Turis Jangan Coba-coba Datang ke Lima Tempat Ini

Lascaux Caves
Sumber :
  • Wikipedia/Prof saxx

VIVA.co.id – Pulau yang eksotis atau pemandangan yang indah biasanya menjadi daya tarik bagi turis untuk berkunjung. Namun, tak semua lokasi indah di dunia bisa disambangi dengan bebas oleh manusia.

Beberapa di antararnya bahkan bisa mengancam nyawa. Berikut beberapa lokasi di dunia yang pantang dikunjungi oleh turis seperti dilansir laman Telegraph

Pulau Surtsey, Islandia

Setelah muncul di laut pada tahun 1967, pulau vulkanik Surtsey langsung dinyatakan terlarang bagi wisatawan. Hal ini karena ilmuwan ingin menjaga Surtsey bebas dari campur tangan manusia, sehingga mereka bisa memantau proses kolonisasi lahan baru oleh tanaman dan hewan.

Pulau North Sentinel, Kepulauan Andaman

Pulau ini dihuni oleh suku asli yang dikenal dengan nama Sentinelese. Suku tersebut telah mendiami pulau selama 60.000 tahun dan terisolasi dari peradaban manusia.

Oleh karena itu, mereka akan menaruh curiga jika ada pendatang baru menginjakkan kaki di pulau. Bahkan dua pemancing ilegal di sekitar pulau dibunuh oleh suku tersebut. Menariknya, suku ini berhasil bertahan ketika tsunami menghantam pulau-pulau di kawasan Samudera Hindia pada 2004 lalu.

Lascaux Caves, Prancis

Arkeolog bersuka cita ketika gua labirin Lascaux ditemukan pada tahun 1940. Gua yang diibaratkan sebagai galeri seni bawa tanah tersebut lantas menarik banyak pengunjung. Namun pada 1955, turis dilarang berkunjung karena kehadiran manusia di dalam gua dapat merusak batu. Akhirnya gua tersebut resmi ditutup sejak 1963 hingga saat ini.

Ilha da Queimada Grande, Brasil

Jika Anda benci dengan ular maka ini bukan tempat yang cocok untuk dikunjungi. Di tempat ini, hidup 4.000 ular dan di antaranya merupakan ular paling berbisa di dunia. Tak salah jika pulau tersebut disebut dengan pulau ular. 

Ise Jingu, Jepang

Dihormati di seluruh negeri, Ise Jingu adalah kuil suci Shinto di Jepang. Hanya imam tinggi atau anggota keluarga kekaisaran yang dapat mengunjungi tempat ini.

Kuil ini dirubuhkan dan dibangun kembali setiap dua dekade, sesuai dengan gagasan Shinto tentang kematian dan pembaruan.