Tradisi Warga Bo-Kaap Menyambut Perayaan Idul Fitri

Ilustrasi puasa atau ramadan
Sumber :
  • iStock
VIVA.co.id
- Terletak di lereng, Bo-Kaap adalah salah satu tempat tertua di daerah permukiman yang ada Ibu Kota Afrika Selatan, Cape Town. Daerah ini ditandai dengan rumah-rumah berwarna cerah yang serasa kembali ke abad 18.

Dikutip dari laman Amusing Planet, penduduk Bo-Kaap adalah bekas budak dari Malaysia, Indonesia, India, Sri Lanka, dan berbagai negara Afrika lain, selama abad 16 dan 17. Budak ini disebut Cape Melayu, meskipun tidak semua dari mereka keturunan Malaysia.

Setelah Inggris merebut Cape Town dari Belanda pada 1795, serangkaian perubahan positif terjadi selama empat dekade, termasuk kebebasan beragama, penghapusan budak dan akhirnya, mengakhiri tradisi perbudakan. Budak yang dibebaskan kini membentuk komunitas baru di Bo-Kaap, yang disebut Malaya Quarter.

Penduduk Bo-Kaap sebagian besar adalah komunitas Muslim dengan khas budaya Melayu yang diciptakan oleh perkawinan antara budak dari selatan dan negara-negara Asia Tenggara, seperti orang dari India, Madagaskar, dan kelompok pribumi Afrika.

"Di sini banyak wanita lokal masuk Islam untuk menikah dengan pria Muslim. Semua pria di Bo-Kaap tidak mengonsumsi alkohol, sehingga mereka bisa menjadi suami yang baik," ujar pemandu lokal.

Rumah-rumah berwarna cerah di kedua sisi jalan adalah sebuah inovasi terbaru yang merupakan identitas Muslim. Sebelumnya, semua rumah dari Cape Town dicat warna putih. Kemudian, warga Bo-Kaap mulai melukis kediaman mereka, dengan warna yang hidup untuk menyambut perayaan Idul Fitri.

Warisan multifaset Bo-Kaap tercermin dalam musik, tari, dan makanan. Hidangan tradisional Afrika Selatan yang mereka sajikan adalah bredie tomat, bobotie, sosaties, dan koeksisters yang berasal dari Cape Melayu. (art)