Misool, Surga Tersembunyi Raja Ampat

Batuan kars di Balbolol, Misool, Raja Ampat
Sumber :
  • Rochimawati / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Mendengar kata Raja Ampat, yang ada dibenak kita adalah objek wisatanya yang indah. Kabupaten Raja Ampat, Papua ini memang terkenal dengan objek  wisata bahari terbaik di Indonesia. Selain keindahan pantainya, alam bawah lautnya selalu menjadi daya tarik wisatawan mancanegara dan domestik yang menyukai kegiatan menyelam. 
 
Kepulauan Raja Ampat merupakan rangkaian empat gugusan pulau yang saling berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung (Vogelkoop) Pulau Papua. Empat pulau itu adalah  Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. 

Kepulauan ini sekarang menjadi tujuan para penyelam yang tertarik akan keindahan pemandangan bawah lautnya. Namun sebagian besar wisatawan lebih senang menyusuri bagian utara, tepatnya di Wayag dan Fainemo. Belum banyak wisatawan yang melirik Misool. Itu karena di antara ketiga pulau lainnya di Kabupaten Raja Ampat, jarak Misool paling jauh dari Kota Sorong. 

Kalau dengan speedboat sewaan waktu tempuhnya sekitar 4-5 jam. Jika menggunakan kapal ferry umum memakan waktu 8-10 jam. Lumayan jauh. Namun ada yang bilang belum sah kalau ke Raja Ampat belum ke Misool.  

Saat berada di Misool ada banyak kegiatan wisata bahari yang dapat dilakukan. Snorkeling dan diving merupakan kegiatan utama dan tak boleh dilewatkan saat menjejakkan kaki di kawasan ini. Air lautnya yang bening memungkinkan pengunjung menyaksikan pemandangan keindahan bawah lautnya, bahkan dari atas kapal.

Selain itu sejumlah lokasi wisata alam dapat menjadi tujuan saat ke Misool seperti wisata bawah laut, gugusan karst dan kehidupan nelayan sekitar. 

Gugusan Karst 

Diawali dengan perjalanan ke gua keramat menggunakan kapal cepat dan memakan waktu sekitar 30 menit. Untuk mencapai gua keramat, pengemudi kapal harus benar-benar lihai memainkan kemudinya untuk menghindari karang agar jangan sampai kandas.

Begitu memasuki lokasi, terlihat kiri dan kanan adalah pegunungan karst yang ditumbuhi tanaman hijau. Kapal cepat yang kami tumpangi bernama 'Joe' dan dinakhodai Noldy Masegi dari  The Nature Conservancy Indonesia.

Sesaat sebelum kapal merapat ke tangga yang akan menuju lokasi, jika diamati seksama di tebing terlihat kaligrafi bertuliskan lafaz Allah. Sampai di mulut gua yang tertutup batuan, terlihat tangga terbuat dari kayu.  Di sekitar gua ini terdapat makam keramat.

Jika ingin mencapai makam tersebut, kita harus menaiki tangga. Di sana terdapat dua makam suami istri cukup besar yang telah diberi pembatas dari keramik berwarna. 

Tidak ada nama di makam itu. Hanya tulisan beraksara Arab dan Latin yang menjelaskan tanggal pemakaman, 13 Juni 1977. "Itu merupakan makam penyebar agama Islam di Misool. Tidak ada yang tahu namanya," kata Nugroho Arif Prabowo, Koordinator Komunikasi dari TNC. 

Tepat di hadapan makam, terdapat mulut gua yang cukup besar yang di dalamnya penuh stalagmit. Untuk memasuki gua, harus menuruni anak tangga dari kayu karena ada sungai kecil dengan dasar karang yang cukup tajam. 

Arif menambahkan, menurut cerita, suami-istri penyebar agama Islam itu berasal dari Banda, Maluku Tengah, yang datang menggunakan perahu dayung. Sampai akhir hayatnya mereka tinggal di tempat itu, dan meminta dimakamkan secara Islam. 

Permintaan tersebut ditekankan karena pada masa itu masyarakat biasanya menaruh jenazah pada karst dan dibiarkan hingga menjadi tulang-belulang. Tak jauh dari gua keramat, kami menyaksikan lubang-lubang pada karst yang berisi tulang manusia.

***

Sejarah Purbakala 

Sebagai daerah dengan banyak gunung karst, di kawasan gugusan Misool tepatnya di Selat Pana-pana juga banyak  ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan atau rock painting yang diterakan pada dinding batu karang. 

Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini sekitar 50 ribu tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.

Lukisan di dinding karang bentuknya bermacam-macam seperti kapal, ikan duyung, lumba-lumba, dan telapak tangan. "Kemungkinan yang bikin adalah nelayan yang melintasi wilayah ini," ujar Purwanto, peneliti dari TNC. 

Jadi jika selama ini yang dikenal adalah Wayag dan Painemo, cobalah ubah tujuan kunjungan ke Dafalen. Menuju ke sana dengan kapal cepat yang saya tumpangi hanya sekitar 30 menit dari lokasi rock painting. 

Saat bulan Mei cuaca memang cukup bersahabat sehingga tidak banyak ombak tinggi yang menghalangi laju kapal cepat yang kami tumpangi. Namun jangan lupa selalu gunakan krim anti matahari, karena sinarnya akan membuat kulit menjadi gelap dan jika yang tidak kuat akan membuat kulit mengelupas. 

