Festival Ritual Tabuik di Pariaman, Catat Tanggalnya
- VIVA.co.id/Andri Mardiansyah
VIVA.co.id - Festival budaya Tabuik segera digelar lagi. Tradisi turun-temurun di Kota Pariaman, Sumatera Barat, itu diselenggarakan pada 21 September sampai 1 Oktober 2017.
Festival Tabuik diperkirakan sudah ada sejak abad ke-19 Masehi, dengan tujuan memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad, yakni Hussein bin Ali, pada 10 Muharam. Sejarah mencatat, Hussein Bin Ali wafat dalam perang Karbala.
Kata Tabuik diambil dari bahasa Arab, yakni tabut, yang memiliki makna peti kau. Ini mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk yang berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang kemudian disebut dan dikenal dengan istilah Buraq.
Legenda itu mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein kemudian diterbangkan ke langit oleh Buraq. Mengacu kepada itulah kemudian setiap tahunnya, masyarakat Pariaman membuat tiruan Buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
Ritual Tabuik diperkirakan muncul dan berkembang di Pariaman pada tahun 1826-1828 masehi. Tabuik pada masa itu masih kental dengan pengaruh Timur Tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Syiah.
Pada tahun 1910, muncul kesepakatan antarnagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau. Di Pariaman, Tabuik terdiri dua macam, yakni, Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang.
Keduanya berasal dari dua wilayah berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa (pasar) adalah wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota itu hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah asal tradisi tabuik. Adapun tabuik subarang berasal dari daerah subarang (seberang), yaitu wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.
Melihat potensi kepariwisataan, sekira tahun 1982, perayaan festival Tabuik kemudian dijadikan bagian dari kalender pariwisata dan disesuaikan, termasuk dalam segi waktu pelaksanaan acara puncak dari rangkaian ritual.
Jadi, walau prosesi ritual awal tabuik tetap dimulai pada 1 Muharram, saat perayaan Tahun Baru Islam, acara puncak dari tahun ke tahun berubah-ubah, tidak lagi harus tepat pada 10 Muharram.
Sebelum memasuki acara puncak festival tabuik, yakni Hoyak Tabuik, yang dilaksanakan di kawasan Pantai Gondoriah, sedikitnya ada tujuh ritual prosesi lain yang harus dilaksanakan, antara lain mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.
Di setiap tahun penyelenggaraannya, festival tabuik selalu disaksikan ribuan wisatawan, lokal maupun mancanegara, yang kemudian menyulap Pantai Gandoriah menjadi lautan manusia, terutama pada saat prosesi tabuik diarak dan dibuang ke laut.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Pariaman, Efendi Jamal, mengklaim persiapan Festival Tabuik sudah sembilan puluh persen. Tinggal mempersiapkan panggung utama dan persiapan lainnya.
Pada perayaan Festival Tabuik tahun ini, Pemerintah Kota menargetkan angka kunjungan wisatawan sebanyak 200 ribu. Hal ini dilihat dari perayaan pada tahunnya yang selalu meningkat dan mencapai angka ratusan ribu pengunjung.
Dinas Budaya dan Pariwisata Pariaman meyakini perayaan Festival Tabuik juga akan mampu meningkatkan taraf perekonomian warga. Karena tentu saja akan banyak warga yang berjualan makanan dan minuman.