Pesona Keindahan Surga Tersembunyi Maluku
- Instagram @orabeachresort
VIVA.co.id – Pantai Ora atau dijuluki Surga Tersembunyi Maluku memiliki keindahan alam yang setara dengan Maladewa. Bahkan Pantai Ora disebut sebagai Maladewanya Maluku.
Wisatawan yang berlibur di Pantai Ora akan disuguhi pemandangan biota laut mempesona, karang, dan koral pun bisa terlihat dengan jelas, karena kondisi air laut di sini sangat jernih dan tidak berombak. Tak hanya itu, tebing batu yang menjulur tinggi ke langit, hutan liar yang masih terjaga menjadi bonus bagi pengunjung yang suka tantangan.
Dahulu Pantai Ora tidak terjamah manusia, warga sekitar pun tidak menjadikannya lokasi wisata. Para nelayan hanya melewati bibir pantainya saat melaut.
Kini pantai yang hanya berjarak 10 menit dari Desa Saleman ini sudah mendunia. Pengunjung berasal dari berbagai daerah di luar Maluku, dan mancanegara terus berdatangan.
Pantai Ora pertama dirintis sepasang suami istri Ruswan Latuconsina dan Anna Latuconsina pada 1995. Saat itu, akses transportasi begitu sulit dan kondisi jalan belum beraspal.
Bahkan sampai ke Ora dibutuhkan waktu sekitar 20 jam dari Kota Ambon menyusuri hutan liar dengan menyeberangi 23 jembatan yang hanya terbuat dari kayu. Namun itu sama sekali tidak membuat semangat mereka untuk mengembangkan Pantai Ora menurun.
Anna menceritakan, kala itu ia bersama suaminya harus mengendarai mobil ke Pantai Ora dari pukul 06.00 hingga pukul 01.00 dini hari. Meski begitu, ia mengakui menikmati perjalanan tersebut.
"Tapi kami berdua sangat menikmati tantangan itu, naik mobil, dorong mobil, jalan kaki, ganti mobil dan seterusnya. Sambil menggendong anak kami yang paling kecil Alyssa saat itu usianya satu tahun. Tantangan ini salah satu kenangan hidup kami berdua yang memperkuat cinta kami sampai saat ini," ujar Anna kepada VIVA.co.id.
Menurut Anna, selama tiga tahun mereka membangun fasilitas tinggal. Tahun 1998 pun diresmikan pengoperasian tempat penginapan mereka dengan hanya menyediakan lima villa di atas laut. Diutarakannya, ia sengaja hanya menyediakan sedikit villa agar tidak banyak tamu.
Namun tragedi sosial yang melanda Maluku di tahun 1999, tepatnya tiga bulan setelah soft opening, membuat semua aktivitas terhenti. Aset yang baru dipakai rusak parah, Anna dan suaminya pun sulit untuk datang ke Ora dan tidak ada yang merawatnya.
Setelah situasi keamanan di Maluku kembali pulih, tahun 2007 Anna dan suaminya membangun kembali Pantai Ora dan diberi nama Ora Beach Resort. Tempat inap yang beratap jerami terletak di atas laut dikebut perbaikannya dan diubah bentuknya, serta ditambah jumlah kamarnya.
"Kami ingin dunia tahu ada tempat yang indah di Maluku," kata Anna.
Setelah Pantai Ora terkenal, keindahannya dikagumi. Anna merasa senang dan bahagia, apalagi transaksi ekonomi di Desa Seleman juga ikut tumbuh. Banyak rumah makan, ada juga yang membuka penginapan dan kios-kios.
Tapi di balik itu Anna ikut sedih dan prihatin, serta khawatir, anugerah Tuhan yang begitu mempesona akan rusak jika tidak dirawat dengan baik oleh semua pihak. Pelestarian membutuhkan perhatian tidak hanya pengelola Ora Beach Resort, tapi juga pengunjung dan pemerintah.
Anna mengaku, bunga anggrek yang dulunya tumbuh subur di tebing-tebing batu sebagian telah dicuri. Laut menuju Pantai Ora, yang dulu jernih, sudah mulai tercemar minyak, karena ramainya lalu lalang perahu cepat ke Pantai Ora. Sebagian karang yang harus dirawat pun ikut rusak diinjak.
"Saya bersyukur, Negeri Saleman berkembang ekonominya, banyak speedboat yang lalu lalang bawa tamu yang cuma jalan-jalan. Tapi laut yang jernih mulai dihiasi minyak," kata Anna, yang menambahkan situasi ini menjadi tantangan baginya.
Masyarakat memang perlu disadarkan agar cinta lingkungan dengan cara menjaga dan memeliharanya. (mus)