Laut yang menghijau akan membuat lupa rasa lelah begitu tiba di Bukit Dafalen. Untuk mencapai puncaknya. Menaiki jalan setapak, berbatu karang yang cukup terjal, memang harus dibutuhkan kehati-hatian. Ditambah lagi kayu penyangga yang kerap rapuh. 

Setelah 15 menit meniti jalan menanjak, ketakutan akan ketinggian terobati begitu melihat pemandangan dari puncak Bukit Dafalen. Gugusan pegunungan Karst yang terlihat hijau berpadu dengan cahaya hijau laut menjadi daya tarik tersendiri untuk berfoto. 

Usai menikmati pemandangan dari Puncak Dafalen, perjalanan dilanjutkan ke tempat yang tidak akan pernah terlupakan. Inilah indahnya Raja Ampat, air laut yang jernih terlihat seperti cermin. Sehingga pemandangan bawah laut terlihat jelas.

Kawasan ini bernama Balbulol. Berada di tempat ini seperti di dunia lain. Terlihat batu berbentuk payung atau menyerupai pohon natal yang menutupi laguna. Memasuki kawasan itu, kapal pun harus melaju perlahan jika tidak ingin kandas. 

Namun begitu memasuki laguna, pemandangan indah dengan air laut nan hijau membuat ingin segera menceburkan diri. Tapi harus ekstra hati-hati karena di sana banyak karang api yang bisa menyengat. 

Kampung Muslim

Tempat lain di Misool yang bisa dikunjungi adalah kampung muslim. Di sini berdiri megah sebuah masjid dengan kubah yang besar berwarna hijau tosca. Kubah masjid sudah terlihat dari kejauhan begitu mendekati kampung muslim ini. 

Rumah penduduk di sini rata-rata berupa rumah panggung terbuat dari kayu. Nelayan adalah mata pencaharian penduduk di sini. Meski ada juga yang memiliki warung sembako dan homestay yang bisa disewakan untuk wisatawan.  

Selain penduduk asli Papua, di kampung yang bernama Usaha Jaya ini, hampir sebagian besar pendatang dari Sulawesi dan Maluku. 

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat Yusdi Lametanggo mengatakan, saat ini Raja Ampat akan mengembangkan potensi bahari yang berhubungan dengan ekonomi masyarakat. 

"Target kami adalah menyeimbangkan antara potensi bahari yang ada dengan ekosistem agar ikut terjaga. Di sini yang kami bangun adalah wisata bawah laut. Di mana design awal Raja Ampat adalah wisata minat khusus," kata Yusdi beberapa waktu lalu. 

Yusdi tidak menampik jika wisata ke Raja Ampat terkenal cukup mahal. Menurut dia, hal itu dikarenakan memang targetnya adalah wisatawan dengan minat khusus. 

"Ditambah lagi kami ingin tetap menjaga kelestarian alam di kawasan Raja Ampat, jangan sampai wisatawan yang datang malah merusak konservasi yang sudah berjalan selama ini," tuturnya. 

Bagaimana menuju Misool?

Pertama, dari Jakarta terbang ke Kota Sorong, Papua Barat. Harga tiket pesawat antara Rp1,4 juta-Rp3 juta untuk sekali jalan. 

 

Kedua, setiba di Sorong lanjutkan perjalanan menuju ke pelabuhan sekitar 10 menit. Bisa menggunakan angkutan umum, dengan biaya Rp5.000 per orang. 

Ketiga, dari Sorong jika ingin langsung Misool bisa naik kapal ferry umum. Berangkat tiap Senin dan Jumat pukul 23.00 dari Sorong. Kembali dari Misool tiap Kamis pagi dan Sabtu siang. Harga tiket sekali jalan Rp200.000 (ekonomi). Namun jadwal dapat berubah sewaktu-waktu.

Keempat, naik speedboat. Sebaiknya berangkat dalam rombongan 10-15 orang, karena harga sewa PP dengan waktu tunggu di Misool selama empat hari sekitar Rp40 juta-50 juta.

Tips lainnya:

Pertama, begitu sampai dii Pelabuhan Sorong, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan kapal penumpang perintis ke Waisai di Kepulauan Waigeo yang menjadi Kabupaten Raja Ampat. Harga tiket mulai dari Rp130 ribu hingga Rp250 ribu, dan tersedia setiap hari dengan waktu keberangkatan pukul 09.00 dan pukul 14.00 waktu setempat.

Kedua, perjalanan ke Waisai memakan waktu 3-4 jam. Atau alternatif lain menyewa kapal cepat dengan tarif Rp15 juta-Rp45 juta untuk perjalanan selama dua jam.

Ketiga, untuk dapat mengunjungi objek wisata di Misool, harus menyewa kapal dengan tarif mulai dari Rp1 juta-Rp8 juta per hari tergantung jarak tempuh dan jumlah penumpang. 

Keempat, untuk penginapan bisa bermalam di homestay yang ada di Pulau Harapan Jaya, Misool dengan tarif mulai dari Rp400 ribu hingga Rp500 ribu per malam sudah termasuk makan tiga kali. 

Kelima, kalau ingin  lebih nyaman dan punya anggaran lebih bisa bermalam di Misool Eco Resort dengan tarif Rp5 juta-Rp8 juta per malam. 

Keenam, waktu terbaik ke Raja Ampat adalah antara Oktober - April, saat itu ombak tidak terlalu tinggi dan cuaca cukup bersahabat.