, yakni masjid, gereja Katolik, gereja Protestan, kuil Buddha, dan pura.
Bukit Kasih atau dikenal juga dengan sebutan Bukit Kasih Kanonang terletak di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa. Berjarak sekira 55 kilometer dari Manado, ibu kota Sulawesi Utara. Perjalanan darat dari Manado mesti melewati jalan Gunung Lokon di Tomohon sehingga berkelok-kelok dan menanjak.
Puncak bukit yang diyakini tempat asli moyang suku Minahasa, Toar dan Lumimuut, itu tak segera dapat dipijak begitu tiba di Desa Kanonang. Ada 2.435 anak tangga yang harus dilalui jika ingin mencapainya. Jika berhasil menapaki anak tangga terakhir, tampaklah masjid hingga pura itu bersanding.
Jika melalui jalur lain, puncak tertinggi Bukit Kasih, akan ditemukan sebuah salib besar setinggi 53 meter. Sayang pembangunan salib itu belum rampung dan anak-anak tangga menuju sana mulai rusak.
Setelah mencapai puncak bukit dengan lima rumah ibadah serta salib, berjalan menuruni perbukitan untuk kembali ke Monumen Kerukunan berbentuk tugu bersegi lima setinggi 22 meter. Tugu bersegi lima melambangkan agama utama di Indonesia.
Wisata religi
Kawasan seluas empat hektare itu dibangun pada 2002. Digagas oleh Adolf Sondakh, Gubernur Sulawesi Utara yang menjabat pada 2000-2005. Sang Gubernur ialah paman Angelina Sondakh, mantan politikus Partai Demokrat.
Bukit Kasih sengaja dibangun sebagai kawasan wisata religi sekaligus pusat keagamaan; semua pemeluk agama bisa berkumpul dan beribadat di bukit tropis yang rimbun dan berkabut.
Dinamai Bukit Kasih karena tempat itu menimbulkan rasa keharmonisan antarumat beragama. Perasaan kasih siapa saja yang berkunjung ke sana akan digugah.
Di masa pemerintahan Adolf Sondakh, Bukit Kasih menjadi tempat yang wajib dikunjungi. Bahkan banyak kegiatan pemerintah daerah diselenggarakan di sana, mulai Deklarasi Pemilu Damai, rapat-rapat pemerintah, hingga pembagian beasiswa. Setelah masa jabatan Adolf berakhir, tarik-menarik kewenangan membuat kawasan itu terabaikan.
Berendam air panas
Untuk mencapai puncak Bukit Kasih memang harus menapaki satu per satu anak tangga. Namun kelelahan setelah mendaki akan terobati begitu turun dari puncak. Disediakan jasa pijat refleksi dengan berendam di air belerang yang panas. Tarifnya Rp30.000 per 30 menit.
Puluhan warga Kecamatan Kawangkoan menggantungkan nasib dengan menjadi tenaga pijat refleksi. Mereka mendapatkan Rp10.000 dari tiap ongkos pijat dan berendam air belerang, karena selebihnya diserahkan kepada pemilik penampungan air belerang.
Pengunjung yang tak ingin mencoba mengelilingi perbukitan bisa mengambil pilihan lain dengan menikmati jagung manis yang direbus di dalam kolam air belerang panas.
Cara merebusnya pun terbilang unik. Puluhan bonggol jagung yang masih berada dalam karung dimasukkan dalam kolam air panas selama sekira sepuluh menit, dan setelah itu jagung-jagung sudah matang serta siap siap dihidangkan.
Selain jagung rebus, puluhan kios juga menjajakan berbagai jenis panganan mulai dari mi cakalang, bubur Manado, hingga hidangan lain. “Selain berbagai aneka menu pilihan, kawasan ini juga dilengkapi tempat mandi air panas, serta kolam renang, dan arena permainan anak-anak,” kata Stanley Wowor, warga setempat penjual jagung rebus.