Karya Seni Ini Buat Anda Bisa Berjalan di Atas Air

The Floating Pears atau Dermaga Mengapung
Sumber :
  • Instagram The Floating Pears

VIVA.co.id – Ribuan orang terlihat begitu antusias melihat karya seni terbaru dari seniman Christo Vladimirov Javacheff di utara Italia, akhir pekan lalu. Mereka berebut kesempatan mencoba untuk ‘berjalan di atas air’.

Dilansir laman Daily Mail, proyek seni yang diberi nama The Floating Pears, atau 'Dermaga Mengapung' ini menghabiskan biaya hingga sekitar Rp225,7 triliun. Biaya tersebut digunakan untuk membangun dermaga yang terbuat dari 200 ribu kubus yang dilapisi kain berwarna oranye. Dermaga tersebut mengapung di atas Danau Iseo dan menghubungkan desa Sulzano, dengan pulau kecil di Monte Isola di sisi danau.

Seniman berdarah Bulgaria yang lahir di Amerika Serikat, pencipta dermaga ini, bahkan sampai menginap di malam sebelum dermaga ini dibuka, agar menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di sana.

Sekitar 150 orang ditempatkan di sepanjang dermaga yang memiliki panjang 1,9 kilometer itu. Sementara itu, 30 perenang penyelamat disiagakan jika terjadi kecelakaan.

Beberapa pengunjung pertama yang mencoba bangunan itu ada yang melepaskan sepatunya untuk merasakan lebih baik proyek fisik yang pertama kali direncanakan pada 1970, namun baru terwujud sekarang.

Sementara itu, pengunjung lainnya memilih untuk berjemur di atas ponton dan pengunjung yang lebih nekat, bahkan menyelam ke dalam danau.

Agata, salah seorang pengunjung berusia 12 tahun mengatakan, kalau ia seperti berada di atas perahu yang bergoyang di atas air. “Sangat menyenangkan,” ungkapnya. Keluarga Agata, bahkan harus berkendara semalaman dari Bergamo untuk bisa sampai ke lokasi.

Jumlah pengunjung memuncak, setelah tengah hari pada Sabtu, dengan antrean mengular di depan pintu masuk instalasi. Beberapa, bahkan sampai jatuh sakit, karena menunggu di bawah teriknya matahari.

Lebih dari 55 ribu pengunjung datang untuk merasakan berjalan di atas dermaga unik itu pada Sabtu, hingga memaksa penyelenggara yang menargetkan 40 ribu pengunjung untuk membujuk mereka datang di hari berikutnya.

Christo pun ikut membujuk mereka untuk datang di lain hari dan meminta bus shuttle untuk berada lebih dekat dengan area parkir agar perjalanan lebih sedikit.

Pejabat setempat, bahkan sampai menutup layanan kereta untuk membatasi pengunjung ke danau tersebut. Penyelenggara juga dipaksa untuk melakukan evakuasi sementara pada dua hari dibukanya instalasi tersebut, karena adanya angin dan hujan yang membuat dermaga menjadi tidak stabil.

Setelah ditutup selama Sabtu malam, atraksi tersebut kembali dibuka sebagian pada Minggu pagi. Satu dari dua bagian dermaga ditutup untuk publik. Dermaga tersebut hanya mampu menampung 11 ribu orang pada saat bersamaan dan dalam kondisi cuaca yang memungkinkan.

***

Manajer dari atraksi tersebut mengatakan, melihat jumlah pengunjung yang membludak dan kemungkinan adanya cuaca buruk, disarankan agar mereka yang tertarik datang untuk memikirkannya kembali.

Proyek seni ini hanya akan dibuka antara 18 Juni-3 Juli, secara gratis siang dan malam. Penyelenggara menargetkan jumlah pengunjung 500 ribu orang sampai atraksi itu ditutup.

Ide pertama pembuatan Dermaga Mengapung di 1970, awalnya akan dibuat di Sungai River Plate di Argentina, tetapi gagal karena tidak mendapat izin. Meski telah lama tertunda, namun  Christo mengatakan, kalau proyek yang dibuatnya ini akan bertahan di hati semua orang.