Festival Lembah Baliem 2017, Jayawijaya Masih Minim Hotel
- VIVA.co.id/Isra Berlian
VIVA.co.id – Kegiatan Festival Budaya Lembah Baliem 2017 – yang akan diselenggarakan pada 8-11 Agustus 2017 di Distrik Welesi Kabupaten Jayawijaya Papua – telah ditunggu-tunggu oleh banyak wisatawan, terutama mancanegara. Diketahui, pada tahun 2016 lalu sebanyak 41.275 wisatawan nusantara dan 1.214 wisatawan mancanegara mengikuti festival tersebut.
Namun, Bupati Kabupaten Jayawijaya, John Wempi Wetipo, mengakui bahwa ketersediaan hotel di daerahnya sangat minim. Ia berharap selain dari pihak pemerintah, ke depan akan ada keterlibatan dari pihak swasta untuk membangun akomodasi, karena kebutuhan tamu semakin meningkat.
"Jadi bagaimana ini bagian dari ketersediaan infrastruktur pariwisata bukan hanya menggelar kegiatan tetapi infrastruktur tetap terjamin. Beberapa ada yang dibangun tapi belum selesai. Diharapkan ke depan lebih baik dengan ketersediaan hotel, karena di sisi penerbangan sendiri sudah sangat memungkinkan, karena sekarang frekuensi penerbangan pesawat dalam sehari 160 kali, yakin sekali untuk transportasi tidak terlalu susah tapi akomodasi, berikan kesempatan pada investor untuk membangun sarana prasana," ungkapnya, saat konferensi pers Festival Budaya Lembah Baliem ke-28 di Hotel Morrisey Jakarta, Jumat, 28 Juli 2017.
Festival yang telah berlangsung sejak tahun 1989 ini memang dikenal mampu menyedot animo wisatawan. Hotel yang ada di Jayawijaya sudah 100 persen terisi sejak 3 atau 4 bulan yang lalu.
"Kamar hotel sudah full (habis), kalaupun sampai paksa datang, dia menginap di masyarakat," ungkapnya.
Kekurangan akomodasi itu memberikan berkah tersendiri bagi masyarakat setempat.
"Setiap tahun seperti itu. Masyarakat pun senang menerima tamu artinya berikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, jadi saya pikir secara tidak langsung sama seperti kos-kosan dalam waktu singkat dia berikan manfaat masyarakat setempat," tukasnya.
Perang-perangan
Festival Budaya Lembah Baliem menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya peninggalan leluhur di daerah Jayawijaya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertahankan budaya setempat.
"Salah satu kegiatan yang dilakukan pada festival ini adalah perang-perangan. Ini merupakan ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk dinikmati," ungkapnya.
Hingga saat ini, dengan terkonfirmasinya 3 duta besar asing, diharapkan akan membantu mempromosikan festival ini agar makin terkenal di dunia.
Selain atraksi perang-perangan, festival ini akan menampilkan aneka tarian, Sikoko Puradan, Karapan Babi, Melempar SEGE (senjata tradisional tombak), memanah untuk wisman, lomba fotografi berhadiah, serta pameran kerajinan tradisional. (ren)