Manjalang Mintuo, Tradisi Khas Lebaran Minangkabau

Ilustrasi ketupat Lebaran.
Sumber :
  • Ketupat

VIVA.co.id – Di setiap perayaan Idul Fitri, di Minangkabau terkenal dengan adanya tradisi turun menurun Manjalang Mintuo atau bisa diartikan dengan mendatangi mertua oleh menantu perempuan.

Manjalang Mintuo, selain merupakan bentuk penghormatan dan bakti kepada orangtua, juga dijadikan ajang mempererat silaturahmi antara menantu dan mertua serta keluarga besar sang suami.

Manjalang Mintuo tidak hanya datang ke rumah dan saling maaf-bermaafan, namun juga disertai dengan membawa rantang yang berisi bermacam gulai dan kuliner khas Ranah Minang. Makanan tersebut, akan dihidangkan dan dimakan bersama-sama.

"Biasanya tradisi Manjalang Mintuo ini kerap dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri. Baik di hari pertama Lebaran maupun hari kedua," kata Ulil Azmi Datuak Gamuak Suku Tanjuang, salah satu tokoh adat Koto Anau Solok, Rabu 28 Juni 2017.

Selain Hari Raya Idul Fitri lanjut Azmi, Manjalang Mintuo juga kerap dilakukan pada saat menjelang Bulan suci Ramadan dan beberapa hari setelah melangsungkan pernikahan.

Untuk di Solok lanjut Azmi, biasanya rantang berisi makanan berupa lamang, panganan dari pisang, sambal, kue dan berbagai macam kuliner tradisional lainnya.

"Saat ini masih banyak warga di Solok yang menjalankan tradisi Manjalang Mintuo tersebut. Ini bentuk penghormatan dan bakti antara menantu dengan mertua, karena kebanyakan jika sudah menikah, sang suami tinggal bersama istri di rumah orangtua nya. Karena Minang menganut sistem Matriakat," tambah Azmi.

Walau sudah menjadi turun-temurun terang Azmi, ia tak menampik jika saat ini ada juga sebagian dari masyarakat terutama di kota besar yang tidak melaksanakan tradisi tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor seperti, faktor ekonomi dan lain-lain.

Untuk isi rantang kata Azmi lagi, sebelum dimasak, sang suami akan terlebih dahulu memberikan uang kepada istri untuk kemudian dibelanjakan dan dimasak sejumlah panganan yang akan dibawa ke rumah mertua.

"Mungkin saja lantaran ekonomi pas-pasan, terkadang ada juga warga yang tidak membawa rantang dan hanya mengunjungi saja," papar Azmi.

Walau sesulit apapun kondisi keuangan, Azmi berharap tradisi Manjalang Mintuo tidak punah dari kehidupan masyarakat Minangkabau. Karena mengunjungi dan bersilaturahmi dengan orangtua yang masih hidup merupakan sebuah kewajiban yang tidak bisa ditinggalkan.

"Kunjungilah kedua orangtua selagi mereka masih hidup. Tanpa makanan pun yang dibawa, tetaplah datang dan bersilaturahmi dengan orangtua," ujar Azmi.