Alquran Tulis Tangan Asal Muna Sultra Ini Berusia 400 Tahun
- VIVA.co.id/Kamarudin Egi
VIVA.co.id – Kabupaten Muna adalah salah satu wilayah di jazirah Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah ini mulanya menganut sistem kerajaan kemudian beranjak mengikuti sistem pemerintahan demokrasi.
Masyarakat Muna pada mulanya belum mempercayai atau menganut agama, termaksud Islam. Barulah di tahun 1501, kala Kerajaan Muna dipimpin Sugi Manuru, nilai-nilai keislaman itu masuk lingkungan kerajaan.
Banyak situs peninggalan sejarah di Muna. Salah satunya Alquran tua yang ditulis tangan. Kitab Islam ini menjadi bukti sejarah awal mula masuknya agama Islam di Muna.
Alquran tersebut kini tersimpan di Museum Provinsi Sultra, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari. Alquran itu masih tersimpan dalam lemari kaca museum yang masih terjaga.
Kondisinya sudah acak-acakan. Bagian sudut kitab ini rusak dan dimakan rayap. Lembaran kertasnya juga sudah sobek, usang di makan usia.
Usia Alquran ini diperkirakan berumur 400 tahun. Museum menjadikannya benda bersejarah, paska tim penelitian melakukan pendalaman di Mesjid Tua di Kecamatan Tongkuno, Muna.
“Alquran tertua ini ditulis tangan dengan jenis kertas Dluwang, hanya saja belum ada yang tahu siapa penulisnya,” kata Ahmadi, yang menjadi kurator atau pemakna benda peninggalan.
Data yang VIVA.co.id peroleh, Alquran ini ditulis menggunakan tinta yang diramu khusus dari buah pohon. Alat tulisnya masih terbuat dari koroka atau lidi pohon enau.
“Katanya getah buah, memang kitab ini sulit untuk dikaji nilai historisnya karena belum ada penelitian ilmiahnya. Yang pasti pertama kali digunakan pada abad ke-17 Masehi,” tambah Ahmadi.
Pengaruh Islam di Kerajaan Muna mulai ada setelah masuknya penyebar Islam pertama di Muna yang bernama Syekh Abdul Wahid. Menurut beberapa catatan, Syekh Abdul Wahid adalah seorang misionaris Islam yang berasal dari Arab. Namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah pedagang dari Gujarad.
Korelasi antara kitab dan penyebar Islam ini, dalam beberapa kepercayaan Muna, Syeh Abdul Wahid tidak membawa kitab Alquran kala menginjakan kaki di Muna. Alquran inilah yang kemudian ditulis saat proses penyebaran Islam di Muna.