Mengejar Keindahan Matahari Terbenam di Gampong Jawa
- VIVA.co.id/Dani Randi
VIVA.co.id – Jika sore tiba, sepanjang jalan menuju pantai di kawasan Gampong (Desa) Jawa, Banda Aceh, selalu dipadati warga. Seakan pengunjung berlomba-lomba menuju lokasi ini sebelum matahari tenggelam.
Pantai di Gampong Jawa ini memang belum setenar pantai-pantai indah lainnya yang ada di Aceh. Namun, menikmati sore hari di tempat ini begitu berbeda dengan lokasi wisata lainnya. Tapi yang pasti, kawasan ini memiliki pesonanya sendiri sehingga kerap dikunjungi warga.
Berkisar 30 menit dari pusat kota, kawasan ini sangat strategis, karena berada di tepi pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Di pesisir ini terdapat batu-batu pemecah ombak, yang digandrungi oleh masyarakat yang punya hobi memancing atau hanya sekadar berswafoto dengan latar Pulau Sabang dan Pulau Aceh.
Setiap sore hari, terdapat aktivitas tradisional nelayan setempat, yaitu tarek pukat (Tarik Jala), yang dilakukan oleh beberapa nelayan untuk menangkap ikan. Biasanya pukat atau jala dipasang di pagi hari, dan baru kemudian ditarik pada sore hari.
Di sini para pengunjung dihibur oleh atraksi kerja sama dari nelayan, yang biasanya dikomandoi oleh seorang nelayan senior. Suara riuh ombak di tengah derap dan tarikan pukat oleh para nelayan menjadi tontonan yang cukup menarik dan menghibur. Cuaca panas serta angin berhembus kencang tak menjadi halangan bagi para penikmat tradisi ini.
“Tarik pukat ini sebuah tradisi dan budaya nelayan di Gampong Jawa, hingga saat ini tradisi itu masih terjaga dengan baik. Di mana kebersamaan itu paling utama,” kata Surya Suid, salah seorang tokoh masyarakat setempat yang juga sebagai Wakil Ketua Panglima Laot Lhok Krueng Aceh, kepada VIVA.co.id.
Selain dapat menikmati hiburan secara gratis, pengunjung juga dapat membeli ikan segar dari para nelayan. Biasanya usai mendapatkan ikan, para nelayan langsung diserbu warga yang ingin mendapatkan ikan segar, langsung dari tangan pertama dengan harga yang cukup bersahabat.
Seorang pengunjung, Zuhri Noviandi mengaku hampir setiap sore mengunjungi Gampong Jawa untuk sekadar bersantai dan melepas penatnya kota. Menurutnya, tempat ini selalu ramai menjelang matahari tenggelam.
“Ini bisa jadi tempat wisata alternatif warga. Di samping menyajikan pemandangan yang indah, juga banyak aktivitas lainnya,” katanya.
Artefak bersejarah
Gampong Jawa yang berdekatan dengan Gampong Pande bukan hanya sekadar tempat menghabiskan waktu bersantai di sore hari saja. Di samping itu, tempat ini dulunya ternyata pernah jadi tempat persinggahan pedagang dan saudagar dari belahan dunia.
Hal itu terbukti banyaknya ditemukan situs, artefak sejarah di kawasan bersejarah ini. Salah satunya, Makam Syahbandar Mu'tabar Khan yang merupakan penguasa pelabuhan utama Bandar Aceh Darussalam, Gampong Jawa, kemudian nisan para raja dan ulama pada masa kerajaan Lamuri.
Sehingga di Gampong Jawa dibangun monumen dan ditetapkan sebagai titik nol kota Banda Aceh. Nah, jika ingin berkunjung ke sini, ada dua rute yang bisa dilewati jika dari pusat Kota Banda Aceh. Pertama, dari jalan samping pelabuhan Ulee Lheue. Kemudian dari Desa Peulanggahan, yang akan memakan waktu sekitar 30 menit. Lokasi wisata ini juga gratis tanpa dipungut biaya masuk.